Tidak ada penemuan apa-apa melalui pengujian tersebut.Mardi terlalu tabah!Doni bahkan sedikit kagum pada Mardi!Melvin mengembuskan napas dalam hati. Tampaknya Melvin sudah menjadi pusat perhatian hari ini, tetapi tujuan akhirnya tidak tercapai.Tuan Muda Ketiga Keluarga Winta dari Kota Arina tidak sesederhana itu!Setelah rombongan Mardi pergi, anak buah Melvin juga mundur. Seketika, lobi hotel menjadi kosong.Harris bergegas berlari ke depan Melvin dengan sikap menyanjung. "Bos Melvin, terima kasih banyak atas bantuanmu hari ini!"Melvin menepuk bahu Harris, lalu tersenyum dan berkata, "Ke depannya, kamu bisa hubungi aku kalau ada orang yang cari masalah denganmu."Harris hampir pingsan kegirangan. Dia sudah berhasil menjalin hubungan dengan Bos Melvin? Rasanya seperti mimpi! Harris langsung mengangguk. "Bos Melvin, terima kasih! Terima kasih banyak! Aku akan menjamu Bos Melvin di lain hari! Bos Melvin harus datang."Melvin mengangguk acuh tak acuh. "Boleh, kabari aku saja nanti."
Setelah Irene pergi, Helen melihat bahwa Doni masih diam di tempatnya. Helen lebih marah lagi pada Doni yang tidak tahu sopan santun! Dia harus mendidik Doni setelah pulang nanti! Jika tidak, Doni akan mempermalukan Keluarga Kusmoyo!Melvin juga memberikan kartu namanya pada Helen. "Nona Helen bisa menghubungiku kalau butuh bantuan di kemudian hari.""Terima kasih, terima kasih!" Jantung Helen berdebar dengan kencang.Itu Melvin Huston! Penguasa besar di dunia persilatan! Nomor kontak Melvin bahkan lebih sulit didapatkan daripada nomor kontak Irene.Rumornya, Melvin adalah iblis yang membunuh tanpa ampun. Tak disangka, Melvin ternyata sangat rasional!Orang-orang di sekitar iri ketika melihat Helen dan Melvin bertukar kartu nama.Namun, ada juga orang-orang yang berpikiran negatif.Jangan-jangan Bos Melvin menyukai Nona Keluarga Kusmoyo?Keluarga Kusmoyo akan kaya raya!Kalau begitu, bukankah berarti kampungan itu akan ditimpa kemalangan?Berebutan wanita dengan Bos Melvin, mungkinkah
Entah apa dosa yang telah mereka perbuat di kehidupan lampau sampai bertemu dengan pembawa sial seperti itu di kehidupan sekarang!Saat Helen dan Doni berjalan ke depan, terdengar suara Pingky dari belakang."Helen! Helen! Kenapa kamu pergi begitu saja? Tunggu, tunggu dulu!"Helen tampak jijik. Jika Pingky tidak menipunya untuk menghadiri reuni teman sekelas ini, bagaimana mungkin terjadi begitu banyak hal?Helen tidak ingin bertemu lagi dengan Pingky yang mengaku sebagai temannya.Doni berbalik badan dan mengadang Pingky. "Berhenti!"Pingky termangu. "Mau apa kamu?""Cuaca terlalu panas, bantu kamu biar adem." Doni langsung menggotong Pingky."Ah! Lepaskan aku! Tolong ...."Byur!Pingky dilempar oleh Doni ke kolam air mancur.Air menciprat ke mana-mana. Pingky berbatuk-batuk karena tersedak oleh air.Helen menganga.Doni kasar sekali! Bagaimanapun, Pingky adalah seorang wanita cantik. Akan tetapi, Doni langsung melemparnya ke kolam air.Walau merasa Doni terlalu kasar, Helen juga mera
Doni tertawa geli ketika melihat siapa yang berdiri di luar jendela mobil.Gadis cantik itu berpakaian seksi, dengan kepangan rambut warna-warni. Baju tanpa lengan yang ketat sama sekali tidak dapat menutupi tubuhnya yang seksi. Di bawah celana jeans pendek, kaki ramping gadis itu memakai sepatu bot tinggi. Gadis itu adalah Melisa Bonardi."Istriku, nggak apa-apa. Mereka bukan orang jahat.""Bukan orang jahat?"Helen tampak heran. Gadis punk itu ditemani pria-pria kekar yang galak.Kamu bilang mereka bukan orang jahat?Mataku buta atau otakmu tidak waras?Melihat keraguan di wajah Helen, Doni bergegas menjelaskan, "Dia temanku, sepertinya cari aku karena ada urusan. Tolong bukakan pintu."Helen tetap tidak berani membukakan pintu, hanya menurunkan kaca jendela mobil di kursi Doni.Melisa membungkukkan badan dan tersenyum sambil berkata, "Doni! Halo! Kita ketemu lagi!"Di luar jendela mobil, tampak buah dada Melisa yang seputih salju. Dari kerah baju yang longgar, Doni bahkan dapat meli
