"Pria bajingan!"Helen memegang kemudi dengan erat sambil menggertakkan gigi. Timbul rasa enggan di dalam hatinya.Bajingan itu memiliki wanita lain di luar sana!Melisa sungguh buta! Malah menyukai pria bajingan yang tidak berguna itu!...Begitu Helen pergi, Melisa langsung memeluk tangan Doni. "Dasar nggak punya hati, nggak boleh pergi kamu!""Apa kamu gila?" Doni menarik tangannya dengan kuat. "Lepaskan aku!""Nggak mau!" Melisa memeluk tangan Doni dengan lebih erat dan menggoyangnya.Doni mengernyit. "Kenapa kamu ganggu aku? Memangnya kita akrab?""Siapa suruh kamu raba aku lama-lama waktu itu!" Melisa bersikap sombong. "Kamu menyelamatkanku, tapi setidaknya kamu harus pakai sarung tangan. Kamu nggak pakai, berarti kamu melecehkanku!"Doni tidak bisa berkata-kata terhadap Melisa yang mengeyel. Doni berucap dengan jengkel, "Ada apa kamu cari aku? Kalau nggak ada urusan, aku pergi dulu!""Jangan buru-buru! Sebenarnya, aku sengaja membuat istrimu pergi. Aktingku terlalu berlebihan, i
Seorang pria jangkung yang galak memasuki area parkiran bersama beberapa pria kekar. Pria itu adalah kakak laki-laki Melisa, Jeremy Bonardi.Dari jauh, Jeremy melihat Melisa sedang menggandeng tangan seorang pria. Jeremy mengernyit dan berjalan dengan lebih cepat.Sebelum Jeremy sempat berbicara, Melisa tersenyum dan berkata, "Kak, perkenalkan, ini temanku, Doni!""Temanmu?" Jeremy mengamati Doni dari atas ke bawah. Tatapannya berhenti pada tangan Doni yang dipeluk erat-erat oleh Melisa. "Teman macam apa?"Melisa menjulurkan lidah. "Teman ... sehati!"Doni diam-diam memutar mata. Teman sehati apaan? Aku ini cowok!Jeremy lebih mengernyit lagi.Melisa cemberut. "Apa ekspresimu itu? Dia cadanganku! Oke?"Doni benar-benar ingin menendang Melisa. Kalau kamu terus menurunkan levelku, aku tidak akan meladenimu lagi!"Oh ..." sahut Jeremy dengan cuek. Lalu, Jeremy memelototi Doni. Tatapannya makin galak.Melisa agak gugup. "Kakak mau apa? Doni itu anak desa yang lugu! Jangan takuti dia!"Jere
Saking marah, Doni berbalik badan dan langsung pergi. Cadangan apaan?Melisa buru-buru mencegat Doni. "Kenapa kamu pergi? Aku belum selesai bicara!""Aku nggak mau jadi cadangan!" tukas Doni.Melisa memeluk tangan Doni. "Kalau begitu, kamu jadi suamiku saja!""Bukan itu maksudku!" Doni mencoba untuk menarik tangannya, tetapi tangannya bersentuhan dengan buah dada Melisa. Doni takut akan menyentuh bagian yang sensitif sehingga membiarkan Melisa memeluk tangannya. "Kamu nggak bisa sebut hubungan yang lebih normal? Misalnya teman baik?"Melisa cemberut. "Mau tipu siapa? Bilang kita ini murni teman? Kamu pikir kakakku anak baru gede yang naif? Saat lihat kita bersama, hanya ada dua kemungkinan di dalam kepalanya.""Apa?""Sebelum dan sesudah bersetubuh." Melisa berujar, "Aku bilang kamu cadanganku, berarti belum bersetubuh. Paham nggak?"Doni tidak bisa berkata-kata. "Aku nggak bisa memahami kalian yang dari Keluarga Bonardi.""Jangan bicarakan yang lain! Balik ke topik utama!" Melisa berk
