Semua orang tercengang oleh omongan Doni. Ada apa lagi dengan pria itu?Helen terkesiap oleh omongan Doni. Helen buru-buru membekap mulut Doni, tanpa mengindahkan citranya.Doni langsung menggenggam tangan Helen dan membawanya ke depan Melvin. Doni tersenyum saat berujar, "Bos Melvin, Mardi sudah mengganggu istriku. Lihat betapa takutnya istriku! Kalau kubilang, dia harus berlutut dan minta maaf dulu sebelum pergi!"Helen terhuyung dan nyaris pingsan.Apakah bajingan ini ingin menimbulkan korban jiwa?Apa ini?Belalang hendak menjadi elang?Bukannya mengambil kesempatan untuk mengakhiri konflik, mengapa kamu malah mencari masalah lagi?Selain itu, mana bisa kamu menyuruh-nyuruh Melvin?Sebelum Helen sempat berbicara, Melvin tertawa terbahak-bahak."Benar, benar! Nggak bisa pergi begitu saja setelah menganiaya orang! Mardi, berhenti kamu! Berlutut dan minta maaf!"Seketika, lobi hotel menjadi hening. Semua orang menatap Melvin dengan kaget.Perbuatan Melvin tadi bisa dijelaskan sebagai
"Cih! Mardi, jangan buang-buang waktu!" Melvin berkata dengan jengkel, "Kalau kamu nggak berlutut dalam hitungan ketiga, aku akan turun tangan!""Satu ...."Detik berikutnya, anak buah Melvin perlahan mendesak ke arah rombongan Mardi. Mereka akan menyerbu ke depan ketika hitungan mundur berakhir.Ada beberapa orang yang gemetar karena tekanan yang terlalu besar."Dua ...."Mardi berada di pusat dari segala tekanan.Semua orang memusatkan perhatian pada Mardi, melihat apakah Tuan Muda Ketiga Keluarga Winta dari Kota Arina akan berlutut atau tidak.Tubuh Mardi gemetar hebat. Gusinya sampai berdarah karena menggertakkan gigi terlalu kuat.Melvin menyebutkan angka terakhir, "Tiga!"Melihat Mardi masih berdiri, Melvin tersenyum bengis. "Maju! Patahkan kakinya!""Tunggu! Aku ... berlutut!"Garis pertahanan psikologis Mardi hancur total.Teriakan itu seolah-olah menguras semua stamina Mardi. Mardi langsung berlutut di lantai."Nona Helen, mohon maafkan kelancanganku sebelumnya."Seketika, Hel
Ketika Harris sedang dilema, Melvin tersenyum sinis."Benar! Nggak bisa hanya minta maaf saja!""Harris, bagaimana dia tampar kamu, kamu tampar balik seperti itu!""Kenapa? Omonganku sudah nggak berbobot?""Hah?" Harris benar-benar ingin menangis.Bos-bos sekalian, tolong jangan menjatuhkanku ke dalam masalah!'Bukankah jelas kalian mempermainkanku?'Menampar Mardi?'Harris tidak berani.Membangkang Melvin?Harris lebih tidak berani lagi.Harris melihat Melvin dan langsung merinding ketakutan karena aura pembunuh di dalam matanya. Harris sama sekali tidak berani menolak.Jadi, Harris membulatkan tekad dan mengangkat tangan.Namun, Harris menjadi ragu ketika melihat wajah Mardi.Mardi memelotot dengan mata merah padam, seperti binatang buas yang mengamuk.Harris benar-benar tidak berani menampar mardi."Kenapa kamu bertele-tele?"Doni memprotes dengan jengkel. Lalu, Doni memegang pergelangan tangan Harris dan membuatnya menampar Mardi.Plak!Plak!Plak!...Bunyi tamparan yang nyaring b
Tidak ada penemuan apa-apa melalui pengujian tersebut.Mardi terlalu tabah!Doni bahkan sedikit kagum pada Mardi!Melvin mengembuskan napas dalam hati. Tampaknya Melvin sudah menjadi pusat perhatian hari ini, tetapi tujuan akhirnya tidak tercapai.Tuan Muda Ketiga Keluarga Winta dari Kota Arina tidak sesederhana itu!Setelah rombongan Mardi pergi, anak buah Melvin juga mundur. Seketika, lobi hotel menjadi kosong.Harris bergegas berlari ke depan Melvin dengan sikap menyanjung. "Bos Melvin, terima kasih banyak atas bantuanmu hari ini!"Melvin menepuk bahu Harris, lalu tersenyum dan berkata, "Ke depannya, kamu bisa hubungi aku kalau ada orang yang cari masalah denganmu."Harris hampir pingsan kegirangan. Dia sudah berhasil menjalin hubungan dengan Bos Melvin? Rasanya seperti mimpi! Harris langsung mengangguk. "Bos Melvin, terima kasih! Terima kasih banyak! Aku akan menjamu Bos Melvin di lain hari! Bos Melvin harus datang."Melvin mengangguk acuh tak acuh. "Boleh, kabari aku saja nanti."