"Pria bajingan!"Helen memegang kemudi dengan erat sambil menggertakkan gigi. Timbul rasa enggan di dalam hatinya.Bajingan itu memiliki wanita lain di luar sana!Melisa sungguh buta! Malah menyukai pria bajingan yang tidak berguna itu!...Begitu Helen pergi, Melisa langsung memeluk tangan Doni. "Dasar nggak punya hati, nggak boleh pergi kamu!""Apa kamu gila?" Doni menarik tangannya dengan kuat. "Lepaskan aku!""Nggak mau!" Melisa memeluk tangan Doni dengan lebih erat dan menggoyangnya.Doni mengernyit. "Kenapa kamu ganggu aku? Memangnya kita akrab?""Siapa suruh kamu raba aku lama-lama waktu itu!" Melisa bersikap sombong. "Kamu menyelamatkanku, tapi setidaknya kamu harus pakai sarung tangan. Kamu nggak pakai, berarti kamu melecehkanku!"Doni tidak bisa berkata-kata terhadap Melisa yang mengeyel. Doni berucap dengan jengkel, "Ada apa kamu cari aku? Kalau nggak ada urusan, aku pergi dulu!""Jangan buru-buru! Sebenarnya, aku sengaja membuat istrimu pergi. Aktingku terlalu berlebihan, i
Seorang pria jangkung yang galak memasuki area parkiran bersama beberapa pria kekar. Pria itu adalah kakak laki-laki Melisa, Jeremy Bonardi.Dari jauh, Jeremy melihat Melisa sedang menggandeng tangan seorang pria. Jeremy mengernyit dan berjalan dengan lebih cepat.Sebelum Jeremy sempat berbicara, Melisa tersenyum dan berkata, "Kak, perkenalkan, ini temanku, Doni!""Temanmu?" Jeremy mengamati Doni dari atas ke bawah. Tatapannya berhenti pada tangan Doni yang dipeluk erat-erat oleh Melisa. "Teman macam apa?"Melisa menjulurkan lidah. "Teman ... sehati!"Doni diam-diam memutar mata. Teman sehati apaan? Aku ini cowok!Jeremy lebih mengernyit lagi.Melisa cemberut. "Apa ekspresimu itu? Dia cadanganku! Oke?"Doni benar-benar ingin menendang Melisa. Kalau kamu terus menurunkan levelku, aku tidak akan meladenimu lagi!"Oh ..." sahut Jeremy dengan cuek. Lalu, Jeremy memelototi Doni. Tatapannya makin galak.Melisa agak gugup. "Kakak mau apa? Doni itu anak desa yang lugu! Jangan takuti dia!"Jere
Saking marah, Doni berbalik badan dan langsung pergi. Cadangan apaan?Melisa buru-buru mencegat Doni. "Kenapa kamu pergi? Aku belum selesai bicara!""Aku nggak mau jadi cadangan!" tukas Doni.Melisa memeluk tangan Doni. "Kalau begitu, kamu jadi suamiku saja!""Bukan itu maksudku!" Doni mencoba untuk menarik tangannya, tetapi tangannya bersentuhan dengan buah dada Melisa. Doni takut akan menyentuh bagian yang sensitif sehingga membiarkan Melisa memeluk tangannya. "Kamu nggak bisa sebut hubungan yang lebih normal? Misalnya teman baik?"Melisa cemberut. "Mau tipu siapa? Bilang kita ini murni teman? Kamu pikir kakakku anak baru gede yang naif? Saat lihat kita bersama, hanya ada dua kemungkinan di dalam kepalanya.""Apa?""Sebelum dan sesudah bersetubuh." Melisa berujar, "Aku bilang kamu cadanganku, berarti belum bersetubuh. Paham nggak?"Doni tidak bisa berkata-kata. "Aku nggak bisa memahami kalian yang dari Keluarga Bonardi.""Jangan bicarakan yang lain! Balik ke topik utama!" Melisa berk
Hotel Isnar adalah tempat tinggal sementara Mardi di Kota Timung.Pintu kamar hotel tertutup dengan rapat pada saat ini dan dapat terdengar suara geraman rendah pria dan erangan wanita. Suara erangan wanita tiba-tiba berhenti seiringan dengan sebuah raungan seperti binatang.Pintu kamar terbuka tidak lama kemudian dan seorang wanita yang terbungkus dengan selimut digendong keluar oleh dua pelayan. Kepala wanita itu terkulai dengan lemas dan napasnya juga lemah, terdapat memar dan bekas darah yang terlihat dengan jelas di leher serta betis wanita itu, serta beberapa bekas yang tidak dapat dijelaskan.Mardi keluar dari kamar dengan ekspresi muram, rasa malu di dalam hatinya hanya bisa untuk sementara dilampiaskan pada wanita setelah dipermalukan. Ini sudah merupakan wanita kedua yang disiksa sampai kehilangan setengah nyawa oleh Mardi, wanita ini terlihat harus beristirahat selama setengah bulan agar bisa turun dari tempat tidur.Risna melihat ini dari samping sambil mendengus dingin, ke