Intan menjawab, "Bibi sakit, jadi pindah ke Biara Cemara. Pertama, untuk mencari ketenangan dan memelihara kesehatan tubuh. Kedua, Biara Cemara dilindungi oleh sang dewi."Nina kebingungan. "Bukannya justru harus tinggal di Kediaman Raja Emino kalau Bibi sakit? Setidaknya orang-orang di sana akan tahu kalau terjadi apa-apa."Nina pun mengerti, bagaimana mungkin Nyonya Yeni tidak mengerti?Intan juga sangat khawatir. Tanah kepemimpinan Raja Emino berada di Emina, tidak terlalu jauh dari Biara Cemara dan ibu kota.Jika untuk memelihara kesehatan tubuh Nyonya Yeni, bukankah lebih baik dikirim ke ibu kota? Setidaknya ada kediaman di ibu kota, juga ada tabib kekaisaran dan Tabib Riel.Adapun di Biara Cemara, Tabib Riel sudah mengutus Julia dan Niki untuk merawat Nyonya Yeni. Meski begitu, Nyonya Yeni pasti kesepian karena tidak ditemani oleh kerabatnya.Intan berkata, "Nanti juga tahu setelah aku ke sana. Dalam beberapa hari ini, mohon Ibu bantu aku rawat Erik.""Baik, serahkan saja padaku.
Ingatan masa lalu itu membuat Intan berkata dengan galau, "Mungkin kondisi Bibi tiba-tiba memburuk karena aku."Marsila awalnya ingin merahasiakan hal itu, tetapi melihat Intan bisa menebaknya, dia berterus terang, "Ya, awalnya bibimu tidak tahu, tapi Selir Kimberli sengaja memberitahunya. Bibimu langsung muntah darah dan kondisinya memburuk. Informasi ini bukan didapatkan oleh Paviliun Prumania, tapi dari Ahmar. Dia suruh aku pertimbangkan sendiri mau beri tahu kamu atau tidak.""Aku bisa menebaknya." Intan berujar dengan sedih, "Bibi yang memperkenalkan Rudi dan menjodohkan kami. Sebenarnya, ibuku juga mencari tahu informasi tentang Rudi. Tapi Keluarga Wijaya diam-diam saja selama bertahun-tahun ini dan tidak banyak keonaran. Apalagi Nyonya Selen lemah tidak berdaya. Dia tidak merundungku setelah aku menikah. Dua cabang keluarga di Keluarga Wijaya bisa mempertahankan kerukunan di muka.""Jangan terlalu dipikirkan. Sesudah ketemu bibimu di Biara Cemara, kita baru buat rencananya." Mar
Mata Marsila basah seketika. Dia bersandar di bahu Intan sambil berkata dengan suara parau, "Apa pemikiranku dulu? Aku berharap pelajar itu memperlakukan bibiku dengan buruk agar bibiku menyesal. Aku juga berharap pelajar itu menghadapi berbagai kesusahan sampai akhirnya menyesal. Aku berharap mereka bermusuhan dan dendam pada satu sama lain."Intan menggosok bahu Marsila. "Kamu bukan orang sekejam itu.""Aku benar-benar berpikir seperti itu? Aku kejam, hanya saja kamu tidak tahu." Tatapan mata Marsila menjadi bengong. "Sekarang selain aku, semua orang di keluargaku tidak menyambut mereka. Pelayan senior di rumah juga diam-diam mengatai mereka pembawa sial.""Lalu, kenapa mereka pulang?"Marsila menjelaskan, "Kondisi tubuh nenekku memburuk. Bibi ingin pulang dan menengok Nenek. Mungkin Bibi juga sangat merindukan keluarganya. Jadi, Bibi menyewa rumah di dekat rumahku. Besoknya, Bibi datang dan berlutut di depan rumah. Bibi berpikir lama-kelamaan, Nenek mungkin akan menemuinya. Tapi man
Dikarenakan pernikahan Intan, Marsila pulang ke rumah. Marsila meminta keluarganya dan Sekte Linka memberi tambahan pada harta bawaan Intan.Hal itu sudah lebih dari sebulan yang lalu. Jika Raja Emino melamar, dengan jarak antara Emina dan Kediaman Keluarga Wino di Onsia, berarti Raja Emino langsung pergi melamar tak lama setelah Marsila berangkat dari rumahnya ke Sekte Linka?Beberapa hari setelah Marsila berangkat ke Sekte Linka, utusan Keluarga Wino baru berangkat ke ibu kota untuk mengantarkan tambahan harta bawaan Intan. Oleh karena itu, ketika Marsila berkumpul dengan utusan Keluarga Wino di ibu kota, mereka belum mengetahui hal tersebut.Marsila langsung mengamuk. "Apa Raja Emino tidak tahu malu? Sudah umur berapa Raja Emino? Beraninya dia melamarku? Kapan Raja Emino mengirim surat cerai? Mungkin saja Raja Emino melamarku dulu sebelum mengirim surat cerai. Dasar pria tua bajingan, kucincang dia nanti."Mungkin karena terus mendengar nama Raja Emino, mata Nyonya Yeni yang bengong
