Setelah Doni menampar, dia masih belum lega dan menendangnya ke lantai, "Selly, kalau kamu menghina Helen lagi, setiap satu kalimat keluar, aku akan menamparmu!"Selly membelalakkan mata dan membeku saat melihat ke arah Doni, kemudian tiba-tiba berteriak dengan marah, "Beraninya kamu si kampungan yang hidup mengandalkan istri memukulku! Kalian semua lihatlah, dia berani memukulku!"Mata Doni menyipit dengan niat membunuh, "Terus kenapa kalau aku memukulmu? Seorang nona besar dengan mulut kotor seperti itu, inikah cara orang tuamu mengajarimu?"Selly melihat ke arah orang tuanya, kemudian ke arah Rupert dan berteriak, "Ibu, ayah, kakek! Dia berani memukulku! Kalau kalian nggak balas dendam untukku, aku nggak mau hidup lagi!"Rupert mendengus dingin, "Doni! Kejam sekali kamu terhadap keluargamu sendiri! Bisa-bisanya Keluarga Kusmoyo menghidupi orang tak tahu diri sepertimu! Helen, suamimu memukuli Selly. Menurutku, biarkan saja Selly menduduki posisi CEO-mu ini untuk membayar kerugian ya
"Berlutut dan mengakui kekalahan?" Doni tidak bisa menahan tawa."Semua orang sudah mendengarnya. Aku benar-benar berharap dia bisa menepati janjinya.""Kalau aku membeli kontrak-kontrak ini, Selly akan berlutut di sini dan mengakui kekalahan!"Selly mengatupkan bibirnya dan berbisik, "Bajingan."Meskipun dipukul sampai mati, Selly tidak percaya Doni bisa langsung mengeluarkan puluhan miliar. Saat ini apa yang Doni lakukan tidak lebih dari sekadar gertakan. Dia sudah melihat kartu as Doni.Akan tetapi, Doni menjentikkan jarinya, "Jangan mengoceh lagi, cepat keluarkan kontraknya dan pergi setelah menjualnya kepadaku. Ruangannya menjadi bau dengan begitu banyak orang berdesakkan di sini!"Beberapa kerabat Keluarga Kusmoyo saling menatap sebelum akhirnya salah satu dari mereka maju dan menyerahkan kontrak hipotek kepada Doni.Doni melirik sekilas, "8,46 miliar, hehe, jumlah kecil.""Jangan begitu sok!" Selly mencibir, "Teruslah berpura-pura, aku akan melihatmu!"Doni mengangkat bahu, kemu
Doni tersenyum, "Kamu bukan istriku, untuk apa aku memberitahumu? Kamu tunggu saja untuk memenuhi janjimu."Selly mencibir, "Masih ada kontrak senilai puluhan miliar, aku nggak percaya kamu punya uang sebanyak itu!"Saat itu sudah ada orang yang menyerahkan catatan tempel mereka satu demi satu kepada Doni. Doni mengambil kontrak dan memeriksa jumlahnya sebelum mulai mentransfer uang."Tit, tit, tit!""Ting, ting, ting!""Wush, wush, wush!"Notifikasi pesan terus berdering. Setiap kali ponsel berdering, teriakan gembira seseorang akan terdengar."Sudah masuk! Hahaha! Nggak kurang sepeser pun!""Sudah masuk! Nggak kusangka aku akan mendapatkan uang kembali setelah ditipu oleh Keluarga Wongso!""Hahaha! Sekarang aku bisa menjelaskan kepada istriku, terima kasih!""Nggak kusangka ada orang yang begitu bo ... uhuk, baik di dunia ini!""Tuan Besar, cucu menantumu ini lumayan juga! Lumayan!"...Seno dan yang lainnya tercengang.Terutama Bernard dan Sherline. Mereka tidak pernah menyangka Don
Selly bingung dengan niat Doni dan mengerutkan kening, "Doni, kamu akan mentransfer uang pada kami nggak?"Doni mendengus, "Tadi ucapan kalian sangat buruk! Rupert, minta maaf pada kakek! Selly, kamu minta maaf pada Helen! Dengan tulus!""Atas dasar apa?""Benar, atas dasar apa kami meminta maaf?"Keduanya sangat marah, Rupert meninggikan suaranya, "Jelas kalian yang menipu kami dan membuat kami menderita kerugian, masih nggak mengizinkan kami mengatakan sesuatu?""Benar! Apa salahnya kami mengatakan itu?" Selly berkata dengan tidak terima.Doni tersenyum sinis, "Kalau kalian nggak meminta maaf, aku nggak akan memberikan uang ini pada kalian. Kalau permintaan maaf kalian nggak tulus, aku juga nggak akan memberikannya!""Beraninya kamu!" Rupert berkata dengan marah, "Percaya atau nggak, aku ....""Kamu apa?" Doni mencibir, "Masih bisa memanggil beberapa orang untuk membantumu? Masih ingin menuntut kami? Boleh! Silakan tuntut, coba lihat kamu bisa menang atau nggak!""Kamu ...." Rupert m
