Melihat Nyonya Falensia tampak tidak sehat, Intan menyuruh pelayan mengambilkan sup herbal. Sup herbal itu sebenarnya untuk Intan sendiri. Alfred menyuruh Intan memelihara kesehatan tubuh karena khawatir ada gejala lanjutan dari cedera semasa di medan perang.Napas Nyonya Falensia tidak teratur seperti biasa, sepertinya datang membawa amarah. Jadi, Intan berujar, "Nyonya Falensia tidak enak badan, tidak perlu datang kemari. Masalah tadi malam tidak ada hubungan dengan Nyonya."Nyonya Falensia minum sup herbal dan mengelus dadanya. Sesaat kemudian, dia berkata, "Aku justru berharap hal itu tidak ada hubungan dengan Keluarga Bangsawan Winata, tapi Putri Chelsea adalah bagian dari Keluarga Bangsawan Winata. Tentang semua yang terjadi kemarin, aku sudah melihat dengan mata kepala sendiri. Putri Chelsea ingin merusak nama baik Raja Aldiso, tapi malah suaminya yang terkena masalah. Dia menderita kesusahan sendiri atas perbuatannya, juga membuat Keluarga Bangsawan Winata terpaksa harus menika
Setelah Nyonya Falensia berpamitan, Nyonya Kartika buru-buru datang ke aula paviliun.Di sana, hanya ada Intan yang minum teh sambil merenung. Nyonya Kartika bertanya, "Katanya Nyonya Falensia datang? Aku buru-buru ke sini untuk mengobrol dengannya."Intan beranjak dari kursi dan memberi salam. "Ibu, Nyonya Falensia baru saja pergi.""Sudah pergi?" Nyonya Kartika terengah-engah dan duduk. "Bukannya dia mau mengobrol denganku?"Nyonya Kartika sedikit kecewa. Dia mengira Nyonya Falensia datang mencarinya.Nyonya Kartika sangat iri pada Putri Agung yang sering dikunjungi oleh nyonya-nyonya pejabat."Nyonya Falensia cari Ibu, tapi dengar Ibu belum bangun, Nyonya Falensia jadi tidak enak hati dan pergi dulu." Dari ekspresinya, Intan tahu apa yang dipikirkan oleh Nyonya Kartika.Pikiran ibu mertuanya ini terlalu mudah ditebak."Mabuk sesaat malah jadi masalah." Nyonya Kartika teringat akan putranya yang marah besar tadi malam, lalu melirik Intan dengan waswas. "Tadi malam, Alfred tidak melak
Beberapa hari kemudian, Kaisar meminta Alfred untuk tinggal setelah selesai rapat.Alih-alih menangani surat laporan yang sudah menumpuk, Kaisar menyuruh Bimo memasang papan go. Sudah lama dia tidak bermain go bersama Alfred.Alfred menyematkan ujung jubah ke ikat pinggang dan duduk. "Setiap hari membaca dokumen, kepalaku benar-benar pusing. Terima kasih Kakak membolehkanku untuk bolos hari ini."Kaisar mengernyit karena melihat gerakan Alfred. "Kenapa kamu masih seperti di militer? Kasar sekali! Sekarang kamu adalah Kepala Kejaksaan Agung, pejabat pemerintah bintang dua. Kamu harus jaga sikap.""Buat apa jaga sikap di depan kakakku?" Alfred tersenyum lugas."Kamu juga begini di depan istrimu?" Kaisar perlahan menempatkan bidak putih dengan jari-jemarinya yang ramping.Alfred memegang bidak hitam, seperti matanya yang gelap dan tidak terbaca. "Di depan istriku, tentu saja lebih bebas."Kaisar menatap Alfred dan tersenyum. "Dengar-dengar, di perayaan ulang tahun Bibi, ada yang ingin men
"Mana ada orang yang tidak ingin punya anak? Aku pun berharap selir-selirku memperbanyak keturunan. Umur Alfred hanya beda berapa tahun denganku. Dia harusnya sudah punya anak di usia sekarang."Bimo berujar, "Mungkin Raja juga tahu apa kekhawatiran Kaisar, jadi tidak ingin ada perselisihan di antara kalian. Apa Kaisar masih ingat? Sejak kecil, Raja selalu meneladani dan mengagumi Kaisar. Saat membicarakan Kakak Putra Mahkota-nya, Raja selalu bangga."Omongan Bimo mengingatkan Kaisar akan masa lalu. Tatapan matanya menjadi lembut.Lama kemudian, Kaisar berkata, "Aku mungkin mengkhawatirkan terlalu banyak!"Bimo hanya menuang teh ke gelas Kaisar, tidak berkomentar lagi. Setelah bertahun-tahun melayani Kaisar, Bimo tahu Kaisar mengembuskan napas karena mengenang persaudaraan untuk sesaat. Kewaspadaan Kaisar tidak akan berkurang sedikit pun.Raja Alfred tidak menginginkan anak untuk sementara waktu adalah pilihan yang tepat.Dengan demikian, Kaisar akan lebih tenang. Manuel baru saja dire
