Home / Rumah Tangga / Aku Mundur Kau Hancur, Bang! / Bab 4. Rencana Licik Mertua Elma

Share

Bab 4. Rencana Licik Mertua Elma

last update Last Updated: 2022-09-26 13:15:18

Binsar cepat-cepat menuju pintu, Elma yang sudah merasa sedikit bertenaga pagi ini  ikut berjalan di belakangnya.

“Kamu! Kenapa belum …,” sergah Binsar  begitu daun pintu dibuka.

“Ris, kamu rajin banget buatin sarapan segala! Terima kasih, ya!  Kamu memang gadis yang baik!” sela  Elma dengan senyum mekar di bibirnya.

“Iya, Kak. Kakak sarapan, ya! Aku juga udah buatkan jus jeruk hangat buat Kakak.” Riris memeluk pinggang Elma, lalu membawa wanita itu menuju ruang makan. Binsar melongo. Kalimat kasar yang ingin dia ucap tertahan di tenggorokan.

“Oh, iya, Bang, Tante beserta anak-anak sudah dalam perjalanan ke sini,” imbuh gadis itu menoleh sekali lagi ke belakang. Binsar tersentak kaget.

“Anak-anak?” seru Elma gembira.

“Iya, Kak. Aku meminta Tante membawa anak-anak Kakak ke sini, pasti Kakak sudah kangen, kan?”

“Riris, kamu pengertian banget, sih. Kalau aku yang minta pada mertuaku agar bawa anak-anak ke sini, enggak pernah  dikabulkan. Katanya penyakitku bisa nular ke anak-anak. Terima kasih, ya! Untung kamu ada di sini, aku merasa  berhutang banget sama kamu, Ris! Semoga kamu betah di sini, ya!”

“Tentu, Kak El! Aku betah banget di sini. Selama  Kakak dan Bang Binsar ngizin aku tetap tinggal di rumah ini, aku pasti tinggal. Kalian berdua orang baik. Apalagi Bang Binsar. Aku kagum sama suami Kakak. Benar-benar suami yang setia dan bertanggung jawab.”

Riris melirik Binsar dengan ekor mata. Pria yang dilirik semakin kegerahan.

“Iya, semoga kamu kelak mendapat suami seperti Bang Binsar, ya, Ris!” Elma mengulas senyum.

“Aamiin. Terima kasih, ya, Kak!”

‘Aku sudah mendapatkannya, Kak. Tinggal nunggu saat yang tepat  saja! Sesaat lagi. Kutunggu saat  keadaanmu paling drop, agar semua bisa berjalan secara sempurna,’ batin Riris berkata, senyum samar mekar di sudut bibirnya.

Binsar merasakan ada yang janggal dengan sikap Riris. Perempuan ini sepertinya sedang menyiapkan suatu rencana. Dia harus siap siaga. Sebelum gadis itu mengacaukan segalanya, dia harus membawa Elma ke rumah sakit. Mumpung Elma juga sudah mau dioperasi.

“Hallo, Dokter David. Boleh bicara sebentar?” sapanya melalui telepon seluler.

“Iya, selamat pagi, Pak Binsar! Bagaimana keadaan Bu Elma?” Terdengar sahutan dari seberang sana.

“Elma makin baik, Dok! Dan dia sudah bersedia menjalani operasinya. Saya akan mengantarnya sebentar lagi. Tolong siapkan segala sesuatunya!”

Deg!

Riris tersentak demi mendengar kalimat Binsar. ‘Kenapa begitu tiba-tiba? Bukankah selama ini Elma tidak mau menjalani operasi karena dia takut mati? Lalu, kenapa tiba-tiba dia mau? Ada apa? Pikiran wanita itu berkecamuk.

“Oh, ya? Ini baru  berita bagus! Baik, saya tunggu. Kita akan cek kondisi pasien nanti. Jika semua baik dan stabil, segera kita lakukan operasinya!”

“Baik, Dok. Terima kasih!”