"Baiklah." Doni tertawa dengan nada dingin. "Selly, ingatlah ini, hari ini aku hanya biarkan kamu untuk sementara. Apa yang kamu katakan tadi, akan kutagih lain kali!"Kebencian di mata Selly melintas sesaat, lalu dia menunduk dan pergi dengan cepat bersama Rupert.Di ruangan hanya tersisa lima orang. Sherline menarik Bernard, lalu mengeluarkan sebuah kontrak dan meletakkannya di meja.Sherline tersenyum canggung, "Doni, ini kontrak keluarga kita, bagaimana kalau kamu juga beli?"Doni tertegun. Sebelum dia belum sempat bicara, Seno menepuk meja dengan keras, menunjuk dengan marah pada Sherline dan Bernard."Simpan kontrak itu!""Doni sudah banyak bantu kita, apa kamu juga mau jebak dia?""Di mana hati nuranimu?"Sherline tersenyum canggung. "Bukankah dia bilang nilai tanah ini akan naik? Jadi, biarkan dia kaya saja."Doni tersenyum. "Sekarang cuma ada kita sekeluarga, maka aku akan langsung bilang, nilai tanah ini pasti akan naik! Aku yakin, nggak lama lagi kalian akan sadar betapa ber
Sementara Bernard dan istrinya masuk ke kamar, Seno masih gemetar karena marah. "Memang bikin jengkel saja! Ini namanya habis manis sepah dibuang!"Doni buru-buru mengusap dada Seno agar dia bisa menenangkan diri. "Kakek, jangan marah. Percayalah padaku, keluarga kita pasti akan dapatkan berkah dari musibah ini! Nilai tanah itu pasti akan naik! Aku punya informasi yang bisa dipercaya!"Seno menghela napas. "Doni, kamu nggak perlu menghiburku. Bagaimanapun, untuk hal-hal yang terjadi hari ini, kami semua berutang budi padamu. Tapi ... katakan dengan jujur, dari mana uang itu berasal!"Helen juga sebenarnya ingin menanyakan hal ini. Dia menatap Doni, menunggu jawabannya.Doni terdiam sejenak, lalu berkata, "Kakek, Helen, kalian juga tahu, aku ini dokter yang cukup dikenal, pernah menyelamatkan nyawa banyak orang, uang ini sebagian besar adalah biaya konsultasi."Seno menghela napas panjang. "Ini semua hasil kerja kerasmu! Kami benar-benar berutang banyak padamu."Doni tertawa. "Aku dilah
Sambil tersenyum Doni memandang Cherry yang berpakaian kasual. "Pakaian ini sudah bagus, longgar dan nyaman. Lagi pula, dengan penampilanmu, nggak perlu berdandan untuk terlihat cantik, 'kan?"Mata indah Cherry berkilat. "Jadi maksudmu ... aku cukup cantik, ya?""Benar sekali!" Doni berkata tanpa ragu, "Kamu itu wanita yang sangat cantik.""Kalau begitu ... menurutmu, aku yang lebih cantik atau Helen?" Cherry bertanya sambil menatap Doni tajam.Dia menyadari, dibandingkan dengan Helen, penampilannya masih sedikit kalah, tetapi dia ingin menguji Doni.Kalau Doni bilang dia cantik, atau bahkan menyebutkan bahwa mereka berdua sama cantik atau masing-masing punya kelebihan, itu artinya Doni masih punya perasaan padanya.Namun, kurang dari satu detik, Doni langsung menjawab, "Tentu saja istriku yang paling cantik!"Cherry merasa agak kecewa, tetapi tetap berkelakar. "Instingmu untuk bertahan hidupmu cukup kuat. Tenang saja, apa pun jawabanmu, aku nggak akan bilangkan ke Helen."Doni tertawa
Doni Jonathan berdiri di pinggir jalan sambil memegang selembar brosur dan menjilat bibir.Di brosur itu, ada seorang wanita cantik yang berpakaian seksi dan keterangannya."Umur 25 tahun, cantik dan seksi. Suami kaya, tapi cacat dan impoten. Untuk mewariskan keluarga yang besar, setelah berdiskusi dengan suami, dicari pria yang berkarakter baik, tampan dan sehat untuk memenuhi impianku untuk menjadi ibu, juga memberiku kenikmatan sebagai seorang wanita. Akan diberi bayaran besar. Telp: 08 ...."Pada akhirnya, dengan ekspresi bertekad, Doni mengambil ponsel lamanya dan menelepon nomor itu, "Halo, aku ingin memenuhi impianmu untuk menjadi ibu. Apa kamu bisa hari ini?"Terdengar suara yang lembut dan memikat di telepon, "Bisa, bisa. Kakak, kita bicarakan tatap muka saja. Setengah jam lagi, ketemu di Bar Sentosa. Aku pakai gaun hitam. Kakak?""Kemeja putih, jeans biru.""Kalau begitu, sampai jumpa nanti, Kakak."Doni menutup telepon dan menggelengkan kepala dengan tidak berdaya. 'Aku yang