Di aula paviliun, Rudi dan Amanda duduk berhadapan.Amanda menyeka air mata menggunakan saputangan dan menjelaskan dengan suara parau tanpa menghiraukan tatapan mata Rudi yang penuh kekecewaan. "Hari itu, aku dibutakan oleh kemarahan. Baru pulang dari rumah ibuku, aku lihat kereta kuda Intan melewati pintu kediaman kita. Suami, aku hanya marah. Aku curiga Intan-lah yang menyuruh orang-orang itu untuk melemparkan tinja, tapi tidak ada bukti. Jadi, aku bicarakan yang lain dengan Intan. Tak disangka, Intan malah memakiku. Begitu pulang, aku lihat pelakunya sudah ditangkap. Saking marah, aku menyuruh pengawal untuk mematahkan tangan orang itu. Aku tidak tahu mereka akan memukul orang itu dengan begitu kuat sampai mematahkan tangan dan kakinya."Rudi menangkap satu poin penting dari omongan Amanda. "Kamu bilang, Intan sudah datang kemarin?""Pastinya Intan tidak masuk. Tapi begitu kereta kuda mereka keluar dari gang kita, pelaku pelempar tinja sudah ditangkap. Kalau ada bukti, aku pasti aka
Sama sekali tidak ada kegirangan di hati Rudi ketika mendengar pengungkapan cinta dari Amanda.Rudi seolah-olah tidak pernah mengenal Amanda yang sesungguhnya.Rudi berpikir bahwa alasan mengapa Keluarga Salim membiarkan Amanda pulang ke rumah ibu dan tidak perlu menjadi janda adalah karena Amanda bijaksana ....Rudi tidak bisa memahami Amanda.Pengurus dan beberapa pengawal itu tidak pulang. Orang itu tidak mau menyelesaikan sengketa secara damai. Orang itu meminta agar orang yang telah menggebukinya diberi hukuman berat.Pengurus mengaku bahwa dialah yang memberi perintah tersebut, demi melindungi Amanda.Prefektur ibu kota memenjarakan mereka semua dan sengketa tersebut terselesaikan. Akan tetapi, orang yang tangan dan kakinya patah itu membutuhkan pengobatan. Dia tetap bisa meminta kompensasi untuk biaya pengobatan.Amanda ingin segera menyelesaikan masalah agar orang itu tidak membuat onar lagi. Jadi, Amanda menyuruh orang memberikan seribu tahil perak padanya.Saat mengetahui hal
Rudi sekali lagi membawa Linda ke Kediaman Bangsawan Bonardi. Kali ini, Rudi membawa banyak hadiah. Rudi bahkan berlutut di depan pintu utama dan memohon untuk masuk.Rudi cukup beruntung karena Tuan Kurniawan tidak di rumah. Setelah mendengar kabar, Nyonya Besar Vivian menyuruh pelayan mempersilakan mereka ke dalam.Linda memasang ekspresi masam sepanjang waktu, sama sekali tidak berniat untuk meminta maaf.Akan tetapi, Nyonya Besar Vivian tampak tidak keberatan. Nyonya Besar Vivian malah menyuruh pelayan menyajikan teh untuk mereka.Menantu, cucu menantu, dan cicit menantu Nyonya Besar Vivian berdiri di samping. Mereka semua menatap Linda dengan penuh rasa permusuhan.Rudi berlutut. "Aku, Rudi Wijaya, memberi hormat pada Nyonya Besar Vivian. Semoga Nyonya diberkati dengan kesehatan."Linda juga berlutut dengan enggan, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Mulutnya di balik cadar seperti tersumbat.Nyonya Besar Vivian menyuruh mereka berdiri dan duduk kembali.Rudi berkata dengan gugup, "N
Ekspresi Linda berubah drastis. Omongan Nyonya Besar Vivian tepat mengguncang hatinya.Sangat akurat.Linda mencari kesempatan untuk mengalahkan Intan dan membuktikan dirinya lebih unggul dibanding Intan.Pikiran itu menghantui Linda siang dan malam. Linda tidak bisa tidur dan tidak bisa makan karena amarah yang bertubi-tubi di hatinya.Namun, orang yang dia benci setiap hari sama sekali tidak peduli padanya?Linda tidak percaya!Linda mengepalkan tangan dan berkata, "Nyonya sudah bertemu dengan banyak orang, tapi apa Nyonya pernah bertemu dengan orang munafik? Apa Nyonya pernah bertemu dengan orang yang meraih kesuksesannya dengan prestasi orang lain? Apa Nyonya pernah bertemu dengan orang yang memanfaatkan prestasi perang ayah dan kakaknya, tapi tidak pernah puas? Apa Nyonya pernah bertemu dengan orang yang membiarkan rekan seperjuangannya ditangkap dan disiksa? Orang seperti itu malah menjadi nyonya raja. Apa Nyonya merasa dunia ini adil?"Nyonya Besar Vivian tertawa, tampak sangat