Binsar mengakhiri panggilan teleponnya, lalu berjalan ke arah meja makan. Riris melirik dengan ekor mata. Gundah dan was-was. Gadis itu tengah mengisi piring Elma dengan nasi goreng buatannya.

“Sayang, Dokter David sudah stand by. Setelah sarapan, kita berangkat, ya!” ujar Binsar menarik kursi di samping istrinya.

“Kita tunggu anak-anak dulu, Abang! Aku kangen sama mereka. Udah hampir sebulan tidak bertemu,” pinta Elma dengan sorot mata punuh kerinduan.

“Hem, baiklah! Tapi setelah bertemu anak-anak jangan berubah pikiran, ya! Awas, lho, kalau kamu batalin lagi operasinya!” Binsar mengelus punggung tangan keriput istrinya.

“Ya, aku tidak akan berubah pikiran lagi.”

“Hem, lanjutkan sarapannya, ya, Sayang! Abang mau mandi dulu!” titah Binsar bangkit, lalu  mengecup lembut pucuk kepala  Elma.

“Iya, Abang!” sahut wanita itu tersenyum bahagia.

Betapa dia merasa menjadi wanita paling beruntung. Makin hari sang suami terlihat makin sayang. Tak ada yang berubah meski penyakit ini telah sukses merubah penampilannya menjadi perempuan kerontang, jelek, dan layu.

“Kak, kalau boleh tahu, kenapa tiba-tiba kakak berubah pikiran mau jalani operasinya? Bukannya dari kemarin Kakak nolak?” Riris menghenyakkan bokong besarnya di kursi bekas duduk  Binsar, tepat di samping Elma.

“Oh, itu. Kakak tiba-tiba sadar, kalau diri kakak ini masih sangat dibutuhkan oleh suami, juga anak-anak,” jawab Elma seraya meneguk jus jeruk hangat buatan Riris.

“Maksud Kakak?” Riris menautkan kedua alis tebalnya.

“Bang Binsar butuh istri, Ris! Kasihan dia kesepian selama ini. Tiga bulan sudah kakak mengabaikan kewajiban. Dia memang tidak pernah menuntut. Bahkan saat kakak menawarkan pun, dia menolak karena tak tega. Tapi, kakak gak boleh egois, kan? Bang Binsar masih muda. Dia pasti masih sangat butuh nafkah batin.”

“Hem, Kakak tidak curiga, kalau dia memenuhi kebutuhan akan hal itu pada wanita lain?” selidik Riris menatap lekat bola mata kecoklatan milik Elma.

“Hehehehe … kamu itu! Kenapa malah kamu yang curiga?”

“Aku enggak curiga, Kak. Cuma, yang namanya laki-laki normal, tampan, masih muda lagi, tentu saja dia punya seribu satu cara untuk melampiaskan hasrat seperti itu, iya, kan?”

“Ya, tapi kakak percaya, suami kakak masih mampu mengatasinya. Dia adalah type suami yang setia. Tapi tentu saja kakak juga harus ada usaha.  Makanya kakak putuskan segera operasi.”

“Hem. Kakak benar.”

“Apanya yang benar?”

“Bang Binsar adalah suami yang setia.”

“Ya, kamu sudah hampir dua bulan tinggal di rumah ini, bukan. Tentu kau sudah tau  juga karakter suamiku.”

“Ya, Kak. Kak Elma lanjut dulu, ya, sarapannya! Saya mau siap-siap juga. Sebentar lagi karyawan toko udah pada datang.”

“Iya. Makasih, ya, nasi goreng spesialnya!”

“Kakak yang semangat, ya, menjalani operasinya! Semoga berjalan lancar!”

“Terima kasih, Ris!”

*

Riris berjalan cepat meninggalkan ruang makan menuju kamarnya. Mengunci pintu dari dalam lalu meraih ponsel di atas nakas.

“Tante, Tante udah sampai  di mana?” tanyanya begitu panggilannya terhubung.

“Kami udah sampai di Sibolangit, Ris! Setengah jam lagi udah sampailah di Medan. Kenapa, Sayang?”