Hotel Isnar adalah tempat tinggal sementara Mardi di Kota Timung.Pintu kamar hotel tertutup dengan rapat pada saat ini dan dapat terdengar suara geraman rendah pria dan erangan wanita. Suara erangan wanita tiba-tiba berhenti seiringan dengan sebuah raungan seperti binatang.Pintu kamar terbuka tidak lama kemudian dan seorang wanita yang terbungkus dengan selimut digendong keluar oleh dua pelayan. Kepala wanita itu terkulai dengan lemas dan napasnya juga lemah, terdapat memar dan bekas darah yang terlihat dengan jelas di leher serta betis wanita itu, serta beberapa bekas yang tidak dapat dijelaskan.Mardi keluar dari kamar dengan ekspresi muram, rasa malu di dalam hatinya hanya bisa untuk sementara dilampiaskan pada wanita setelah dipermalukan. Ini sudah merupakan wanita kedua yang disiksa sampai kehilangan setengah nyawa oleh Mardi, wanita ini terlihat harus beristirahat selama setengah bulan agar bisa turun dari tempat tidur.Risna melihat ini dari samping sambil mendengus dingin, ke
Doni merasa sangat jijik karena selalu Reyhan yang mendapat pujian meski dia merasa sangat malas untuk berdebat dengan orang bodoh.Seno menyela ucapan Sherline, "Doni bertindak seperti ini demi kita dan takut kita tertipu!""Benarkah?" Sherline berkata dengan sinis, "Doni, kamu nggak perlu merasa khawatir lagi sekarang. Biar kuberi tahu padamu, proyek Tuan Muda Reyhan sama sekali nggak butuh pinjaman dari bank dan ada banyak orang yang mengejarnya untuk ikut berinvestasi, ini semua karena proyek mereka akan segera dirilis! Tuan Muda Reyhan bahkan sengaja menyisakan beberapa saham untuk kita!""Benar! Tuan Muda Reyhan sangat baik hati dan juga membantu banyak kerabat kami," ujar Bernard dengan ekspresi senang.Rupert juga ingin berinvestasi dalam proyek ini selain Bernard. Pada akhirnya, Reyhan setuju untuk menyisakan beberapa saham demi Bernard dan Sherline.Bernard dan Sherline merasa sangat bangga saat melihat tatapan terima kasih dari para kerabat, serta merasa sangat senang terhad
Reyhan merasa terkejut saat melihat Cherry dan Doni begitu dekat, dia sama sekali tidak menyangka bahwa adik sepupunya memiliki hubungan yang begitu dekat dengan Doni. Selain itu, terlihat bahwa Cherry yang berinisiatif untuk mendekati Doni."Ka ... kakak sepupu?" Cherry merasa sedikit terkejut dan segera memutar bola matanya untuk menenangkan pikirannya. Setelah itu, Cherry dengan cepat mendatangi Reyhan dan menariknya ke sebuah sudut."Cherry, apa yang kamu lakukan?" tanya Reyhan sambil mengerutkan keningnya, "Jangan-jangan kamu dan orang itu ....""Kecilkan suaramu ...." Cherry berkata dengan suara yang sangat rendah, "Aku sedang membantumu!""Membantuku?""Apa yang akan terjadi kalau Helen tahu bahwa Doni punya pemikiran lain terhadapku?"Reyhan tertegun sejenak dan segera mengerti, "Tentu saja Helen akan mengusirnya sejauh mungkin! Tapi, apakah dia benar-benar tertarik padamu?""Cih, aku nggak kalah cantik dari Helen! Selain itu, sikap Helen pada Doni sangat buruk, bukankah Doni p