Untuk mencegah Nyonya Yeni terbawa emosi, Niki menusukkan jarum ke titik meridian Nyonya Yeni lagi agar dia tidur. Lalu, Niki menuliskan resep obat penenang yang harus dikonsumsi selama dua hari ini.Setelah membaca surat cerai, Marsila langsung menghancurkan satu meja.Biarawati di Biara Cemara membawakan makanan vegetarian. Niki menyuruh pelayan mengambilkan makanan ke aula samping.Niki memberitahukan bahwa Kepala Biara Cemara sangat baik, juga sangat bersimpati pada Nyonya Yeni.Mereka tidak diganggu oleh biarawati yang lain, serta disediakan makanan dan minuman. Hanya saja, mereka tidak boleh membunuh hewan dan makan daging."Dengan kondisi Bibi Yeni sekarang, mana bisa kalau minum kuah daging pun tidak boleh?" tanya Intan dengan cemas."Kalaupun diizinkan, Nyonya Yeni juga tidak bisa minum." Niki menggelengkan kepala. Dia memakai pakaian kain kasar dan mantel katun tebal. "Saat di Kediaman Raja Emino, Nyonya Yeni sudah tidak bisa minum kuah, apalagi mencium aroma daging. Nyonya Y
Intan menoleh pada Niki dan bertanya, "Tidak ada solusi lain untuk penyakit bibiku? Bisakah minta gurumu ke sini?"Niki menjawab, "Guru sudah pernah datang, hanya saja tidak memberi tahu Nyonya Intan. Guru bilang Nyonya Yeni hanya menunggu ajalnya, tidak tahu bisa bertahan sampai kapan. Kalau tidak minum obat, mungkin Nyonya Yeni akan meninggal dalam beberapa hari ini."Intan langsung mendongakkan kepala. "Tidak boleh berhenti minum obat."Niki berkata dengan sangat tidak berdaya, "Kalau begitu, Nyonya Yeni bisa bertahan melewati tahun baru, tapi tidak akan lewat dari pertengahan bulan Januari."Intan meneteskan air mata. Intan tidak tahu kondisi Bibi Yeni begitu kronis. Tabib Riel juga tidak memberitahunya. Ahmar selalu ragu untuk berbicara. Dia harusnya bisa menebak hal tersebut."Sekarang, obat-obatan dan terapi akupunktur bisa meringankan penderitaan Nyonya Yeni. Setidaknya saat ajal sudah tiba, Nyonya Yeni tidak akan meninggal dalam kesakitan," hibur Niki.Sebagai tabib, Niki tela
"Intan, aku ingin menyelinap ke Kediaman Raja Emino dan bunuh dia," kata Marsila tiba-tiba setelah membolak-balikkan badan."Jangan bodoh. Membunuh raja, memangnya kamu mau sekeluargamu mati bersamamu?" Intan menoleh pada Marsila. "Kamu khawatir keluargamu akan menyetujui pernikahan ini?"Marsila menyilangkan tangan di belakang kepala. "Aku tidak tahu, tapi ayahku pasti setuju. Kakekku menyayangiku dari dulu, harusnya tidak akan setuju. Tapi Keluarga Wino sangat membutuhkan pernikahan yang bagus untuk membangun kembali reputasi. Takutnya kakek dan ayah terpaksa harus setuju karena desakan anggota keluarga yang lain.""Sekalipun mereka setuju, kamu tidak akan menikah.""Ya, aku tidak akan menikah." Marsila berujar dengan suara lesu, "Tapi kalau pernikahan ini disetujui dan aku tidak menikah, gadis lain di keluargaku harus berkorban demi aku. Mana aku tega? Terutama mereka adalah saudari-saudariku."Marsila sangat khawatir dan ingin segera pulang ke Kediaman Keluarga Wino."Apa kamu mau
Dalam 15 hari itu, Kaisar akan hadir di altar pemujaan, serta meramaikan acara di gerbang kota bersama rakyat dan menonton kembang api bersama-sama.Pasukan Pengaman Ibu Kota dan Pasukan Patroli sudah melakukan persiapan. Mereka memantau Departemen Konstruksi membangun panggung tinggi di luar benteng kota agar kaisar dan pejabat pemerintahan bisa menyaksikan pertunjukan kembang api.Usai menengok Nyonya Yeni, Intan dan Alfred berbincang di rumah kayu di luar biara.Ranto telah tidur semalam di sana, tetapi kamar itu sangat rapi. Meja dan kursi yang usang juga dilap hingga bersih.Intan menceritakan situasi di Kediaman Raja Emino kepada Alfred. Alfred juga kaget ketika mendengar Raja Emino ingin menceraikan nyonya raja."Sembrono sekali? Tidak punya anak laki-laki, cemburu, tuduhan mana yang bisa dipercaya?""Pasti ada yang bisa dipercaya, seperti sakit kronis." Intan mengembuskan napas. Hatinya sangat galau."Paman bahkan mau menikahi Marsila? Apa yang Paman pikirkan?" Alfred mengernyi