“Tolong kalian perlambat aja, Tante! Kalian istirahat dulu di rest area mana, gitu!”

“Kenapa?”

“Gawat, Tan! Si Elma pagi ini bikin kejutan setelah tadi malam Bang Binsar mecat saya. Menantu Tante  itu tiba-tiba mutusin untuk mau jalani operasi. Pagi ini mereka mau berangkat ke rumah sakit setelah bertemu anak-anak. Makanya Tante tahan aja dulu anak-anak! Jangan izinin bertemu dia, biar perempuan itu down lagi kondisi psikisnya nahan kangen, lalu batalin operasinya!”

“Ada apa si Elma tiba-tiba mau operasi? Apakah dia benaran mulai curiga sama kamu?”

“Enggak tau, Tan! Sepertinya tidak, sih. Dia malah kelihatan bahagia, tenang, senyum aja sepanjang pagi ini. Gak ada tanda-tanad kalau dia  menyimpan sedih, curiga dan semacamnya.”

“Ya, udah. Gini aja, kau bilang saja kalau kami tidak jadi  datang, karena si bungsu Tampan tiba-tiba demam dan kejang-kejang! Biar dia ketakutan, was-was, dan batalin operasinya!”

*****

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nur meini
E amang tahe, namboru te do si Risda on,sekongkol rap dohot pelakor...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 5. Ancaman Manis Riris

    “Baik, Tante!”Riris tersenyum lega. Gadis itu lalu membuka pintu kamar, keluar dengan langkah ringan. Kabar duka akan dia sampaikan kepada Elma yang masih berada di meja makan.Namun, saat melewati kamar utama, langkahnya terhenti. Pintu kamar yang sedikit terbuka membuat mata gadis itu dengan leluasa menangkap pemandangan di dalamnya. Binsar yang baru saja selesai mandi tengah berdiri mamatut diri di depan cermin rias. Tubuh atletis yang hanya berbalut handuk sebatas pinggang memancing gadis itu untuk datang mendekat.Pelan Riris menguakkan daun pintu agar lebih lebar. Membawa tubuhnya masuk ke dalam, lalu menutup kembali daun pintu tanpa suara.Klek! Ceklek!Anak kunci dia putar dua kali.“Kamu?” teriak Binsar terkejut menoleh ke belakang. “Kamu, ngapain di sini? Keluar!” usirnya dengan mata membulat.“Ssst! Jangan kencang-kencang ngomongnya! Nanti istri Abang dengar gimana?” Riris menempelkan telunjukknya di bibir Binsar yang masih basah. “Mau apa kamu, Riris? Tolong keluar!”

    Last Updated : 2022-09-26
  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 6. Durjana Kepergok, Elma Mulai Beraksi

    Dengan tangan gemetar Elma mulai menscroll laporan penjualan. Baik laporan penjualan di toko induk ini maupun seluruh toko cabang yang tersebar di beberapa kota kabupaten, berbagai kota kecamatan bahkan desa. Semuanya mesti memberikan laporan penjualan secara on-line ke toko induk. Setiap hari pula kasir di setiap toko cabang harus mentransfer uang hasil penjualan ke rekening toko.Rekening toko memang atas nama Elma sebagai pemilik resmi. Namun, kartu ATM atas nomor rekening itu ada di tangan Binsar. Elma lalu mengetik pemberitahuan di layar laptop.[Kepada seluruh kasir toko cabang Usaha Panglong Elma Bersinar, mulai hari ini uang hasil penjualan harian harap di transfer ke rekening pribadi pemilik Usaha langsung atas nama Elma Rosaline dengan nomor Rekening 131-xxxx-xxx-xx karena rekening toko yang biasa sudah dibekukan. Demikian untuk dipatuhi. Tertanda pemilik Usaha Panglong Elma Bersinar, Elma Rosaline.]“Kak El, ini maksudnya apa?” Riris terbelalak kaget membaca kalimat it

    Last Updated : 2022-10-06
  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 7. Usul Riris Melenyapkan Elma

