"Sei, lihat inst4gr4m Kanaya Abella. Buruan." Chiharu adik Seiko menelepon.
Seiko membuka inst4gr4m. Sebentar saja wajahnya seketika panas. Tangannya gemetar memegang gawai merk mewah keluaran terbaru.
Gak salah ini? Ya Tuhan.
Di postingan terbaru akun Kanaya Abella adalah foto mesra Kanaya di atas bed yang nyaman dengan latar belakang laut yang sangat biru bening, hanya memakai selimut, mesra tertawa bersama seorang lelaki yang bertelanjang dada. Di caption tertulis teks 'with my hubby, mas Agit Darmawangsa.'
Agit Darmawangsa adalah nama suami dari Seiko. Bukan cuma nama, tapi Seiko tahu bahwa lelaki yang sedang memeluk Kanaya di bed itu adalah fix suaminya!
Bahkan Seiko melihat tanda lahir bercak coklat di dada lelaki itu. Seiko yakin itu adalah suaminya, Agit tercinta.
Seiko mengscroll postingan-postingan yang lain. Ada Kanaya sedang pose di depan rumahnya. Whatss rumahnya ala mediteran, dia minta renov dapur saja ke Agit tidak pernah di acc. Ngeselin banget. Argh. Seiko cemburu dengan ketidak adilan ini.
Eh tapi apa benar rumah mediteran itu dari uangnya Agit? Ya pasti, dari mana lagi. Sudah dua tahun ini Agit pelit sekali, alasannya untuk tabungan hari tua.
"Sei, kamu belum pernah tahu sebelumnya?" Tanya Haru.
"Aku tahu Agit banyak perempuannya. Tapi mereka tidak pernah sengaja pamer seperti perempuan itu. Aku cemburu melihat perempuan itu tidur di bed pantai Maldive. Aku aja gak pernah diajak ke Maldive, sialan. Aku pengen renov dapur aja gak dikasih. Minimal dia kasih aku mentahnya lah. Awas kamu Agit. Tidak adil sama aku. Dasar womanizer." Seiko menyipitkan matanya yang indah, seperti memikirkan sesuatu. "Perempuan itu sengaja pamer. Dia pasti punya hidden agenda! Pasti dia sengaja mengumbar foto-foto mesra itu mungkin sedang mengancam Agit supaya nikahin dia." Seiko menganalisa.
"Bisa jadi, dia mungkin mau Agit menceraikan kamu Sei." Haru ikut-ikut menganalisa.
Huh males banget kalau teman-teman kantor pada tanya. Pasti sekarang juga udah rame ngomongin. Besok malas masuk. Malas melihat mata-mata yang pura-pura tidak tahu. Seiko menarik napas berat.
Teman-teman di kantor sudah tahu kalau Agit Darmawangsa suaminya, karena Agit pernah jadi bintang iklan di produk yang sedang mereka buat kampanyenya.
Hubungan Seiko yang friendly dengan orang-orang di kantor memang membuat mereka bebas membahas apa saja, apalagi yang viral. Kalau biasanya membahas orang lain yang viral. Sekarang suaminya sendiri yang viral. Phew!
Seiko sebenarnya sudah tahu sepak terjang Agitnya tercinta. Kelemahan Agit adalah perempuan, bahkan Agit sendiri mengakui, ia tidak bisa hidup tanpa sentuhan perempuan.
Agit memang menikahi mereka para perempuan-perempuan rupawan itu, tapi hanya di bawah tangan alias nikah siri. Lalu cerai ketika Agit sudah melihat perempuan lain yang brand new. Sejauh ini tidak ada yang menuntut status resmi.
Tidak ada yang berani mengekspos hubungan mereka dengan Agit Darmawangsa. Sepertinya puas mendapat ini itu dari Agit sudah cukup buat hidup mereka tanpa perlu pengakuan status secara hukum.
Tapi yang satu ini lain. Dia mungkin tidak cukup dengan apa yang diberikan Agit, dia ingin memiliki Agit hanya untuk dirinya sendiri. Sepertinya dia ingin Agit melepaskanku, dan ia ingin merebut status istri Agit dariku! Tidak semudah itu wahai perempuan.
Seiko bukan pembenci poligami. Tapi dia hanya menuntut keadilan. Seiko merasa dia juga berhak jalan-jalan ke Maldive. Ya gak harus sama Agit. Minimal bayarin aja, kan dia istri sahnya. Terdaftar di negara loh. Ada nama dia di kartu keluarga, Agit suami, Seiko istri. Seiko cemburu berat pengen bisa ke Maldive juga, pengen bisa punya rumah ala mediteran.
