Seorang pria jangkung yang galak memasuki area parkiran bersama beberapa pria kekar. Pria itu adalah kakak laki-laki Melisa, Jeremy Bonardi.Dari jauh, Jeremy melihat Melisa sedang menggandeng tangan seorang pria. Jeremy mengernyit dan berjalan dengan lebih cepat.Sebelum Jeremy sempat berbicara, Melisa tersenyum dan berkata, "Kak, perkenalkan, ini temanku, Doni!""Temanmu?" Jeremy mengamati Doni dari atas ke bawah. Tatapannya berhenti pada tangan Doni yang dipeluk erat-erat oleh Melisa. "Teman macam apa?"Melisa menjulurkan lidah. "Teman ... sehati!"Doni diam-diam memutar mata. Teman sehati apaan? Aku ini cowok!Jeremy lebih mengernyit lagi.Melisa cemberut. "Apa ekspresimu itu? Dia cadanganku! Oke?"Doni benar-benar ingin menendang Melisa. Kalau kamu terus menurunkan levelku, aku tidak akan meladenimu lagi!"Oh ..." sahut Jeremy dengan cuek. Lalu, Jeremy memelototi Doni. Tatapannya makin galak.Melisa agak gugup. "Kakak mau apa? Doni itu anak desa yang lugu! Jangan takuti dia!"Jere
Saking marah, Doni berbalik badan dan langsung pergi. Cadangan apaan?Melisa buru-buru mencegat Doni. "Kenapa kamu pergi? Aku belum selesai bicara!""Aku nggak mau jadi cadangan!" tukas Doni.Melisa memeluk tangan Doni. "Kalau begitu, kamu jadi suamiku saja!""Bukan itu maksudku!" Doni mencoba untuk menarik tangannya, tetapi tangannya bersentuhan dengan buah dada Melisa. Doni takut akan menyentuh bagian yang sensitif sehingga membiarkan Melisa memeluk tangannya. "Kamu nggak bisa sebut hubungan yang lebih normal? Misalnya teman baik?"Melisa cemberut. "Mau tipu siapa? Bilang kita ini murni teman? Kamu pikir kakakku anak baru gede yang naif? Saat lihat kita bersama, hanya ada dua kemungkinan di dalam kepalanya.""Apa?""Sebelum dan sesudah bersetubuh." Melisa berujar, "Aku bilang kamu cadanganku, berarti belum bersetubuh. Paham nggak?"Doni tidak bisa berkata-kata. "Aku nggak bisa memahami kalian yang dari Keluarga Bonardi.""Jangan bicarakan yang lain! Balik ke topik utama!" Melisa berk
Hotel Isnar adalah tempat tinggal sementara Mardi di Kota Timung.Pintu kamar hotel tertutup dengan rapat pada saat ini dan dapat terdengar suara geraman rendah pria dan erangan wanita. Suara erangan wanita tiba-tiba berhenti seiringan dengan sebuah raungan seperti binatang.Pintu kamar terbuka tidak lama kemudian dan seorang wanita yang terbungkus dengan selimut digendong keluar oleh dua pelayan. Kepala wanita itu terkulai dengan lemas dan napasnya juga lemah, terdapat memar dan bekas darah yang terlihat dengan jelas di leher serta betis wanita itu, serta beberapa bekas yang tidak dapat dijelaskan.Mardi keluar dari kamar dengan ekspresi muram, rasa malu di dalam hatinya hanya bisa untuk sementara dilampiaskan pada wanita setelah dipermalukan. Ini sudah merupakan wanita kedua yang disiksa sampai kehilangan setengah nyawa oleh Mardi, wanita ini terlihat harus beristirahat selama setengah bulan agar bisa turun dari tempat tidur.Risna melihat ini dari samping sambil mendengus dingin, ke
Doni merasa sangat jijik karena selalu Reyhan yang mendapat pujian meski dia merasa sangat malas untuk berdebat dengan orang bodoh.Seno menyela ucapan Sherline, "Doni bertindak seperti ini demi kita dan takut kita tertipu!""Benarkah?" Sherline berkata dengan sinis, "Doni, kamu nggak perlu merasa khawatir lagi sekarang. Biar kuberi tahu padamu, proyek Tuan Muda Reyhan sama sekali nggak butuh pinjaman dari bank dan ada banyak orang yang mengejarnya untuk ikut berinvestasi, ini semua karena proyek mereka akan segera dirilis! Tuan Muda Reyhan bahkan sengaja menyisakan beberapa saham untuk kita!""Benar! Tuan Muda Reyhan sangat baik hati dan juga membantu banyak kerabat kami," ujar Bernard dengan ekspresi senang.Rupert juga ingin berinvestasi dalam proyek ini selain Bernard. Pada akhirnya, Reyhan setuju untuk menyisakan beberapa saham demi Bernard dan Sherline.Bernard dan Sherline merasa sangat bangga saat melihat tatapan terima kasih dari para kerabat, serta merasa sangat senang terhad
