Di Kejaksaan Agung, Jovian sudah tidak sabar. "Raja, sebenarnya untuk apa Raja mengundang Tabib Riel kemari? Tabib Riel belum pernah menangani mayat sebelumnya. Sehebat apa pun dalam bidang pengobatan, Tabib Riel bukan tabib forensik."Alfred tetap tenang dan berkata, "Tenang dulu, Tuan Jovian. Kasus ini sudah menimbulkan kegemparan besar. Kalau kita tidak teliti dan menyalahkan orang yang tidak bersalah, kita akan makin dihujat oleh masyarakat."Bagaimana mungkin Jovian yang telah menangani kasus sepanjang tahun tidak tahu bahwa ada keraguan dalam kasus tersebut? Akan tetapi, wanita pembunuh sudah mengakui kejahatannya, serta ada saksi mata dan barang bukti. Apakah masih ada kemungkinan untuk melakukan sidang banding?"Ini hanya membuang-buang waktu. Membiarkan wanita pembunuh itu hidup sehari lebih lama adalah bentuk ketidakhormatan pada orang yang telah dibunuh olehnya."Alfred berujar, "Di catatan kasus pemerintah Kota Borun, juga ditulis diberi vonis hukuman pemenggalan kepala set
Tabib Riel mengambil secarik kertas. Dia telah menuliskan beberapa macam obat atau racun, serta khasiat obat dan efek samping dari racun-racun tersebut.Tabib Riel memperlihatkan kertas itu pada setiap orang, lalu menjelaskan satu per satu.Pertama, api neraka. Api neraka dapat membuat orang berhalusinasi. Setelah dikonsumsi, obsesi dalam hati seseorang akan diperbesarkan sehingga orang itu memiliki tenaga yang lebih besar dari biasanya. Diperlukan penawar untuk efek halusinasi tersebut. Akan tetapi, setelah wanita itu membunuh keluarganya, dia juga ingin membunuh tetangga-tetangga. Saat aparat pemerintah tiba, wanita itu sudah kembali tenang. Jadi, penyebabnya bukan api neraka.Kedua, jamur payung beracun. Jamur tersebut dapat membuat orang berhalusinasi dan gila, bahkan menyakiti diri sendiri atau membunuh orang lain. Sebelum itu, mereka pasti akan menangis, tertawa, atau menari tidak jelas. Selain itu, jamur payung beracun tidak akan membuat seseorang memiliki tenaga besar, apalagi
Setelah laporan kasus diserahkan kepada Kaisar, Kaisar menunjuk Jovian sebagai utusan pemerintah untuk membawa tim penyidik ke Borun dan menyelidiki kasus tersebut. Niki juga pergi bersama mereka.Penyelidikan ulang oleh utusan pemerintah yang Kaisar tunjuk secara pribadi, apalagi utusannya adalah Kepala Departemen Hukum. Hal itu membuat para rakyat yang marah menjadi kebingungan.Dengan langkanya, Andi juga menulis artikel untuk membahas kasus tersebut dan mengungkapkan keraguan yang ada. Sebelumnya, para pelajar menulis kritikan karena kemarahan rakyat. Para anak muda ingin menuntut keadilan untuk korban. Pada saat yang sama, mereka tidak mengizinkan patriarki ditantang.Akan tetapi, setelah Andi mengungkapkan adanya keraguan dalam kasus tersebut, para pelajar langsung mengubah opini. Hanya saja, mereka tidak berani terlalu yakin. Mereka hanya mengatakan semoga hasil penyelidikan utusan pemerintah dapat memberikan kebenaran pada masyarakat dan memberikan penghiburan pada para korban
Untuk menguji kehebatan serangga pengendali, Niki menyuruh orang mengambilkan seekor ayam untuk memakan serangga pengendali, lalu membakar obat herbal untuk mengaktifkan serangga pengendali. Semua orang melihat bahwa ayam itu mematuk orang secara agresif, bahkan beterbangan di aula.Mereka juga mendatangkan ayam sabung yang paling populer di kota setempat untuk melawan serangga pengendali. Sebelah mata ayam gila itu dipatuk olehnya.Baru setelah Niki membakar obat herbal lagi, ayam gila itu berhenti dan memuntahkan serangga pengendali.Niki menjelaskan, "Serangga ini dinamakan serangga pengendali dan dikendalikan oleh orang. Saat dikonsumsi oleh Dina, serangga ini hanya berupa telur. Telur serangga tidak akan mati walau dalam suhu tinggi. Setelah masuk ke dalam tubuh, telur serangga akan mengikuti peredaran darah dan masuk ke otak. Prosesnya sekitar setengah tahun, pas sesuai dengan pengakuan Tabib Lukas. Sekarang, serangga pengendali sudah dewasa. Tidak peduli masuk ke tubuh siapa, ti