    “Bik Dar! Tolong bantu saya siap-siap, Bik! Saya gak usah mandi, elap dengan air hangat saja!” titah Elma pada Asistennya.“Baik, Buk!”“Tolong tunggu di luar, Bang! Siapkan mobil!” pinta Elma melirik Binsar.Binsar tak bisa menolak lagi. Dengan enggan dia keluar dari kamar itu. Namun langkahnya bukan menuju garasi, melainkan ke toko. Riris menyambutnya dengan senyum lebar.“Gimana istri Abang, drop lagi, kan? Gak jadi operasi, kan? Abang, sih! Bukannya dihalang-halangi istrinya minta operasi, malah didukung, sekarang liat, Abang gak bisa bebas lagi gunakan kartu ATM Abang, kan?” semprotnya begitu Binsar sudah dekat.“Kamu benar, Ris. Aku salah sangka. Kukira Elma itu perempuan bodoh. Kasihan dia penyakitan, begitu pikirku. Rupanya sakit saja dia berbahaya, bagaimana pula kalau sehat.”“Makanya aku dan Mama Abang ngarang cerita kalau Tampan demam. Biar dia gak jadi operasinya.”“Jadi, Tampan gak benar-benar sakit?”“Tidak. Mama Abang sengaja menunda tiba lebih cepat. Supaya Kak El

    Last Updated : 2022-10-06
  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 8.  Elma Teronggok Di Mobil Van

    “Iya, kenapa? Kamu sepertinya panik sekali?” tanya sang supir kebingungan.“Tidak, bukan. Eh, maksud saya, hati-hati nanti nyetirnya! Sudah, ya! Terima kasih!” Elma mengakhiri panggilannya, lalu menatap Riris dengan tajam. Wanita itu menunduk, menyembunyikan wajahnya.“Apa maksud kamu sebenarnya?” Elma berjalan pelan mendekati wanita itu. Bik Darmi membantu memapahnya.Binsar yang melihat gelagat perang segera turun dari mobil dan memburu istrinya. “Sayang, kita berangkat sekarang, ya! Dokter David sudah terlalu lama menunggu. Ayo!” ucapnya langsung menggendong tubuh ringkih Elma.“Aku mau bicara dulu dengan Riris, tunggu sebentar!”“Jangan pedulikan Riris, Sayang! Biar nanti abang yang urus, ya!”“Aku mau pecat dia, Abang! Aku pecat dia sekarang!”“Iya, iya!” Binsar meletakkan tubuh Elma di jok depan, langsung menutup rapat pintu mobil. Elma berusaha meronta, namun tak dihiraukan. Mobil itu langsung melaju dengan kecepatan tinggi.Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel

    Last Updated : 2022-10-06
  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 9. Elma Pingsan Dalam Sekapan

    “Tolong selimuti saya!” lirihnya tetap dengan posisi menghadap ke dingding dan tubuh menggigil.“Sial benar perempuan itu! Cari masalah saja! Selimuti dia!” perintah Alva kepada anak buahnya. Salah seorang langsung menyelimuti tubuh Elma.“Sekarang dudukkan dia, bantu gerakkan tangannya untuk menanda tangani surat ini! Setelah itu masukkan dia ke mobil, tinggalkan di lampu merah, di mana tadi kalian menjemputnya!” perintahnya lagi.Dengan sigap kedua anak buahnya melakukan perintah. Bersusah payah mereka posisikan tubuh Elma agar bisa bersandar di dinding. Namun usaha mereka sia-sia. Elma tak lagi bergerak sedikitpun.“Dia pingsan, Bang! Tubuhnya juga panas sekali! Sepertinya demam tinggi!”“Sial! Bawa ke mobil! Lalu buang!”“Tapi, Bang!”“Kenapa? Kalain mau markas kita ini menjadi perhatian masyarakat umum dan juga polisi!”“Tidak, Bang! Tapi, jangan dibuang juga, Bang!”“Lalu kau mau apa? Mau bawa dia ke rumah sakit? Ada uang bapak kau bayar rumah sakitnya, ha! Belum lagi kalau di