Reyhan merasa terkejut saat melihat Cherry dan Doni begitu dekat, dia sama sekali tidak menyangka bahwa adik sepupunya memiliki hubungan yang begitu dekat dengan Doni. Selain itu, terlihat bahwa Cherry yang berinisiatif untuk mendekati Doni."Ka ... kakak sepupu?" Cherry merasa sedikit terkejut dan segera memutar bola matanya untuk menenangkan pikirannya. Setelah itu, Cherry dengan cepat mendatangi Reyhan dan menariknya ke sebuah sudut."Cherry, apa yang kamu lakukan?" tanya Reyhan sambil mengerutkan keningnya, "Jangan-jangan kamu dan orang itu ....""Kecilkan suaramu ...." Cherry berkata dengan suara yang sangat rendah, "Aku sedang membantumu!""Membantuku?""Apa yang akan terjadi kalau Helen tahu bahwa Doni punya pemikiran lain terhadapku?"Reyhan tertegun sejenak dan segera mengerti, "Tentu saja Helen akan mengusirnya sejauh mungkin! Tapi, apakah dia benar-benar tertarik padamu?""Cih, aku nggak kalah cantik dari Helen! Selain itu, sikap Helen pada Doni sangat buruk, bukankah Doni p
"Jelaskan dari mana kamu dapat sekoper pakaian itu! Aku tahu kamu menghabiskan uang lebih dari 20 juta hari ini dan nggak mungkin beli pakaian sebanyak itu!""Kecuali kamu beli barang palsu di pasar grosir, kamu tetap harus buang itu semua!"Doni mengangkat bahunya, "Melisa punya penyakit jantung, aku kebetulan ada di sisinya saat penyakitnya kambuh dan berhasil menyelamatkannya. Pakaian ini dibeli oleh Harris, dia sangat berterima kasih padaku karena aku mengingatkan Harris bahwa putranya menderita kanker stadium awal. Sesederhana ini!"Helen sedikit tertegun, "Kamu benar-benar mengerti ilmu kedokteran?"Doni tersenyum bangga, "Seluruh orang di desaku nggak akan pergi ke rumah sakit meski mereka sakit dan akan mendatangiku! Omong-omong, apakah pergelangan kaki kirimu akan terasa sangat sakit kalau berjalan terlalu lama?""Hm? Kenapa kamu bisa tahu?""Dalam sekilas bisa terlihat bahwa kakimu mungkin terkilir tiga tahun yang lalu dan nggak disembuhkan dengan benar."Helen tertegun sejen
Helen mengerutkan keningnya saat melihat Doni sedang terbengong, "Apa yang kamu lakukan?"Doni tersenyum, "Istriku, kamu sungguh harum. Aku sangat suka memelukmu.""..." Helen tidak tahu harus bereaksi seperti apa pada saat ini.Apakah otak orang ini bermasalah?Masalah sudah mencapai titik ini, tapi dia malah masih mengucapkan omong kosong seperti ini!Ular berbisa di atas tempat tidur tiba-tiba bergerak pada saat ini, ia dengan cepat bergerak ke arah Doni. Ular itu tiba-tiba melompat, lalu membuka mulutnya untuk menggigit Doni setelah sampai di tepi tempat tidur."Ah!" Teriakan Helen bergema di seluruh vila.Doni menahan rasa sakit di gendang telinganya, lalu dengan cepat menarik sepotong pakaian dari samping dan membuka pakaian itu.Wus!Pakaian terbuka dan langsung membungkus ular berbisa di dalamnya.Doni membanting ular itu ke lantai.Bang!Ular berbisa itu dibanting ke lantai.Doni menggunakan kekuatannya kali ini, ular berbisa itu tidak terlihat terluka dari luar, tapi seluruh
Seno menguap, "Sudahlah, nggak ada masalah yang terjadi, kalian bisa kembali tidur! Doni, Helen, kalian juga tidurlah lebih awal!"Doni mengangguk setuju, tapi selalu merasa bahwa tidur yang dikatakan oleh Seno memiliki maksud lain. Dia hanya bisa diam-diam tersenyum di dalam hatinya, sebenarnya kami sudah pernah tidur bersama!Helen masih merasa sedikit takut setelah kembali ke kamar, dia memeriksa seluruh kamar dan baru menaiki tempat tidur setelah mengganti seprai, tapi Helen sama sekali tidak merasa mengantuk.Doni tidak bisa menahan diri untuk berkata saat mendengar Helen yang terus bolak-balik di atas tempat tidur, "Istriku, kamu nggak bisa tidur?""Untuk apa kamu memedulikan hal ini? Tidurlah! Omong-omong, jangan panggil aku dengan panggilan itu!""Baik, istriku!""Kamu sungguh menyebalkan!""Bagaimana kalau aku menyanyikan sebuah lagu untukmu? Kamu jangan terus bolak-balik, karena aku juga nggak bisa tidur.""Kamu bisa nyanyi?""Orang-orang di desa memanggilku Afgan kedua.""Ci