Alfred menanyakan kabar Arnesa. "Bagaimana Arnesa sekarang? Sudah lebih tenang? Feri harusnya sudah diam setelah lengser."Intan menggelengkan kepala. "Feri terus menyebut soal cinta sejati, mana mungkin akan diam? Tidak hanya tidak diam, sekarang Feri bahkan tidak pergi ke kamar Arnesa.""Cinta sejati?" Alfred mengernyit. "Feri menodai kata cinta sejati! Bukannya ada selir yang lain? Anak pengusaha yang membantunya membeli wanita itu.""Sejak masuk ke kediaman, Desi jarang melihat Feri." Intan berhenti menyulam. Tebersit kemarahan di wajahnya. "Tahun ini, Desi baru berumur 17 tahun. Dengan kesenjangan keluarganya dengan Keluarga Rinar, mustahil dia bisa lari dari tempat berbahaya itu. Desi telah dikorbankan oleh ayah dan kakaknya. Memangnya dia sukarela mau menjadi selir Feri?""Orang-orang juga mengatainya seperti itu," sahut Dayang Ita yang membawakan sup ke dalam.Intan berujar, "Aku tahu, mereka bilang Desi sukarela menjadi selir Keluarga Rinar untuk meninggikan status keluarganya
Mutiara segera berlari untuk membawakan sepoci teh dan menuangkan teh untuk Cadas terlebih dahulu.Cadas kembali menghabiskan teh itu dan berkata, "Putri terus menunggu kepulangannya dan kami tidak menghentikannya setelah datang. Kami berpikir suami istri pasti bisa menyelesaikan konfliknya dengan baik, setidaknya Putri bisa punya suasana hati yang baik sebelum melahirkan anak ini dan tidak perlu menangis lagi setiap malam."Intan berkata dengan cemas, "Dia masuk untuk memarahi Arnesa?""Memarahi? Aku tidak akan memukulnya kalau dia cuma memarahinya. Dia mendorong perut Putri ke sudut meja dan buat Putri kesakitan sampai berkeringat dingin, jadi aku memukulnya.""Mendorong Arnesa? Bagaimana kondisi Arnesa sekarang?" tanya Intan dengan cepat."Sudah panggil tabib dan dikatakan bahwa janinnya terpengaruh, jadi Putri harus beristirahat selama satu bulan," ujar Cadas sambil minum teh lagi. "Aku pergi ke Kediaman Raja Linuta dan mau undang mereka datang untuk melihat kondisi Putri karena Pu
Indah adalah pelayan yang melayani Nyonya Kartika dan juga ingin pergi, tapi dihentikan oleh Intan dan berkata, "Kediamanku kekurangan orang dan kamu bisa melayaniku untuk sementara."Indah menurunkan pandangannya, "Baik!"Indah menghentikan langkah dan tidak mengejar Intan, tapi terdapat tatapan panik di matanya, apakah Nyonya Intan telah melihat sesuatu?Hanya saja Indah melihat Intan sedang berkata sambil tersenyum, "Aku dengar dari Ibu kalau kamu sangat pandai menyisir rambut, kamu bisa jadi pelayan yang bertugas untuk menyisir rambutku di masa depan."Indah bertanya saat melihat senyuman hangat di wajah Intan, "Nyonya, biasanya Mutiara yang menyisir rambut Nyonya. Sepertinya tidak baik kalau Hamba merebut pekerjaan Mutiara?"Intan berkata, "Aku punya rencana sendiri untuk Mutiara, jadi tidak ada yang namanya mencuri pekerjaan. Kamu tidak perlu khawatir."Indah baru merasa lega, "Baik, Hamba akan pergi ke Munaria untuk melayani Nyonya selama Nyonya Kartika bersedia."Indah diam-dia
Arnesa tidak bisa menahan air matanya setelah mendengar ucapan Nyonya Kartika yang begitu lembut.Pelayan di sisi Arnesa kembali menceritakan sambil menangis meski Cadas sudah menceritakan hal ini sebelumnya."Wanita itu juga dikurung sejak Tuan Feri diberhentikan, tapi kehidupan Putri sama sekali tidak damai karena Tuan Feri menyalahkan semuanya pada Putri. Putri pernah bertemu dengan Tuan Feri dua kali saat beri salam pada Nyonya Besar, Tuan Feri menunjuk Putri dan memarahi Putri karena telah berbicara omong kosong yang menyebabkannya dihentikan dari pekerjaannya.""Nyonya Besar membela Tuan Feri meski Nyonya membela Putri, Nyonya Besar bilang bahwa Putri sudah menikah ke Keluarga Rinar meski merupakan seorang putri dan harus memprioritaskan suami. Sama sekali tidak boleh mengatakan hal-hal buruk tentang suami sendiri pada orang lain di luar, kalau tidak maka Putri bukanlah seorang istri yang baik.""Jelas-jelas Selir Randa yang datang untuk cari masalah dan Putri cuma melihatnya dal
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu