Share

Bab 377

Penulis: Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-05 18:00:00
Setelah dua jam berlalu, di luar sudah gelap dan cuaca semakin dingin.

Bendahara berjanggut datang untuk melaporkan, "Lapor kepada Putri Agung, semua catatan keuangan telah diperiksa dan tidak ada perbedaan dengan jumlah di tangan Nyonya Intan."

"Itu tidak masuk akal!" Putri Agung memecahkan cangkir lagi, mengeluarkan suara dentang yang membuat Nyonya Kartika terkejut sampai terbangun, kemudian menatap Putri Agung yang marah dengan mata mengantuk.

Putri Agung berkata dengan marah, "Pelayan jahat, beraninya dia melaporkan catatan keuangan palsu dan menggelapkan uang Nyonya Kartika serta Putri Chelsea? Aku pasti akan menghukumnya dengan berat."

Intan melepaskan Nyonya Kartika dan berkata, "Baguslah kalau sudah tahu. Karena Pak Hilmi-lah yang serakah, Putri Agung tidak perlu bertindak dalam masalah ini. Aku akan mengantarnya ke Kejaksaan Agung dan menyuruhnya untuk mengeluarkan semua uang yang telah dia gelapkan."

"Intan!" Nada suara Putri Agung jauh lebih lembut dan dia menghela napas, "
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 378

    Dalam cahaya terang, Intan menghitung uang kontan. Memang benar Toko Emas telah menghasilkan banyak keuntungan selama bertahun-tahun. Bahkan kembaliannya tidak kurang untuk diberikan dan memberikan pecahan kepadanya.Melihat betapa seriusnya Intan menghitung uang kontan, Putri Chelsea terlihat penuh dengan kebencian.Akan tetapi mengingat semuanya sudah berakhir, dia pun menghela napas lega.Tanpa sepengetahuannya, Intan menambahkan, "Besok toko akan dipindahtangankan dan aku akan menyuruh semua orang menyebarkan kabar kalau toko ini dijalankan oleh bibi dan kakak sepupu. Dengan reputasi kalian, pasti akan banyak orang yang datang untuk berbelanja. Bagaimana kalau kita menetapkan harga dasar 250 ribu tahil?"Raut wajah Chelsea berubah, "Apa? Kamu ingin memberi tahu orang lain kalau bisnis ini dijalankan olehku dan ibuku? Tidak bisa begitu!"Reputasi apa yang dimiliki Toko Emas? Pertama, Toko Emas melakukan plagiat dan bahan yang digunakan kasar. Kalau tersiar kabar, itu akan merusak re

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 379

    Intan bersandar di kursi. Tubuhnya tinggi dan memiliki sepasang kaki jenjang, jadi dia terlihat sangat mengesankan saat duduk seperti ini.Senyuman muncul di sudut bibir Intan dan wajahnya terlihat penuh dengan senyuman. Dia sangat senang karena Nyonya Kartika tidak terhasut oleh Putri Agung, meski kata-katanya terdengar begitu dipaksakan.Saat trik provokasi Putri Agung tidak ada gunanya, dia pun tersenyum dan berkata, "Siapa pun yang mampu akan bertanggung jawab atas keluarga. Itu benar, tapi kenapa aku ingat dulu kamu bilang kamu membencinya karena dia adalah wanita yang sudah pernah menikah dan tidak layak untuk Alfred? Ini baru beberapa hari dan kamu sudah berubah pikiran tentangnya. Ini memang trik yang bagus. Nyonya Kartika, aku khawatir kelak kamu akan dipermainkan olehnya setelah kembali ke kediaman."Intan berkata dengan dingin, "Sampai di sini saja. Selebihnya akan dilakukan seperti yang baru saja kukatakan. Kami pamit dulu.""Tunggu!" Putri Agung berteriak dengan suara lant

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 380

    Setelah menghitung uangnya lagi, uang kontannya tidak cukup, jadi mereka membayarnya dengan emas batangan.Sepertinya Putri Agung memiliki latar belakang keluarga besar, jadi tidak sulit untuk mendapatkan lebih dari 200 ribu tahil.Dia telah meremehkannya sebelumnya.Selama bertahun-tahun, Putri Agung telah merawat tentaranya sendiri, ratusan pelayan dan sering menjamu tamu. Dia mengenakan pakaian mewah, perhiasan mahal dan setiap perhiasannya sangat bagus.Hanya melihat betapa sedihnya Putri Agung saat mengeluarkan uang itu, Intan merasa uang ini pasti barang yang paling disayang Putri Agung.Kali ini, konflik benar-benar terjadi.Akan tetapi, Intan mendapatkan kembali apa yang pantas didapatkan dan yang telah ditipu, setidaknya dia tidak menderita kerugian. Ada pun terlibat konflik dengan Putri Agung, ini bukan kali pertamanya. Tidak perlu menjaga keharmonisan munafik ini.Pulang ke rumah!Saat Putri Agung dan putrinya melihat Intan pergi dengan sikap yang tidak sesopan saat datang,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 381

    Alfred dan Darius memimpin di depan, sedangkan kereta kuda berjalan di belakang.Nyonya Kartika menggenggam tangan Intan. Dia sangat bergembira. "Aku benar-benar tidak menyangka kamu bisa membuat mereka mengembalikan semua uangku. Orang lain tidak tahu, tapi aku sangat mengenal Putri Agung. Putri Agung kelihatannya baik pada semua orang, tapi nyatanya sangat mendominasi."Intan dengan pelan menarik tangannya dan berkata, "Kalau sudah tahu bagaimana sifat aslinya, jangan interaksi lagi dengannya."Nyonya Kartika mengiakan. Dia merenung sejenak, lalu berujar dengan waswas, "Takutnya Putri Agung akan menjelek-jelekkan kita di depan nyonya-nyonya lain, merusak reputasi kita.""Apa yang perlu ditakutkan?" tanya Intan dengan santai."Tentu saja kamu tidak takut, reputasimu sudah rusak. Tapi aku baru keluar dari istana, reputasiku tidak boleh dirusak."Intan melirik Nyonya Kartika sekilas. Wanita ini pandai berbicara, selalu berbicara ketus terhadap orang sendiri.Nyonya Kartika yang menyadar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 382

    Semua pikiran itu, ditambah kedinginan, Nyonya Kartika merasa pusing dan pegal badan.Sepulangnya ke Kediaman Aldiso, Intan membantu Nyonya Kartika turun dari kereta kuda. Lalu, Intan memberi perintah, "Masak sup jahe. Semuanya harus minum biar tidak masuk angin."Nyonya Kartika lebih merasa malu lagi. Intan sangat perhatian dan ingat dia kedinginan di Kediaman Putri Agung. Siapa yang bisa menyaingi Intan yang berbakti dan teliti begini?Nyonya Kartika tidak tahu bahwa Intan tidak berbuat demikian deminya, melainkan hanya mengkhawatirkan Alfred yang telah kedinginan di luar.Dapur menyajikan sup jahe untuk setiap orang. Intan memantau Alfred minum dua mangkuk. Melihat Nyonya Kartika minum seteguk demi seteguk, Intan berkata, "Ibu minum semangkuk dulu, nanti makan makanan dengan kuah panas."Mereka pergi di petang hari dan langsung mengecek catatan keuangan. Kediaman Putri Agung sama sekali tidak menyajikan teh, apalagi makanan."Ya, aku tahu." Suara Nyonya Kartika menjadi bindeng. Hati

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 383

    Terlepas dari malu atau tidak, mereka pada akhirnya berendam bersama.Usai berendam, mereka bermesraan di dalam kamar. Untungnya, mereka sama-sama adalah pesilat sehingga tetap bugar meski hanya tidur empat jam.Begitu bangun di keesokan hari, dua dayang yang asing masuk untuk melayani Alfred.Mereka awalnya bertugas di ruang jahit, lalu dipindahkan oleh Pak Adi. Kini, Alfred tidak punya pelayan pribadi. Tidak baik jika pelayan pria masuk untuk melayani Alfred memakai pakaian.Adapun pelayan Intan, Ruby dan Opelia ditugaskan untuk melayani Erik, sedangkan Mutiara, Berliana, dan Safira menjadi pelayan pribadi Intan.Dayang Ita bertugas untuk mengurus Munaria. Tidak bisa membiarkan Dayang Ita yang sudah lansia untuk melayani mereka.Jika memindahkan pelayan wanita yang masih muda, takutnya mereka akan punya niat lain. Lebih baik mengutus Dayang Ana dan Dayang Emi untuk melayani Alfred. Mereka sudah berumur 40-an tahun dan reliabel, tidak akan punya niat lain.Omong-omong, dua dayang ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 384

    Axel tersenyum seraya berkata, "Ada Nyonya Intan, kamu tidak akan dirugikan. Kamu hanya perlu melaksanakan tugas dengan baik. Setelah tentara kediaman dibentuk, kamu akan menjadi pemimpin dan pelatih. Kamu juga akan diberi bonus."Ranto hanya ingin mendapat jawaban pasti sehingga langsung bertanya, "Jadi, berapa upahku?"Axel mengacungkan satu jari. "Segini."Ranto benar-benar ingin memukul kepala Axel dengan pentungan. Mengapa tidak bisa langsung katakan berapa upahnya? Mengapa dia harus menebak?"Mau kerja atau tidak?" tanya Alfred."Kerja!" sahut Ranto. Dia bisa menanyakan upahnya pada Intan nanti.Bagaimanapun, Ranto harus bekerja. Dia pasti dipukul jika tidak mengirimkan uang ke sekte."Baik. Kamu tidak perlu urus tentang perekrutan. Kamu hanya perlu menjadi komandan dan melatih mereka tentang seni bela diri," ucap Axel.Ranto menyahut, "Baik. Tapi apa Kediaman Aldiso bisa memuat orang sebanyak itu?"Pak Adi menjawab, "Tenang saja, masih ada lahan kosong di belakang Kediaman Aldis

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 385

    Intan menjawab, "Bibi sakit, jadi pindah ke Biara Cemara. Pertama, untuk mencari ketenangan dan memelihara kesehatan tubuh. Kedua, Biara Cemara dilindungi oleh sang dewi."Nina kebingungan. "Bukannya justru harus tinggal di Kediaman Raja Emino kalau Bibi sakit? Setidaknya orang-orang di sana akan tahu kalau terjadi apa-apa."Nina pun mengerti, bagaimana mungkin Nyonya Yeni tidak mengerti?Intan juga sangat khawatir. Tanah kepemimpinan Raja Emino berada di Emina, tidak terlalu jauh dari Biara Cemara dan ibu kota.Jika untuk memelihara kesehatan tubuh Nyonya Yeni, bukankah lebih baik dikirim ke ibu kota? Setidaknya ada kediaman di ibu kota, juga ada tabib kekaisaran dan Tabib Riel.Adapun di Biara Cemara, Tabib Riel sudah mengutus Julia dan Niki untuk merawat Nyonya Yeni. Meski begitu, Nyonya Yeni pasti kesepian karena tidak ditemani oleh kerabatnya.Intan berkata, "Nanti juga tahu setelah aku ke sana. Dalam beberapa hari ini, mohon Ibu bantu aku rawat Erik.""Baik, serahkan saja padaku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status