Alfred mengangguk dan memberi tatapan kagum pada Intan. "Benar. Keluarganya beranggotakan tiga belas orang, termasuk wanita itu sendiri. Dia membunuh dua belas orang. Ayah mertua, suami, dan tiga putranya, lima orang yang bertubuh kekar. Lalu, ibu mertua dan dua putri yang belum menikah. Sisanya adalah pelayan pria dan wanita. Masalahnya, kasus ini terjadi di petang hari, bukan di tengah malam ketika semua orang sudah tidur. Usai makan, wanita itu tiba-tiba mengambil pisau di dapur dan membunuh semua orang. Wanita itu tidak pernah belajar seni bela diri, bahkan sakit dan harus mengonsumsi obat untuk jangka lama.""Seorang wanita yang sering sakit dan kikir, sekalipun bisa bunuh satu orang, dia akan segera ditangkap. Apakah mereka semua diracuni sehingga pingsan semua?""Tidak, semuanya dalam keadaan sadar. Kata tetangga yang menyaksikan secara langsung, wanita itu seperti sudah gila dan tenaganya sangat besar. Dia membunuh semua orang yang dijumpai. Kalau tetangga-tetangga tidak segera
Tatapan mata Raja Emino kalem saat dia memutar cincin giok di ibu jarinya. "Itu tidak cukup, sebar luaskan lagi. Katakan Alfred sang Raja Aldiso membela wanita pembunuh itu untuk membuktikan dia kompeten menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Agung, memanfaatkan penderitaan rakyat, dan ingin mencetak prestasi besar. Katakan juga Alfred hanyalah seorang jenderal, tidak tahu-menahu soal hukum dan pemerintahan.""Selain itu, katakan Kaisar dikelabui oleh Alfred, bahkan harus mengalah karena Alfred dijunjung tinggi."Orang itu bertanya, "Raja yakin Alfred akan melakukan sidang banding lagi?""Selama ada keraguan, tentu saja." Raja Emino tersenyum, tetapi tebersit kedinginan di matanya. "Aku tahu sifat Alfred, terlalu mementingkan nyawa manusia. Orang seperti itu akan sangat teliti. Kalau tidak melakukan sidang banding, padahal ada keraguan sebesar ini, Alfred tidak akan terima.""Baik, aku tahu apa yang harus kulakukan." Orang itu membungkuk, lalu mundur ke luar ruangan. Sosoknya segera menghil
Di Kejaksaan Agung, Jovian sudah tidak sabar. "Raja, sebenarnya untuk apa Raja mengundang Tabib Riel kemari? Tabib Riel belum pernah menangani mayat sebelumnya. Sehebat apa pun dalam bidang pengobatan, Tabib Riel bukan tabib forensik."Alfred tetap tenang dan berkata, "Tenang dulu, Tuan Jovian. Kasus ini sudah menimbulkan kegemparan besar. Kalau kita tidak teliti dan menyalahkan orang yang tidak bersalah, kita akan makin dihujat oleh masyarakat."Bagaimana mungkin Jovian yang telah menangani kasus sepanjang tahun tidak tahu bahwa ada keraguan dalam kasus tersebut? Akan tetapi, wanita pembunuh sudah mengakui kejahatannya, serta ada saksi mata dan barang bukti. Apakah masih ada kemungkinan untuk melakukan sidang banding?"Ini hanya membuang-buang waktu. Membiarkan wanita pembunuh itu hidup sehari lebih lama adalah bentuk ketidakhormatan pada orang yang telah dibunuh olehnya."Alfred berujar, "Di catatan kasus pemerintah Kota Borun, juga ditulis diberi vonis hukuman pemenggalan kepala set
Tabib Riel mengambil secarik kertas. Dia telah menuliskan beberapa macam obat atau racun, serta khasiat obat dan efek samping dari racun-racun tersebut.Tabib Riel memperlihatkan kertas itu pada setiap orang, lalu menjelaskan satu per satu.Pertama, api neraka. Api neraka dapat membuat orang berhalusinasi. Setelah dikonsumsi, obsesi dalam hati seseorang akan diperbesarkan sehingga orang itu memiliki tenaga yang lebih besar dari biasanya. Diperlukan penawar untuk efek halusinasi tersebut. Akan tetapi, setelah wanita itu membunuh keluarganya, dia juga ingin membunuh tetangga-tetangga. Saat aparat pemerintah tiba, wanita itu sudah kembali tenang. Jadi, penyebabnya bukan api neraka.Kedua, jamur payung beracun. Jamur tersebut dapat membuat orang berhalusinasi dan gila, bahkan menyakiti diri sendiri atau membunuh orang lain. Sebelum itu, mereka pasti akan menangis, tertawa, atau menari tidak jelas. Selain itu, jamur payung beracun tidak akan membuat seseorang memiliki tenaga besar, apalagi