Eh ngapain ke Maldive, kok jadi ngikutin si Kanaya Belucci, ogah banget. Minta mentahnya sajalah. Bisa buat jalan-jalan ke Mekah Madinah dan bisa bikin dapur idaman.
Agit Darmawangsa 44 tahun, faktanya makin tua, makin tajir, makin glowing. Ditakdirkan memiliki fisik yang gagah, tinggi dan wajah yang rupawan. Kharismatik dan gentle, mirip Tom Hardy.
Teman-teman Seiko saja sering membicarakan suaminya yang kece itu. Mereka bilang apa rasanya punya suami sekeren itu. Kata Seiko, "Kalian harus secantik Gong Li atau Monica Belucci. Baru deh bisa merasakan. Haha.."
Ya karena Agit sendiri yang bilang kalau dia suka wajah Gong Li dan Monica Belucci. Satu asia banget. Satu eropa banget. Terserah kamu sajalah Agit.
Ya memang benar, karena semua yang dinikahi Agit diam-diam itu selalu wajahnya gak jauh dari si Gong atau si Belucci. Seiko tahu, karena Agit jujur kalau dia suka Seiko karena Seiko seperti Gong Li.
Agit bilang, "Matamu Seiko seperti buah almond, menggemaskan, gigimu seperti barisan mutiara, bibirmu mungil merah muda, kontras dengan yang alis matamu nan hitam legam di atas kulitmu yang putih porselen." Dulu sih Seiko melambung, ternyata itu gak bikin Agit jadi loyal. Cuma jadi gombal mukiyo.
Lalu siapa Kanaya Abella? Dia seorang selebgram yang sudah punya pengikut jutaan. Wajah dan perawakannya persis Monica Belucci waktu muda... wow.
Kanaya menjadi model ketika merintis karier ke ibukota Jakarta. Tapi karirnya makin bersinar ketika menjadi bintang iklan sabun badan ternama tahun ini. Kantor Seiko juga pernah memakai Kanaya sebagai model untuk produk yang sedang mereka garap. Seiko bahkan pernah bersalaman dan bertemu muka dengan Kanaya.
Kebalikan Kanaya, Seiko tidak pernah tertarik menyebarkan kecantikannya. Seiko lebih suka berada dibalik layar. Berkali-kali orang-orang di kantor meminta Seiko jadi model iklan produk yang mereka garap tapi Seiko bergeming, menolak mentah-mentah.
Seiko 22 tahun, Agit 37 tahun ketika mereka menikah. Mereka satu kampus di Bandung. Seiko mau lulus, Agit sedang ambil S2. Seiko jurusan seni rupa dan Agit jurusan teknik. Mereka menikah karena Agit sudah kepalang jatuh cinta dengan Seiko yang ayu jelita bak Gong Li.
Sudah tujuh tahun menikah Seiko belum juga hamil. Nyaris 30 tahun usia Seiko. Dan gadis-gadis segar pun bermunculan. Lama kelamaan Seiko tahu bahwa suaminya seorang womanizer.
Seiko kemudian baru menyadari kenapa Agit baru menikah di usia 37. Orang bilang kalau pria sampai jelang 40 tahun belum menikah maka cuma ada dua kemungkinan, playboy atau punya orientasi seksual yang lain.
Seiko dan Agit belum dikarunia anak, mereka sudah pernah cek ke ginekolog. Keduanya baik-baik saja, sehat. Hanya memang belum diberi hamil oleh Tuhan. Seiko dan Agit juga menolak ikut bayi tabung, mereka memilih akan menunggu saja secara alami.
Berlalunya waktu akhirnya Seiko memilih pasrah. Ia sering tertidur di kamar tamu. Sudah malas tidur di kamar sendiri toh suaminya sering tidak pulang, tidur di kamar mereka tapi sendirian hanya membangkitkan kepedihan. Seiko sampai lupa bahwa ia ingin hamil. Bagaimana bisa hamil kalau Agit jarang pulang.
Kadang ia berpikir kalau salah satu perempuan itu dinikahi Agit mungkin dia akan diceraikan oleh Agit.
Percuma juga secantik Gong Li tapi tidak bisa melahirkan anak dari Agit..