"Jelaskan dari mana kamu dapat sekoper pakaian itu! Aku tahu kamu menghabiskan uang lebih dari 20 juta hari ini dan nggak mungkin beli pakaian sebanyak itu!""Kecuali kamu beli barang palsu di pasar grosir, kamu tetap harus buang itu semua!"Doni mengangkat bahunya, "Melisa punya penyakit jantung, aku kebetulan ada di sisinya saat penyakitnya kambuh dan berhasil menyelamatkannya. Pakaian ini dibeli oleh Harris, dia sangat berterima kasih padaku karena aku mengingatkan Harris bahwa putranya menderita kanker stadium awal. Sesederhana ini!"Helen sedikit tertegun, "Kamu benar-benar mengerti ilmu kedokteran?"Doni tersenyum bangga, "Seluruh orang di desaku nggak akan pergi ke rumah sakit meski mereka sakit dan akan mendatangiku! Omong-omong, apakah pergelangan kaki kirimu akan terasa sangat sakit kalau berjalan terlalu lama?""Hm? Kenapa kamu bisa tahu?""Dalam sekilas bisa terlihat bahwa kakimu mungkin terkilir tiga tahun yang lalu dan nggak disembuhkan dengan benar."Helen tertegun sejen
Helen mengerutkan keningnya saat melihat Doni sedang terbengong, "Apa yang kamu lakukan?"Doni tersenyum, "Istriku, kamu sungguh harum. Aku sangat suka memelukmu.""..." Helen tidak tahu harus bereaksi seperti apa pada saat ini.Apakah otak orang ini bermasalah?Masalah sudah mencapai titik ini, tapi dia malah masih mengucapkan omong kosong seperti ini!Ular berbisa di atas tempat tidur tiba-tiba bergerak pada saat ini, ia dengan cepat bergerak ke arah Doni. Ular itu tiba-tiba melompat, lalu membuka mulutnya untuk menggigit Doni setelah sampai di tepi tempat tidur."Ah!" Teriakan Helen bergema di seluruh vila.Doni menahan rasa sakit di gendang telinganya, lalu dengan cepat menarik sepotong pakaian dari samping dan membuka pakaian itu.Wus!Pakaian terbuka dan langsung membungkus ular berbisa di dalamnya.Doni membanting ular itu ke lantai.Bang!Ular berbisa itu dibanting ke lantai.Doni menggunakan kekuatannya kali ini, ular berbisa itu tidak terlihat terluka dari luar, tapi seluruh
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a
Sebelum Doni sempat bertanya, Helen menambahkan, "Ada sesuatu yang perlu aku sampaikan padamu.""Oh ...." Doni tersenyum, "Biar kuberi tahu, Kakek nggak ada di rumah, jadi pasti ada masalah."Helen di tempat tidur dan Doni tidur di lantai.Helen berkata, "Ayahku menandatangani proyek dengan Grup Waleri di belakangku.""Apa?" Doni langsung duduk. "Apa dia sudah gila? Nggak bisa! Aku akan merobek kontraknya!""Nggak ada gunanya." Helen berkata, "Aku sudah menanyakannya. Beberapa hari yang lalu, ayahku berinisiatif pergi ke rumah sakit untuk menandatangani kontrak dengan Thomas, bahkan menyerahkan proyek tersebut pada Yulia dan Selly.""..." Doni terdiam beberapa saat lalu berkata, "Seharusnya hari itu buat Thomas menjadi cacat saja."Helen menghela napas lalu berkata, "Belakangan ini, perkembangan perusahaan terlalu lancar, ayahku sedikit terbawa suasana."Doni berpikir sejenak lalu berkata, "Apa rencanamu?""Aku juga nggak tahu." Helen berkata dengan cemas, "Aku pikir ada masalah dengan
"Ayolah! Aku malas sekali dengan wanita jelek itu!""Huh! Apa kamu nggak takut aku akan mengatakan ini padanya?""Apa untungnya bagimu?""Nggak ada, tapi aku senang!" Yulia berpikir sejenak lalu berkata, "Berjanjilah padaku satu hal lagi. Hanya setelah kamu setuju, aku akan memijatmu. Terserah kamu mau pijat bagian mana!""Apa? Katakan padaku."Yulia berkata dengan senang, "Aku ingin menyerang Denada! Keluarkan Denada dari perusahaan!""Hah? Kenapa?""Aku nggak suka padanya!" Yulia berkata, "Lihat penampilannya yang arogan hari ini. Apa hebatnya dia? Bukankah hanya karena dukungan putrimu saja? Aku harus membuatnya nggak bisa melanjutkan proyek ini!"Bernard terkejut. "Perusahaan akan rugi kalau kamu melakukan ini.""Apa salahnya proyek sebesar itu ditunda selama beberapa hari?" Yulia mendengus, "Bukankah kamu juga ingin proyek itu dikendalikan oleh Doni? Manfaatkan kesempatan ini untuk mengambil kembali proyek itu!"Bernard berpikir sejenak lalu berkata, "Ya, keterlaluan sekali! Doni
Thomas dibawa dari toilet ke tandu lalu ke ambulans.Rapat pasti tidak bisa dilanjutkan dan harus dibubarkan.Helen memanggil Doni ke kantor, menutup pintu dan bertanya, "Apa kamu yang melakukannya?"Doni merentangkan tangannya. "Apa yang aku lakukan?""Apa kamu menyakiti Thomas?""Aku nggak akan menyakiti orang lain ...." Doni berkata sambil tersenyum, "Mungkin Thomas makan makanan kotor lalu ke toilet untuk buang air.""Sudahlah!" Helen melambaikan tangannya. "Aku benar-benar nggak menyangka kamu akan menggunakan metode ini. Namun, ini nggak akan berhenti lama. Bagaimana setelahnya?"Doni menghela napas lalu berkata, "Mana aku tahu. Aku nggak mungkin bisa menghajar semua presdir dan memaksa mereka untuk melepaskan ide ini. Bukankah aku sedang mengulur waktu untukmu?""Ya ...." Helen mengangguk. "Kamu memang memberiku waktu.""Kalau kamu membutuhkan bantuanku untuk hal-hal seperti ini nantinya, kamu harus memberitahuku lebih awal. Jangan menyeretku saat masalah sudah terjadi, mau ngga
Bernard tampak bingung lalu segera bertanya, "Helen, apa yang terjadi?""Ada seseorang dari perusahaan menelepon nomor darurat, ambulans pun datang." Helen berkata, "Aku akan tanya dulu siapa yang berada dalam bahaya."Helena mulai menelepon beberapa kantor dan meminta resepsionis untuk menanyakan situasinya.Namun hingga dokter naik ke atas, Helen masih belum mengetahui siapa yang menelepon panggilan darurat.Kedua dokter merasa sedikit kesal."Apa maksud kalian? Ada hukuman kalau menelepon bantuan darurat secara iseng!""Kalian menunda waktu kami seperti ini, apa kalian nggak tahu kemungkinan akan ada pasien yang tertunda penyelamatannya?""Kalau ada yang melayang nyawanya, apa kalian berani bertanggung jawab?"...Dokter itu masih muda, sepertinya baru saja mulai bekerja, suaranya masih terdengar kekanak-kanakan. Namun, Helen masih tidak berani membalas, memang benar-benar salah! Kenapa ada karyawan yang tidak bertanggung jawab di perusahaan. "Maaf, ini salah kami. Kami akan mencari
Wajah Thomas menjadi pucat pasi setelah mendengar suara yang tidak senonoh.Kali ini perutnya tidak memberinya waktu untuk bersiap. Tiba-tiba saja ususnya dipenuhi gas. Saat berbicara, dia sempat mengendalikannya dan udara terus menyembur keluar dengan begitu cepat serta dahsyat sehingga dia tidak bisa menahan pantatnya.Tidak seperti sebelumnya, kali ini perutnya terus mengeluarkan gas dan suaranya tidak bisa berhenti.Terlebih lagi, hal paling mengerikan bagi Thomas mulai terjadi.Selain gas, beberapa benda padat kecil mulai tidak bisa dikendalikan.Dia langsung mencium sesuatu yang tidak sedap.Baunya memenuhi ruangan.Raut wajah semua orang dari Grup Kusmoyo yang menatapnya mulai terlihat aneh dan beberapa mulai menutup hidung mereka dengan tangan.Bernard berkata dengan hati-hati, "Pak Thomas, perutmu nggak nyaman?"Thomas mati-matian mencoba mengendalikan pantat untuk mencegah gas keluar terlalu cepat hingga mengeluarkan terlalu banyak benda padat dan membuat segalanya semakin ti
"Doni, lakukan apa pun yang harus kamu lakukan dan jangan mengacau di sini!" Selly berkata dengan gigi terkatup.Dia membenci Doni dan Denada karena mencuri proyeknya. Kalau bukan karena dua orang ini, sekarang dia akan bertanggung jawab penuh atas proyek satu triliun itu dan mungkin utang judi yang sangat besar itu sudah lunas. Apa gunanya membantu Thomas sebagai orang dalam setiap hari? Sekarang dia hanya berharap proyek ini bisa jatuh ke tangannya. Meski hanya jabatan wakil juga tidak masalah. Dengan begini, dia bisa mendapatkan uang dan segera melunasi utang judinya.Doni menatap orang lain di rapat dewan direksi dan tersenyum, "Sepertinya kalian nggak terlalu menyambutku. Oke, aku pergi dulu. Aku memang sangat sibuk di sana."Setelah mengatakan itu, Doni berbalik dan meninggalkan ruang rapat.Helen hendak memanggilnya, tetapi Doni berjalan terlalu cepat dan sudah meninggalkan ruang rapat. Dia pun mengepalkan tangannya karena frustrasi. Mengapa orang ini begitu tidak bisa diandalka
Sore harinya, rapat dewan direksi Grup Kusmoyo diadakan tepat waktu. Helen duduk di kursi CEO dan melihat ke ruang rapat, tetapi tidak bisa menemukan Doni.Dia pun mengerutkan kening, mengangkat telepon di ruang rapat dan menghubungi nomor ruang komunikasi."Halo, aku Helen."Suara Jarson yang panik terdengar dari telepon."Bu ... Bu Helen, ada perintah apa?""Siapa yang berjaga? Kamu sendirian?""Iya, aku yang sedang berjaga. Bu Helen ada masalah apa?"Helen merasa agak tenang, "Nggak apa-apa. Sekarang cuacanya panas, jadi jangan sampai kepanasan.""Oke, oke, terima kasih atas perhatian Bu Helen."Setelah mengakhiri panggilan, Helen agak bingung. Doni pergi ke mana?Saat sedang memikirkannya, Thomas tiba. Helen dan Bernard keluar untuk menyambutnya sebelum mengundangnya ke ruang rapat.Thomas baru saja dipermainkan oleh Doni pagi ini dan sangat marah hingga hatinya sakit.Kalau dipikirkan kembali, Doni mempermainkannya dua kali dengan cara yang hampir sama. Akan tetapi, dia benar-bena
Helen tiba-tiba merasa ingin menggoda Doni dan dia menganggukkan kepala, "Proyek ini kelihatannya bagus.""Apa?" Doni terlihat terkejut, "Aku salah dengar atau kamu salah bicara? Katakan lagi.""Proyek ini kelihatannya bagus. Kalau Grup Kusmoyo bisa melakukannya, grup kita akan langsung menjadi grup besar yang penting di Kota Timung.""Sial!" Doni tidak bisa menahan diri untuk mengumpat, "Nggak! Nggak boleh! Jangankan Grup Waleri, proyek ini saja benar-benar nggak bisa diandalkan! Grup Kusmoyo jangan menerimanya!""Kenapa nggak boleh menerimanya? Cuma karena kamu punya kesan buruk terhadap Grup Waleri?"Doni langsung membuka dokumen tersebut, menunjuk angka di atas dan bertanya, "Berapa biaya yang dibutuhkan kalau keuntungannya sebesar ini? Ayo hitung dengan keuntungan 100%!""10 triliun.""Oke, dengan biaya 10 triliun, bagaimana Grup Kusmoyo akan membiayainya?" Doni bertanya, "Mau menggadaikan rumah seperti yang Keluarga Wongso lakukan?""Nggak masalah, risiko memang harus diambil bar