    Last Updated : 2022-10-06
  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 10. Alva Menjadi Buron

    “Eh, kenapa kau malah pucat begitu? Ke mana si Elma, Binsar dan si Riris?” cecar Risda mengernyitkan kening saat melihat kegugupan Bik Darmi.“Anu, Bu. Saya bawa anak-anak ke belakang saja!” Bik Darmi langsung membawa kedua balita Elma ke belakang. Wanita itu tak ingin kedua bocah itu terguncang jiwanya bila tahu hal yang sebenarnya tentang ibu mereka.“Pembantu aneh! Ditanya malah kabur! Binsar! Riris! Bin … ”Binsar dan Riris yang merasa terganggu mendengar suara cempreng wanita itu terpaksa menyudahi permainan panas mereka. Keduanya keluar sambil membenahi pakaian yang tak karuan.“Mama! Ribut amat, sih!” protes Binsar membuka pintu kamar.“Tante, Tante udah nyape?” sapa Riris sambil mengancingkan blus yang belum tertutup sempurna.“Kalian?” Wanita itu melotot tak percaya menatap keduanya. “Kalian di kamar ini berduaan, maksud Mama, hubungan kalian sudah sejauh ini?” Risda menautkan kedua alisnya.“Maaf, Tan! Kami enggak ngapa-ngapain, kok, cuma ngobrol!” Riris memeluk leng

    Last Updated : 2022-10-06
  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 11. Binsar Tak Setuju Elma Operasi

    Seorang wanita berambut sebahu dan hanya mengenakan tank top crop tali dan celana pendek di atas lutut membukakan pintu.“Gak usah banyak nanya, masukkan motorku ke dalam, cepat!” perintah Alva sambil melemparkan kunci motornya kepada gadis itu.“Lho, kok ke dalam? Biar aja di luar, aman, kok!”“Situasinya lagi tidak aman! Ayo, dong! Banyak nanya banget!”“Iya-iya!”Wanita itu mendorong motor Alva masuk ke dalam kamar. Ruangan enam kali sepuluh meter itu tampak makin sesak dengan keberadaan motor besar itu.Alva langsung melemparkan tubuhnya di kasur busa lantai di kamar kos-an wanita itu.“Ada masalah apa kali ini, Sayang?” tanya gadis itu seraya duduk di tepi kasur. Wajah cantik tanpa polesan itu tampak sedikit tegang.“Gak ada! Aku lagi malas bicara! Aku hanya numpang sembunyi di sini beberapa jam saja! Maaf, kalau merepotkanmu!” Alva menggeser tubuhnya menghadap dinding, memunggungi sang kekasih.“Ya, sudah, istirahatlah!” Sang gadis menghela napas berat. Lalu berjalan ke arah m

    Last Updated : 2022-10-06
  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 12. Elma Minta Talak

    “Saya tidak setuju!” sahut Binsar cepat. Itu mengagetkan Arfan.“Kenapa pula kau tidak setuju! Jadi kau lebih suka si Elma menderita digrogoti penyakitnya itu? Biar apa, ha?” tanyanya menatap tajam sang adik ipar.“Ya, aku tidak tega saja, Bang.”“Tidak tega apa?”“Ya, aku gak tega, si Elma selama ini, kan, tidak mau menjalani operasi karena takut mati. Kenapa pula aku harus melanggar itu pada saat dia pingsan. Aku tidak mau dia kecewa saat dia sadar nanti, Bang!”“Elma sudah sadar! Tetapi dia tak mau bicara! Kau dengar apa kata perawat tadi, kan?”“Itu sebabnya, kita tak bisa melakukan tindakan operasi tanpa persetujuannya. Jika dia tidak mau bicara itu artinya dia tidak setuju!”“Banyak kali alasan kau! Sudah, kau tanda tangani saja surat pernyataan itu! Mengenai biayanya Pak Andre sudah mau bertanggung jawab! Apa lagi yang kau tunggu?”“Maaf, Bang! Aku tidak mau!”“Astaga! Kau benar-benar lebih suka istrimu meninggal, rupanya!”“Tidak, bukan begitu! Justru karena demi keselamatann

    Last Updated : 2022-10-06

Latest chapter

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 200. Tamat (Binsar Meninggal)

    “Vita, sambil tengokin adek, ya! Tante mau buatkan jus buah!” titah Nirmala seraya bangkit. Ini hari keempat dia menemani anak-anak Elma. “Ya, Tante. Buatin buat Vita sekalian, ya, Tan! Gerah banget, nih!” sahut Vita tetap fokus dengan buku pelajaran di tangannya. Gadis kecil berusia delapan tahun itu akan menghadapi ujian kenaikan kelas besok. Itu sebab dia harus belajar keras hari ini. “Tampan mau jus enggak, biar Tante bawa sekalian?” teriak Nirmala lagi. “Mau, Tan! Pakai es yang banyak, ya!” sahut bocah laki-laki berusia lima tahun dari halaman. Dia tengah asik bermain bola sendirian. Keringat mengucur deras di dahi dan punggungnya. Nirmala bergerak ke dalam rumah. Vita tenggelam dengan bukunya ketika Tampan bergerak mendekati pintu pagar. Bola yang sedang dia mainkan terlempar ke luar. Berusaha menjangkau bola melalui celah besi pagar, bocah itu mulai putus asa. “Kakak, bolanya keluar!” teriaknya sedih. “Biar aja, ambil bola yang lain aja! Jangan keluar!” sang kakak b

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 199. Karma Karena Sikap Tak Adil Keluarga Kepada Andre

    “Andre, kalian datang?” Serempak Sinulingga, Riani dan Anyelir menoleh. “Bagaimana keadaan Kak Elma, Kak Anyelir?” tanya Nara setelah menghirup napas beberapa kali. terlihat dia begitu kelelahan dengan perut yang kian membesar. Di usia kandungan yang ke tujuh bulan, wanita itu memang mulai mudah lelah. “Elma masih ditangani Dokter. Kamu baik baik saja? Ngapain ikut ke rumah sakit ini kalau kamu sendiri dalam keadaan hamil besar begini?” tanya Anyelir membantu Nara untuk duduk. “Aku khawatir, takut Kak Elma kenapa napa. Secara dia pernah hampir meninggal dulu karena serangan kanker rahim, kan?” dalih Nara sedih. “Kok bisa Elma drop, apa yang terjadi?” tanya Andre cemas. “Ini semua salah mama,” lirih Riani bersuara. Semua terpana. “Mama melakukan apa lagi” Andre menatapnya gusar. “Mama gak bisa terima kalau ternyata Alva enggak bakal pernah bisa punya anak. Mama sedih. Mama tak bisa menerima kenyataan. Nyatanya, Mama tk bisa berbuat apa-apa. Alva sudah menjatuhkan pilihan.

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 198. Elma Drop

    “Maksud kamu? Mama … harus pergi dari sini?” tanya Alva menyipitkan kedua netranya. terkejut mendengar permintaan Elma. “Ya, maaf! Aku tidak mau Mama ada di sini! Di rumah ini. Setidaknya sampai hatiku kembali tenang,” lirih Elma lalu berjalan pergi meninggalkan kegaduhan. “Elma kau mengusir mama? Berani kau mengusir ibu mertuamu, hah?” Riani hendak mengejar Elma, tetapi segera ditahan oleh Anyelir. “Kau tidak bisa mengusirku, Elma! Mana janjimu untuk minta talak pada anakku? Mana janjimu akan menikahkan Alva dengan Nirmala! Kau penipu, Elma!” teriaknya memaki-maki Elma. Sontak Elma menghentikan langkah. Berbalik, lalu menatap ibu mertuanya penuh kecewa. Jemarinya memijit kening, pandangannya tiba-tiba gelap. Elma ambruk ke lantai. “Sayang!” Alva menangkap tubuhnya. “Elma, Sayang …! Kamu kenapa? El?” panggilnya seraya menepuk lembut pipi Elma. Namun, tak ada respon. “Denyut nadinya lemah banget!” seru Anyelir panik saat meraba pergelangan tangan Elma. “Kenapa? Kak Elma ken