"Benar itu rumahnya Sei?" Tanya Chiharu kepada Seiko yang duduk di belakang setir."Benar. Nih cocok kan dengan gambarnya. Pagarnya, model rumahnya." Seiko meyakinkan adiknya, Chiharu. Keduanya saling bertatapan. Lalu keduanya diam menatap rumah itu kembali.Jarak mereka 20 meter dari rumah itu. Hari masih pagi, jelang pukul 7, kakak adik itu, Seiko dan Chiharu sudah menunggu disana tiga puluh menit. Seiko menatap rumah itu tanpa berkedip. "Sebentar lagi dia akan keluar mengantar anaknya sekolah. Nah itu dia."Dari rumah berhalaman luas itu keluar seorang perempuan cantik dengan penampilan yang sophisticated. Wajahnya ayu jelita seperti Monica Belucci versi masih muda. Rambutnya diikat satu ke atas, berkacamata hitam, dia memakai kemeja putih oversize dengan kerah ditegakkan, kaki panjangnya dibalut dengan legging jeans.Perempuan itu berjalan dengan anggun, tampak memukau. Di belakang perempuan itu berjalan seorang pengasuh anak berseragam putih menuntun seorang anak laki-laki berusi
"Oh iya Pak." Kanaya pura-pura terkejut, "Memang tamu saya. Mereka kontraktor yang mau renovasi rumah saya pak. Yang pertama mau direnov pagarnya Pak.""Oh baiklah Bu, jadi ini pagar ini memang sengaja dirobohin ya Bu.. Syukurlah. Saya kira ada apa. Kami selalu siap membantu warga." Pak RT menyambung percakapan."Iya Pak. Sengaja. Hehe... Saya baik baik saja Pak. Juga Bapak-bapak semua saya ucapkan terimakasih atas perhatiannya."Pak RT, satpam dan semua bapak-bapak sekarang maklum. Walau sebenarnya mereka tidak terlalu percaya dengan penjelasan Kanaya yang kurang logis, mereka memilih diam. Mereka semua pamit kepada Kanaya."Eh, maaf, Pak RT dan Bapak-bapak. Boleh saya minta tolong, pagar ini menghalangi, mobil saya tidak bisa keluar. Bisa tolong digeser sedikit saja. Hehe.."Bapak-bapak yang sudah mau melangkah pergi, jadi saling bertatapan satu sama lain. Ada yang mau protes, dicolek oleh Pak RT untuk diam. Mereka kemudian bersama-sama menggeser pagar besi yang menghalangi jalur c
Dering suara tutup botol dibuka terdengar kencang. Ringtone gawai Seiko. Seiko segera meraih gawainya. Agit yang meneleponnya. Seiko tidak menjawab. Dering itu berkali-kali dan akhirnya mati sendiri. Seiko sudah tiga hari tidak masuk kerja. Dia bahkan ingin berhenti saja. Walau sebenarnya untuk posisinya saat ini minimal tiga bulan sebelumnya harus diajukan. Atau dia dianggap dipecat secara hormat, dan dia tidak masalah. Seiko sudah siyap. Seiko berharap Agit tidak pulang karena Seiko sedang ada rencana hari ini. Dia mau bertemu dengan seorang broker rumah. Seiko berencana ingin menjual rumah ini.Rumah yang ditempati Seiko ini adalah rumah warisan dari orang tuanya. Rumah ini atas nama dirinya. Rumah dengan tanah lumayan besar 1000 meter di kawasan Pejaten Barat.Orang tua Seiko punya tiga rumah. Yang dua untuk Seiko dan adiknya Chiharu, masing-masing satu. Sedangkan satunya yang hanya 100 meter dijual dan hasilnya dibagi rata untuk Seiko dan Chiharu. Rupanya orang tua Seiko sudah
Di bangku penumpang di dalam golden bird, Agit tersenyum memandang Seiko yang duduk di sebelahnya. Agit menggeser tubuhnya merapat ke Seiko.Agit meraih tangan istrinya, mencium tangannya dengan penuh kasih sayang lalu mengelus kepala Seiko dengan lembut. Seiko sekuat tenaga menahan manik air matanya. Jangan menangis di depan Agit. Agit memeluk tubuh ramping istrinya. Mencium kepala Seiko berkali-kali, seperti tidak rela dilepaskan. "Kamu menangis? Seiko..." Agit menyadari riak-riak di kedua bola mata almond Seiko. Sekarang riak itu jatuh begitu deras. Tidak ada lagi pertahanan.Seiko membenamkan wajahnya di dada bidang Agit. Dia kali ini tidak kuat. Biarlah air mata ini membuncah keluar, biar Agit tahu bagaimana perasaan istri sahnya ini. Seiko terisak-isak menumpahkan perasaannya di dada suaminya. Agit merasakan kepedihan perasaan istrinya. Ia tidak berkata satu katapun. Hanya memeluk erat Seiko di dalam dadanya. Matanya sekarang jadi blur. Seandainya bisa dia memindahkan kepedih
Kanaya menelepon Agit. Dia murka sekali. Sejak mereka berpisah di pelataran parkir hotel, Agit jadi berubah. Kanaya merasakannya. Kemarin dia menelepon Agit, nyambung, tapi tidak dijawab. Sampai hari ini. Dua hari Agit mengabaikan telepon-teleponnya. Sekarang malah tidak bisa dihubungi. Kanaya menelepon sekretaris Agit, jawabannya malah Agit sudah dua hari tidak masuk kantor. Hari pertama itu sempat masuk pagi, lalu meninggalkan kantor, itu waktu Agit bertemu dengannya. Kanaya mendengus dalam hati, katanya mau balik ke kantor, bohong. "Aku tahu dia pasti di rumah istrinya." Kali ini desis marah dari bibir Kanaya. Kanaya tahu dimana rumah Agit. Kanaya berniat akan kesana. Jangan main-main sama aku, Agit! Kanaya menginjak gas, segera menuju ke rumah Agit. Sekarang Kanaya berada di depan rumah itu. Kanaya sejenak memperhatikan rumah itu. Dia pernah kesini diam-diam sekedar kepo seperti apa rumah Agit.Rumah tua yang sederhana tapi asri. Rumah itu lebar sekali, lebarnya mungkin 20
Kanaya menelepon Agit. Dia murka sekali. Sejak mereka berpisah di pelataran parkir hotel, Agit jadi berubah. Kanaya merasakannya. Kemarin dia menelepon Agit, nyambung, tapi tidak dijawab. Sampai hari ini. Dua hari Agit mengabaikan telepon-teleponnya. Sekarang malah tidak bisa dihubungi. Kanaya menelepon sekretaris Agit, jawabannya malah Agit sudah dua hari tidak masuk kantor. Hari pertama itu sempat masuk pagi, lalu meninggalkan kantor, itu waktu Agit bertemu dengannya. Kanaya mendengus dalam hati, katanya mau balik ke kantor, bohong. "Aku tahu dia pasti di rumah istrinya." Kali ini desis marah dari bibir Kanaya. Kanaya tahu dimana rumah Agit. Kanaya berniat akan kesana. Jangan main-main sama aku, Agit! Kanaya menginjak gas, segera menuju ke rumah Agit. Sekarang Kanaya berada di depan rumah itu. Kanaya sejenak memperhatikan rumah itu. Dia pernah kesini diam-diam sekedar kepo seperti apa rumah Agit.Rumah tua yang sederhana tapi asri. Rumah itu lebar sekali, lebarnya mungkin 20
Di bangku penumpang di dalam golden bird, Agit tersenyum memandang Seiko yang duduk di sebelahnya. Agit menggeser tubuhnya merapat ke Seiko.Agit meraih tangan istrinya, mencium tangannya dengan penuh kasih sayang lalu mengelus kepala Seiko dengan lembut. Seiko sekuat tenaga menahan manik air matanya. Jangan menangis di depan Agit. Agit memeluk tubuh ramping istrinya. Mencium kepala Seiko berkali-kali, seperti tidak rela dilepaskan. "Kamu menangis? Seiko..." Agit menyadari riak-riak di kedua bola mata almond Seiko. Sekarang riak itu jatuh begitu deras. Tidak ada lagi pertahanan.Seiko membenamkan wajahnya di dada bidang Agit. Dia kali ini tidak kuat. Biarlah air mata ini membuncah keluar, biar Agit tahu bagaimana perasaan istri sahnya ini. Seiko terisak-isak menumpahkan perasaannya di dada suaminya. Agit merasakan kepedihan perasaan istrinya. Ia tidak berkata satu katapun. Hanya memeluk erat Seiko di dalam dadanya. Matanya sekarang jadi blur. Seandainya bisa dia memindahkan kepedih