Setelah Irene pergi, Helen melihat bahwa Doni masih diam di tempatnya. Helen lebih marah lagi pada Doni yang tidak tahu sopan santun! Dia harus mendidik Doni setelah pulang nanti! Jika tidak, Doni akan mempermalukan Keluarga Kusmoyo!Melvin juga memberikan kartu namanya pada Helen. "Nona Helen bisa menghubungiku kalau butuh bantuan di kemudian hari.""Terima kasih, terima kasih!" Jantung Helen berdebar dengan kencang.Itu Melvin Huston! Penguasa besar di dunia persilatan! Nomor kontak Melvin bahkan lebih sulit didapatkan daripada nomor kontak Irene.Rumornya, Melvin adalah iblis yang membunuh tanpa ampun. Tak disangka, Melvin ternyata sangat rasional!Orang-orang di sekitar iri ketika melihat Helen dan Melvin bertukar kartu nama.Namun, ada juga orang-orang yang berpikiran negatif.Jangan-jangan Bos Melvin menyukai Nona Keluarga Kusmoyo?Keluarga Kusmoyo akan kaya raya!Kalau begitu, bukankah berarti kampungan itu akan ditimpa kemalangan?Berebutan wanita dengan Bos Melvin, mungkinkah
Entah apa dosa yang telah mereka perbuat di kehidupan lampau sampai bertemu dengan pembawa sial seperti itu di kehidupan sekarang!Saat Helen dan Doni berjalan ke depan, terdengar suara Pingky dari belakang."Helen! Helen! Kenapa kamu pergi begitu saja? Tunggu, tunggu dulu!"Helen tampak jijik. Jika Pingky tidak menipunya untuk menghadiri reuni teman sekelas ini, bagaimana mungkin terjadi begitu banyak hal?Helen tidak ingin bertemu lagi dengan Pingky yang mengaku sebagai temannya.Doni berbalik badan dan mengadang Pingky. "Berhenti!"Pingky termangu. "Mau apa kamu?""Cuaca terlalu panas, bantu kamu biar adem." Doni langsung menggotong Pingky."Ah! Lepaskan aku! Tolong ...."Byur!Pingky dilempar oleh Doni ke kolam air mancur.Air menciprat ke mana-mana. Pingky berbatuk-batuk karena tersedak oleh air.Helen menganga.Doni kasar sekali! Bagaimanapun, Pingky adalah seorang wanita cantik. Akan tetapi, Doni langsung melemparnya ke kolam air.Walau merasa Doni terlalu kasar, Helen juga mera
Doni tertawa geli ketika melihat siapa yang berdiri di luar jendela mobil.Gadis cantik itu berpakaian seksi, dengan kepangan rambut warna-warni. Baju tanpa lengan yang ketat sama sekali tidak dapat menutupi tubuhnya yang seksi. Di bawah celana jeans pendek, kaki ramping gadis itu memakai sepatu bot tinggi. Gadis itu adalah Melisa Bonardi."Istriku, nggak apa-apa. Mereka bukan orang jahat.""Bukan orang jahat?"Helen tampak heran. Gadis punk itu ditemani pria-pria kekar yang galak.Kamu bilang mereka bukan orang jahat?Mataku buta atau otakmu tidak waras?Melihat keraguan di wajah Helen, Doni bergegas menjelaskan, "Dia temanku, sepertinya cari aku karena ada urusan. Tolong bukakan pintu."Helen tetap tidak berani membukakan pintu, hanya menurunkan kaca jendela mobil di kursi Doni.Melisa membungkukkan badan dan tersenyum sambil berkata, "Doni! Halo! Kita ketemu lagi!"Di luar jendela mobil, tampak buah dada Melisa yang seputih salju. Dari kerah baju yang longgar, Doni bahkan dapat meli
"Pria bajingan!"Helen memegang kemudi dengan erat sambil menggertakkan gigi. Timbul rasa enggan di dalam hatinya.Bajingan itu memiliki wanita lain di luar sana!Melisa sungguh buta! Malah menyukai pria bajingan yang tidak berguna itu!...Begitu Helen pergi, Melisa langsung memeluk tangan Doni. "Dasar nggak punya hati, nggak boleh pergi kamu!""Apa kamu gila?" Doni menarik tangannya dengan kuat. "Lepaskan aku!""Nggak mau!" Melisa memeluk tangan Doni dengan lebih erat dan menggoyangnya.Doni mengernyit. "Kenapa kamu ganggu aku? Memangnya kita akrab?""Siapa suruh kamu raba aku lama-lama waktu itu!" Melisa bersikap sombong. "Kamu menyelamatkanku, tapi setidaknya kamu harus pakai sarung tangan. Kamu nggak pakai, berarti kamu melecehkanku!"Doni tidak bisa berkata-kata terhadap Melisa yang mengeyel. Doni berucap dengan jengkel, "Ada apa kamu cari aku? Kalau nggak ada urusan, aku pergi dulu!""Jangan buru-buru! Sebenarnya, aku sengaja membuat istrimu pergi. Aktingku terlalu berlebihan, i