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 197. Elma Mengusir Ibu Mertua

    “Alva …?” Riani tersentak kaget. “Apa maksud kamu, Nak? Rencana apa? Mama enggak paham?” lanjutnya memasang wajah paling sedih. Dramanya masih berlanjut. “Enggak usah pura-pura lagi, deh, Ma! Dion, segera nyalakan proyektornya!” perintah Alva kepada anak buahnya. Dion dan Yopi segera melaksanakan perintah. Infokus mereka sorotkan ke dinding kamar. Menit berikutnya sebuah video rekaman sudah diputar. Rekaman dari CCTV di hotel tempat Alva dan Nirmala sempat berada di sebuah kamar tanpa busana. Terlihat jelas saat dua orang pria menurunkan tubuh Alva dan Nirmala dari dalam sebuah mobil. Keduanya lalu membawa Alva dan Nirmala masuk ke dalam kamar hotel. “Apa ini?” teriak Riani tiba tiba. “Hentikan itu! Mama enggak sanggup melihat hal yang menakutkan seperti itu!” pintanya pura-pura memelas. Alva melambaikan tangan, sebagai isyarat agar Dion menghentikan dulu memutar videonya. “Kenapa Mama enggak nanya, kenapa aku dan Nirmala bisa dalam keadaan tak sadarkan diri seperti itu? H

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 196. Penyelidikan Alva Membongkar Rahasia Sang Bunda

    “Kau bilang apa barusan? Alva akan menikahi Nirmala, setelah menalak kamu?” Riany tersentak kaget. kedua bola matanya membulat sempurna. Sedikitpun dia tak menyangka, semua harapannya begitu mudahnya terlaksana. Awalnya, tak muluk cita-citanya. Cukuplah Elma setuju Alva menikahi Nirmala. Dia sudah sangat bahagia. Karena dengan begitu, dia akan mendpat cucu dari Nirmala. Anak kandung Alva, darah dagingnya, penerus marga dan keturunannya. Tak apa meski Nirmala hanya istri kedua. Sebab kalau mengharap cuuc dari Elma, itu sangat tidak mungkin. Elma pernah diponis menderita kangker rahim. Sudah dilakukan operasi besar juga. Besar kemungkinan rahim Elma sudah diangkat juga. Harapannya ternyata dikabulkan Tuhan berlipat ganda. Bukan hanya Alva yang akan menikahi Nirmala, tetapi juga Elma akan mengundurkan diri sebagai menantunya. Artinya, Nirmala akan menjadi satu satunya istri buat Alva. Ratu di keluarga Sinulingga, hanya Nirmala saja. Keturunan langsung keluarga besar itu. Bukan Elma,

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 195. Nirmala Bukan Madu

    “Kenapa kau bisa tidur dengan Alva! Dasar kau memang manusia tak tau terima kasih! Kurang baik apa Elma sama kamu selama ini! Kenapa kau malah mencuri suaminya! Dasar kau memang keturunan Bina tang! Kau mau menyakiti hati Elma, iya? Kurang baik apa dia sama kamu, Nirmala …! Kenapa begini balasanmu!” lanjut Riani lagi memaki dan mengumpat dengan kata kata kasar.“Ma! Ada apa ini?” Elma mendorong pintu kamar langsung menerobos masuk ke dalam. “Nirmala, kau sudah pulang?” tanyanya menoleh kepada Nirmala.“Lihat perempuan sundal ini, Elma! Dia sudah berjinah dengan suamimu! Dia tega berselingkuh di belakangmu, Elma," teriak Riani pura-pura histeris.“Aku tidak selingkuh, Tante! Bang Alva yang sudah menjebak aku, entah apa yang terjadi aku enggak sadar. Saat aku bangun, aku sudah berad di dalam sebuah kamar hotel bersama Bang Alva. Bang Alva yang sudah perkosa aku, Tante!” jerit Nirmala tak terima tuduhan sang Tante.“Jangan ngarang kamu! Jangan pura-pura jadi korban! Akui saja, kalau ka

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 194. Drama Sang Ibu Mertua

    “Elma …! Kau ngomong apa! Menikah apa?! Aku tidak mau …!” teriak Alva histeris. Elma tak menghiraukan. Langkahnya makin panjang keluar dari kamar.“Kak El, aku juga enggak mau nikah sama Bang Alva!” Nirmala ikut berteriak. Namun, dia tak bisa mengejar Elma. Dia maish sibuk mengenakan seragam sekolahnya kembali.“Elma … tunggu!” Alva menangkap lengan Elma dari belakang. Terpaksa Elma menghentikan langkah. Namun, detik berikutnya sebuah tamparan langsung dia layangkan tepat di pipi Alva.“Sudah kubilang, jangan pernah sentuh aku lagi! Aku jijik padamu, paham!” tegasnya lalu meneruskan langkah.Alva terperangah, meraba pipinya yang panas. Elma sedang benar-benar marah. Dia bisa berbuat apa sekarang? Tak ada, selain pasrah.“Aku akan buktikan kalau aku tidak bersalah,” ucapnya lirih. Sebuah tekat terpatri di dalam benak. Semua ini akan bisa diusut tuntas. Akan dia buktikan kalau dia bukan pria bejat seperti anggapan Elma saat ini.“Bang Al, saya harus meningglkan Abang! Saya akan setiri

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 193. Permintaan Mengejutkan Dari Elma

    Elma berdiri kaku di ambang pintu, menatap nanar pemandangan di atas ranjang. Suaminya berbaring dengan tanpa busana sehelai benang. Hanya ujung kain sepre yang menutup bagian selangkangan.Sementara Nirmala, gadis yang selama ini sudah menumpang hidup di rumahnya. Dia biayai pendidikanya, dia tanggung makan dan biaya hidupnya. Saat ini, dia dapati tengah berda di satu ranjang yang sama dengan suaminya. Dalam keadaan sama. Bahu, pundak dan dada atas gadis itu terlihat tanpa penutup apapun juga. Hanya sehelai selimut tipis yang menutupi batas kaki hingga wilayah dada.“Kalian?” lirihnya tercekat. Hilang suara di kerongkongan. Langit serasa runtuh, kini ambruk menimpa dirinya. Searas seluruh tubuhnya remuk. Redam, tak lagi berbentuk. Elma merasakan sakit, sangat sakit, tapi entah di bagian mana.Entah dengan kekuatan apa, dia akhirnya berhasil menggerakkan kakinya. Meski tungkainya terasa tak bertenaga. Elma merasa tubuhnya ringan, melayang, tubuhnya lalu menghampiri kedua sosok yang

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 192. Elma Datang Ke Hotel

    “Nirmala bangun! Nirmala …! Banguuuun!” Alva mengguncang bahu polos Nirmala. Panik yang melanda pria itu membuat dia bingung harus berbuat apa sekarang. Pacu jantungnya semakin tidak karuan. Bingung, takut, khawatir, marah, kecewa, bercampur dan mengaduk perasaannya.“Eeeehm …, di mana ini? Palaku sakit banget, mataku sepat ….” racau Nirmala masih saja terpejam. Hanya bibirnya yang bergerak gerak saat berusaha berucap.“Buka mata kamu! Lihat apa yang terjadi ini, Nirmala! Bangun!” perintah Alva meski dia sendiri hanya mampu bersuara tanpa bisa bergerak. Otaknya serasa buntu untuk memerintahkan anggota badan untuk berbuat sesuatu meski hanya untuk mengenakan pakaiannya kembali.“Astaga! Apa yang telah terjadi ini sebenarnya? Apa yang telah aku lakukan? Kenapa aku ada di kamar ini?” Alva memukul mukul keningnya.“Oooough …! Ini di mana?” Nirmala menguap panjang, lalu mengulet lagi hendak melanjutkan tidur.“Bangun Nirmala! Kita dalam masalah besar!” sergah Alva sekali lagi menggunca

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status