Dering suara tutup botol dibuka terdengar kencang. Ringtone gawai Seiko. Seiko segera meraih gawainya. Agit yang meneleponnya. Seiko tidak menjawab. Dering itu berkali-kali dan akhirnya mati sendiri. Seiko sudah tiga hari tidak masuk kerja. Dia bahkan ingin berhenti saja. Walau sebenarnya untuk posisinya saat ini minimal tiga bulan sebelumnya harus diajukan. Atau dia dianggap dipecat secara hormat, dan dia tidak masalah. Seiko sudah siyap. Seiko berharap Agit tidak pulang karena Seiko sedang ada rencana hari ini. Dia mau bertemu dengan seorang broker rumah. Seiko berencana ingin menjual rumah ini.Rumah yang ditempati Seiko ini adalah rumah warisan dari orang tuanya. Rumah ini atas nama dirinya. Rumah dengan tanah lumayan besar 1000 meter di kawasan Pejaten Barat.Orang tua Seiko punya tiga rumah. Yang dua untuk Seiko dan adiknya Chiharu, masing-masing satu. Sedangkan satunya yang hanya 100 meter dijual dan hasilnya dibagi rata untuk Seiko dan Chiharu. Rupanya orang tua Seiko sudah
"Oh iya Pak." Kanaya pura-pura terkejut, "Memang tamu saya. Mereka kontraktor yang mau renovasi rumah saya pak. Yang pertama mau direnov pagarnya Pak.""Oh baiklah Bu, jadi ini pagar ini memang sengaja dirobohin ya Bu.. Syukurlah. Saya kira ada apa. Kami selalu siap membantu warga." Pak RT menyambung percakapan."Iya Pak. Sengaja. Hehe... Saya baik baik saja Pak. Juga Bapak-bapak semua saya ucapkan terimakasih atas perhatiannya."Pak RT, satpam dan semua bapak-bapak sekarang maklum. Walau sebenarnya mereka tidak terlalu percaya dengan penjelasan Kanaya yang kurang logis, mereka memilih diam. Mereka semua pamit kepada Kanaya."Eh, maaf, Pak RT dan Bapak-bapak. Boleh saya minta tolong, pagar ini menghalangi, mobil saya tidak bisa keluar. Bisa tolong digeser sedikit saja. Hehe.."Bapak-bapak yang sudah mau melangkah pergi, jadi saling bertatapan satu sama lain. Ada yang mau protes, dicolek oleh Pak RT untuk diam. Mereka kemudian bersama-sama menggeser pagar besi yang menghalangi jalur c
"Benar itu rumahnya Sei?" Tanya Chiharu kepada Seiko yang duduk di belakang setir."Benar. Nih cocok kan dengan gambarnya. Pagarnya, model rumahnya." Seiko meyakinkan adiknya, Chiharu. Keduanya saling bertatapan. Lalu keduanya diam menatap rumah itu kembali.Jarak mereka 20 meter dari rumah itu. Hari masih pagi, jelang pukul 7, kakak adik itu, Seiko dan Chiharu sudah menunggu disana tiga puluh menit. Seiko menatap rumah itu tanpa berkedip. "Sebentar lagi dia akan keluar mengantar anaknya sekolah. Nah itu dia."Dari rumah berhalaman luas itu keluar seorang perempuan cantik dengan penampilan yang sophisticated. Wajahnya ayu jelita seperti Monica Belucci versi masih muda. Rambutnya diikat satu ke atas, berkacamata hitam, dia memakai kemeja putih oversize dengan kerah ditegakkan, kaki panjangnya dibalut dengan legging jeans.Perempuan itu berjalan dengan anggun, tampak memukau. Di belakang perempuan itu berjalan seorang pengasuh anak berseragam putih menuntun seorang anak laki-laki berusi
"Sei, lihat inst4gr4m Kanaya Abella. Buruan." Chiharu adik Seiko menelepon.Seiko membuka inst4gr4m. Sebentar saja wajahnya seketika panas. Tangannya gemetar memegang gawai merk mewah keluaran terbaru. Gak salah ini? Ya Tuhan.Di postingan terbaru akun Kanaya Abella adalah foto mesra Kanaya di atas bed yang nyaman dengan latar belakang laut yang sangat biru bening, hanya memakai selimut, mesra tertawa bersama seorang lelaki yang bertelanjang dada. Di caption tertulis teks 'with my hubby, mas Agit Darmawangsa.'Agit Darmawangsa adalah nama suami dari Seiko. Bukan cuma nama, tapi Seiko tahu bahwa lelaki yang sedang memeluk Kanaya di bed itu adalah fix suaminya!Bahkan Seiko melihat tanda lahir bercak coklat di dada lelaki itu. Seiko yakin itu adalah suaminya, Agit tercinta.Seiko mengscroll postingan-postingan yang lain. Ada Kanaya sedang pose di depan rumahnya. Whatss rumahnya ala mediteran, dia minta renov dapur saja ke Agit tidak pernah di acc. Ngeselin banget. Argh. Seiko cemburu de