Kabar bahwa Rudi diturunkan menjadi anggota Pasukan Pengaman Ibu Kota bintang sembilan tidak bisa dirahasiakan lagi dari Nyonya Besar Diana. Nyonya Besar Diana menangis sambil menepuk dada.Nyonya Besar Diana memaki-maki bahwa menikahi Linda si pembawa sial itu telah menghancurkan masa depan Rudi.Nyonya Besar Diana menyuruh pelayan untuk memanggil Linda, tetapi Linda bersikap cuek dan langsung mengusir dayang Nyonya Besar Diana.Nyonya Besar Diana marah besar. Nyonya Besar Diana memukul ranjang sambil berseru pada Rudi, "Kenapa kamu menikahi wanita dari keluarga kecil seperti itu? Ini kemalangan keluarga kita!"Nyonya Besar Diana menangis dengan jengkel. "Saat Linda datang sebelum menikah, dia pandai menghibur Ibu. Linda selalu bilang Ibu tidak perlu mengkhawatirkan karier kalian di depan. Dengan adanya kalian, Keluarga Wijaya pasti akan menjadi sukses. Tapi, bagaimana hasilnya? Sekarang kamu hanya menjadi pasukan patroli dengan bintang sembilan. Bagaimana masa depanmu?"Penurunan jab
Entah sejak kapan, desas-desus bahwa Linda telah ditangkap dan dilecehkan oleh Pasukan Biromo marak beredar di kalangan masyarakat.Pernah ada desas-desus seperti itu sejak kembali dari Manuel, tetapi dikatakan Linda ditangkap oleh Pasukan Lonis. Desas-desus itu terkendalikan dengan cepat.Setelah Keluarga Wijaya meminta maaf pada Nyonya Besar Vivian, tidak ada lagi yang melemparkan tinja ke pintu Kediaman Jenderal. Namun, desas-desus tentang penangkapan dan pelecehan Linda kian marak.Kabar itu ramai diperbincangkan. Hanya dalam beberapa hari, kabar itu sudah menyebar ke seluruh ibu kota dan pasti akan menyebar hingga ke luar.Seluruh Kediaman Aldiso juga memperbincangkan hal itu.Intan pun heran. Masalah itu telah berlalu untuk waktu yang lama, mengapa sekarang tiba-tiba diungkit lagi dan ramai diperbincangkan di seluruh kota? Mungkinkah ada personel kemiliteran yang membocorkan informasi? Pasukan Baja tahu betul akan hal itu, tetapi Pasukan Baja yang berintegritas seharusnya tidak a
Benar saja, beberapa hari kemudian, desas-desus tentang Linda sudah berhenti.Para pendongeng di kedai teh dan restoran menjadi kompak. Mereka mengatakan memang ada tentara yang ditangkap dalam peperangan Manuel, tetapi pasukan kita juga menangkap banyak tentara Lonis. Pada akhirnya, kita menukar tahanan satu sama lain. Tidak ada penyiksaan atau pelecehan terhadap tahanan Negara Runa.Itu hanya kisah selingan kecil bagi orang luar. Akan tetapi, orang yang peka terhadap situasi menyadari adanya kejanggalan.Masyarakat tidak tahu bahwa tentara Biromo turut membantu Negara Lonis di Manuel. Peristiwa militer seperti itu bersifat rahasia.Bahkan jika ada yang tahu, jumlahnya sangat sedikit. Tidak mungkin hal itu akan menyebar secara luas, kecuali sengaja disebarluaskan.Tentara Kediaman Aldiso segera dibentuk. Dua ratusan orang di antaranya adalah Pasukan Aldiso yang Alfred minta kembali kepada Kaisar. Mereka awalnya adalah tentara kediaman sehingga tidak dibayar oleh pemerintahan.Kaisar s
Itu adalah perjamuan pertama yang diselenggarakan oleh Intan setelah menikah dengan Raja Aldiso.Jika tidak diselenggarakan dengan baik, Intan akan ditertawakan orang-orang. Terutama Nyonya Kartika sangat mementingkan acara perayaan ulang tahunnya, pasti tidak berharap ada keonaran dalam acara tersebut.Oleh karena itu, Intan secara pribadi menanyai Nyonya Kartika siapa saja yang harus diundang.Nyonya Kartika berpura-pura berpikir sejenak, lalu menjawab, "Kalau Selir Deswita dan Selir Nelia bisa keluar istana, undang saja. Sedangkan yang lain, kamu putuskan sendiri."Intan sudah menduga kedua selir itu harus diundang, terutama Selir Deswita.Sebenarnya, Intan penasaran. Mereka bukan selir yang paling disayangi mantan kaisar di tahun silam, melainkan Selir Sinta dan Selir Gina yang sudah meninggal.Namun, mengapa Nyonya Kartika antipati terhadap Selir Deswita dan Selir Nelia?Dikarenakan pernikahan dengan Keluarga Akbar, hubungan Nyonya Kartika dan Selir Nelia menjadi lebih dekat. Akan
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu