Mendengar teriakan Risna, empat wanita jangkung bergegas memasuki lobi hotel. Mereka mengenakan kaus hitam ketat, celana kulit hitam, dan sepatu bot kulit tinggi.Sebagian besar petinggi dalam organisasi Reani adalah wanita. Masing-masing dari keempat wanita itu adalah jagoan yang telah menjalani pelatihan intensif."Hentikan!"Irene mengadang di depan mereka dan berkata dengan suara tegas, "Risna, kalau kamu macam-macam, awas ....""Awas akan kamu masukkan ke penjara?" Risna mengangkat dagu dengan sombong. "Tangkap saja, aku nggak peduli. Paling-paling hanya belasan hari. Tapi ... setelah aku keluar, jangan salahkan aku kalau Kota Timung di bawah kepemimpinan suamimu dilanda masalah!"Tebersit kemarahan di wajah Irene. Orang dari dunia persilatan sungguh sulit dilawan. Jika itu sepuluh tahun lalu, Irene pasti akan membawa Risna ke ruang sidang di Istana Senorim. Akan tetapi, sekarang Irene adalah istrinya Petrus. Identitas Irene sudah berubah sehingga Irene tidak dapat menghadapi Risn
Semua orang tercengang ketika mendengar teriakan Doni."Astaga! Apa yang dia lakukan?""Astaga! Apa aku nggak salah dengar?""Beraninya dia sebut nama lengkap Bos Melvin?""Benar-benar idiot!""Sejauh ini, belum pernah aku lihat idiot seperti itu."Siapakah Melvin Huston?Melvin adalah bos yang terkenal akan kekejamannya!Itu tidak akan menjadi masalah jika Melvin tidak berada di sana. Jika benar-benar didengar oleh Melvin, bocah itu akan hancur dalam sekejap."Siapa yang panggil aku?"Disertai suara yang berwibawa, Melvin berjalan keluar dari belokan lobi hotel.Wah!Seluruh lobi hotel menjadi gempar."Ah! Melvin ... uhm ... Bos Melvin ada di sini!""Astaga! Bos Melvin datang!""Mampus dia! Dia sudah menyinggung Tuan Muda Mardi, Nyonya Irene, dan Risna. Sekarang dia juga sudah menyinggung Bos Melvin.""Biar kita tebak akan bagaimana dia mati hari ini."...Helen yang berdiri di samping merasa pusing hingga harus bersandar di tiang agar tidak jatuh.Mampus!Tamatlah!Kakek! Lihat cucu
"Kamu!" Risna menggertakkan gigi dengan gusar.Jika ibunya, Reani Pangestu, di sini, ibu pasti bisa melawan Melvin. Sayangnya, kekuatan Risna masih terlalu dangkal. Risna tiba-tiba tersenyum dan berteriak ke luar, "Paman Yogi! Paman Yogi! Cepat bantu aku!"Ekspresi Melvin berubah seketika.Di Kota Timung, hanya ada satu orang yang bisa dipanggil Paman Yogi oleh Risna, yaitu Yogi Bonardi!Mengapa Keluarga Bonardi, Keluarga Pangestu, dan Keluarga Winta bersekongkol?Keseriusan melanda hati Melvin.Sesaat kemudian, Yogi tidak kunjung masuk. Risna mengernyit dan berteriak lagi, "Paman Yogi! Paman harus selesaikan masalah ini!""Hahaha, Risna, Paman datang!"Yogi memasuki lobi hotel sambil tertawa.Yogi tidak setinggi Melvin, tetapi tubuhnya kekar. Baju hitam yang dikenakan menjadi melar karena otot-otot yang besar. Ada banyak bekas luka di wajah dan lengan Yogi. Semua itu bukti perjuangan Yogi dari nol.Begitu melihat Yogi, orang-orang di lobi tanpa sadar mundur beberapa langkah lagi.Ada
Semua orang tercengang oleh omongan Doni. Ada apa lagi dengan pria itu?Helen terkesiap oleh omongan Doni. Helen buru-buru membekap mulut Doni, tanpa mengindahkan citranya.Doni langsung menggenggam tangan Helen dan membawanya ke depan Melvin. Doni tersenyum saat berujar, "Bos Melvin, Mardi sudah mengganggu istriku. Lihat betapa takutnya istriku! Kalau kubilang, dia harus berlutut dan minta maaf dulu sebelum pergi!"Helen terhuyung dan nyaris pingsan.Apakah bajingan ini ingin menimbulkan korban jiwa?Apa ini?Belalang hendak menjadi elang?Bukannya mengambil kesempatan untuk mengakhiri konflik, mengapa kamu malah mencari masalah lagi?Selain itu, mana bisa kamu menyuruh-nyuruh Melvin?Sebelum Helen sempat berbicara, Melvin tertawa terbahak-bahak."Benar, benar! Nggak bisa pergi begitu saja setelah menganiaya orang! Mardi, berhenti kamu! Berlutut dan minta maaf!"Seketika, lobi hotel menjadi hening. Semua orang menatap Melvin dengan kaget.Perbuatan Melvin tadi bisa dijelaskan sebagai
"Cih! Mardi, jangan buang-buang waktu!" Melvin berkata dengan jengkel, "Kalau kamu nggak berlutut dalam hitungan ketiga, aku akan turun tangan!""Satu ...."Detik berikutnya, anak buah Melvin perlahan mendesak ke arah rombongan Mardi. Mereka akan menyerbu ke depan ketika hitungan mundur berakhir.Ada beberapa orang yang gemetar karena tekanan yang terlalu besar."Dua ...."Mardi berada di pusat dari segala tekanan.Semua orang memusatkan perhatian pada Mardi, melihat apakah Tuan Muda Ketiga Keluarga Winta dari Kota Arina akan berlutut atau tidak.Tubuh Mardi gemetar hebat. Gusinya sampai berdarah karena menggertakkan gigi terlalu kuat.Melvin menyebutkan angka terakhir, "Tiga!"Melihat Mardi masih berdiri, Melvin tersenyum bengis. "Maju! Patahkan kakinya!""Tunggu! Aku ... berlutut!"Garis pertahanan psikologis Mardi hancur total.Teriakan itu seolah-olah menguras semua stamina Mardi. Mardi langsung berlutut di lantai."Nona Helen, mohon maafkan kelancanganku sebelumnya."Seketika, Hel
Ketika Harris sedang dilema, Melvin tersenyum sinis."Benar! Nggak bisa hanya minta maaf saja!""Harris, bagaimana dia tampar kamu, kamu tampar balik seperti itu!""Kenapa? Omonganku sudah nggak berbobot?""Hah?" Harris benar-benar ingin menangis.Bos-bos sekalian, tolong jangan menjatuhkanku ke dalam masalah!'Bukankah jelas kalian mempermainkanku?'Menampar Mardi?'Harris tidak berani.Membangkang Melvin?Harris lebih tidak berani lagi.Harris melihat Melvin dan langsung merinding ketakutan karena aura pembunuh di dalam matanya. Harris sama sekali tidak berani menolak.Jadi, Harris membulatkan tekad dan mengangkat tangan.Namun, Harris menjadi ragu ketika melihat wajah Mardi.Mardi memelotot dengan mata merah padam, seperti binatang buas yang mengamuk.Harris benar-benar tidak berani menampar mardi."Kenapa kamu bertele-tele?"Doni memprotes dengan jengkel. Lalu, Doni memegang pergelangan tangan Harris dan membuatnya menampar Mardi.Plak!Plak!Plak!...Bunyi tamparan yang nyaring b
Tidak ada penemuan apa-apa melalui pengujian tersebut.Mardi terlalu tabah!Doni bahkan sedikit kagum pada Mardi!Melvin mengembuskan napas dalam hati. Tampaknya Melvin sudah menjadi pusat perhatian hari ini, tetapi tujuan akhirnya tidak tercapai.Tuan Muda Ketiga Keluarga Winta dari Kota Arina tidak sesederhana itu!Setelah rombongan Mardi pergi, anak buah Melvin juga mundur. Seketika, lobi hotel menjadi kosong.Harris bergegas berlari ke depan Melvin dengan sikap menyanjung. "Bos Melvin, terima kasih banyak atas bantuanmu hari ini!"Melvin menepuk bahu Harris, lalu tersenyum dan berkata, "Ke depannya, kamu bisa hubungi aku kalau ada orang yang cari masalah denganmu."Harris hampir pingsan kegirangan. Dia sudah berhasil menjalin hubungan dengan Bos Melvin? Rasanya seperti mimpi! Harris langsung mengangguk. "Bos Melvin, terima kasih! Terima kasih banyak! Aku akan menjamu Bos Melvin di lain hari! Bos Melvin harus datang."Melvin mengangguk acuh tak acuh. "Boleh, kabari aku saja nanti."
Setelah Irene pergi, Helen melihat bahwa Doni masih diam di tempatnya. Helen lebih marah lagi pada Doni yang tidak tahu sopan santun! Dia harus mendidik Doni setelah pulang nanti! Jika tidak, Doni akan mempermalukan Keluarga Kusmoyo!Melvin juga memberikan kartu namanya pada Helen. "Nona Helen bisa menghubungiku kalau butuh bantuan di kemudian hari.""Terima kasih, terima kasih!" Jantung Helen berdebar dengan kencang.Itu Melvin Huston! Penguasa besar di dunia persilatan! Nomor kontak Melvin bahkan lebih sulit didapatkan daripada nomor kontak Irene.Rumornya, Melvin adalah iblis yang membunuh tanpa ampun. Tak disangka, Melvin ternyata sangat rasional!Orang-orang di sekitar iri ketika melihat Helen dan Melvin bertukar kartu nama.Namun, ada juga orang-orang yang berpikiran negatif.Jangan-jangan Bos Melvin menyukai Nona Keluarga Kusmoyo?Keluarga Kusmoyo akan kaya raya!Kalau begitu, bukankah berarti kampungan itu akan ditimpa kemalangan?Berebutan wanita dengan Bos Melvin, mungkinkah
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a