Ingatan masa lalu itu membuat Intan berkata dengan galau, "Mungkin kondisi Bibi tiba-tiba memburuk karena aku."Marsila awalnya ingin merahasiakan hal itu, tetapi melihat Intan bisa menebaknya, dia berterus terang, "Ya, awalnya bibimu tidak tahu, tapi Selir Kimberli sengaja memberitahunya. Bibimu langsung muntah darah dan kondisinya memburuk. Informasi ini bukan didapatkan oleh Paviliun Prumania, tapi dari Ahmar. Dia suruh aku pertimbangkan sendiri mau beri tahu kamu atau tidak.""Aku bisa menebaknya." Intan berujar dengan sedih, "Bibi yang memperkenalkan Rudi dan menjodohkan kami. Sebenarnya, ibuku juga mencari tahu informasi tentang Rudi. Tapi Keluarga Wijaya diam-diam saja selama bertahun-tahun ini dan tidak banyak keonaran. Apalagi Nyonya Selen lemah tidak berdaya. Dia tidak merundungku setelah aku menikah. Dua cabang keluarga di Keluarga Wijaya bisa mempertahankan kerukunan di muka.""Jangan terlalu dipikirkan. Sesudah ketemu bibimu di Biara Cemara, kita baru buat rencananya." Mar
Mata Marsila basah seketika. Dia bersandar di bahu Intan sambil berkata dengan suara parau, "Apa pemikiranku dulu? Aku berharap pelajar itu memperlakukan bibiku dengan buruk agar bibiku menyesal. Aku juga berharap pelajar itu menghadapi berbagai kesusahan sampai akhirnya menyesal. Aku berharap mereka bermusuhan dan dendam pada satu sama lain."Intan menggosok bahu Marsila. "Kamu bukan orang sekejam itu.""Aku benar-benar berpikir seperti itu? Aku kejam, hanya saja kamu tidak tahu." Tatapan mata Marsila menjadi bengong. "Sekarang selain aku, semua orang di keluargaku tidak menyambut mereka. Pelayan senior di rumah juga diam-diam mengatai mereka pembawa sial.""Lalu, kenapa mereka pulang?"Marsila menjelaskan, "Kondisi tubuh nenekku memburuk. Bibi ingin pulang dan menengok Nenek. Mungkin Bibi juga sangat merindukan keluarganya. Jadi, Bibi menyewa rumah di dekat rumahku. Besoknya, Bibi datang dan berlutut di depan rumah. Bibi berpikir lama-kelamaan, Nenek mungkin akan menemuinya. Tapi man
Dikarenakan pernikahan Intan, Marsila pulang ke rumah. Marsila meminta keluarganya dan Sekte Linka memberi tambahan pada harta bawaan Intan.Hal itu sudah lebih dari sebulan yang lalu. Jika Raja Emino melamar, dengan jarak antara Emina dan Kediaman Keluarga Wino di Onsia, berarti Raja Emino langsung pergi melamar tak lama setelah Marsila berangkat dari rumahnya ke Sekte Linka?Beberapa hari setelah Marsila berangkat ke Sekte Linka, utusan Keluarga Wino baru berangkat ke ibu kota untuk mengantarkan tambahan harta bawaan Intan. Oleh karena itu, ketika Marsila berkumpul dengan utusan Keluarga Wino di ibu kota, mereka belum mengetahui hal tersebut.Marsila langsung mengamuk. "Apa Raja Emino tidak tahu malu? Sudah umur berapa Raja Emino? Beraninya dia melamarku? Kapan Raja Emino mengirim surat cerai? Mungkin saja Raja Emino melamarku dulu sebelum mengirim surat cerai. Dasar pria tua bajingan, kucincang dia nanti."Mungkin karena terus mendengar nama Raja Emino, mata Nyonya Yeni yang bengong
Untuk mencegah Nyonya Yeni terbawa emosi, Niki menusukkan jarum ke titik meridian Nyonya Yeni lagi agar dia tidur. Lalu, Niki menuliskan resep obat penenang yang harus dikonsumsi selama dua hari ini.Setelah membaca surat cerai, Marsila langsung menghancurkan satu meja.Biarawati di Biara Cemara membawakan makanan vegetarian. Niki menyuruh pelayan mengambilkan makanan ke aula samping.Niki memberitahukan bahwa Kepala Biara Cemara sangat baik, juga sangat bersimpati pada Nyonya Yeni.Mereka tidak diganggu oleh biarawati yang lain, serta disediakan makanan dan minuman. Hanya saja, mereka tidak boleh membunuh hewan dan makan daging."Dengan kondisi Bibi Yeni sekarang, mana bisa kalau minum kuah daging pun tidak boleh?" tanya Intan dengan cemas."Kalaupun diizinkan, Nyonya Yeni juga tidak bisa minum." Niki menggelengkan kepala. Dia memakai pakaian kain kasar dan mantel katun tebal. "Saat di Kediaman Raja Emino, Nyonya Yeni sudah tidak bisa minum kuah, apalagi mencium aroma daging. Nyonya Y
Intan menoleh pada Niki dan bertanya, "Tidak ada solusi lain untuk penyakit bibiku? Bisakah minta gurumu ke sini?"Niki menjawab, "Guru sudah pernah datang, hanya saja tidak memberi tahu Nyonya Intan. Guru bilang Nyonya Yeni hanya menunggu ajalnya, tidak tahu bisa bertahan sampai kapan. Kalau tidak minum obat, mungkin Nyonya Yeni akan meninggal dalam beberapa hari ini."Intan langsung mendongakkan kepala. "Tidak boleh berhenti minum obat."Niki berkata dengan sangat tidak berdaya, "Kalau begitu, Nyonya Yeni bisa bertahan melewati tahun baru, tapi tidak akan lewat dari pertengahan bulan Januari."Intan meneteskan air mata. Intan tidak tahu kondisi Bibi Yeni begitu kronis. Tabib Riel juga tidak memberitahunya. Ahmar selalu ragu untuk berbicara. Dia harusnya bisa menebak hal tersebut."Sekarang, obat-obatan dan terapi akupunktur bisa meringankan penderitaan Nyonya Yeni. Setidaknya saat ajal sudah tiba, Nyonya Yeni tidak akan meninggal dalam kesakitan," hibur Niki.Sebagai tabib, Niki tela
"Intan, aku ingin menyelinap ke Kediaman Raja Emino dan bunuh dia," kata Marsila tiba-tiba setelah membolak-balikkan badan."Jangan bodoh. Membunuh raja, memangnya kamu mau sekeluargamu mati bersamamu?" Intan menoleh pada Marsila. "Kamu khawatir keluargamu akan menyetujui pernikahan ini?"Marsila menyilangkan tangan di belakang kepala. "Aku tidak tahu, tapi ayahku pasti setuju. Kakekku menyayangiku dari dulu, harusnya tidak akan setuju. Tapi Keluarga Wino sangat membutuhkan pernikahan yang bagus untuk membangun kembali reputasi. Takutnya kakek dan ayah terpaksa harus setuju karena desakan anggota keluarga yang lain.""Sekalipun mereka setuju, kamu tidak akan menikah.""Ya, aku tidak akan menikah." Marsila berujar dengan suara lesu, "Tapi kalau pernikahan ini disetujui dan aku tidak menikah, gadis lain di keluargaku harus berkorban demi aku. Mana aku tega? Terutama mereka adalah saudari-saudariku."Marsila sangat khawatir dan ingin segera pulang ke Kediaman Keluarga Wino."Apa kamu mau
Dalam 15 hari itu, Kaisar akan hadir di altar pemujaan, serta meramaikan acara di gerbang kota bersama rakyat dan menonton kembang api bersama-sama.Pasukan Pengaman Ibu Kota dan Pasukan Patroli sudah melakukan persiapan. Mereka memantau Departemen Konstruksi membangun panggung tinggi di luar benteng kota agar kaisar dan pejabat pemerintahan bisa menyaksikan pertunjukan kembang api.Usai menengok Nyonya Yeni, Intan dan Alfred berbincang di rumah kayu di luar biara.Ranto telah tidur semalam di sana, tetapi kamar itu sangat rapi. Meja dan kursi yang usang juga dilap hingga bersih.Intan menceritakan situasi di Kediaman Raja Emino kepada Alfred. Alfred juga kaget ketika mendengar Raja Emino ingin menceraikan nyonya raja."Sembrono sekali? Tidak punya anak laki-laki, cemburu, tuduhan mana yang bisa dipercaya?""Pasti ada yang bisa dipercaya, seperti sakit kronis." Intan mengembuskan napas. Hatinya sangat galau."Paman bahkan mau menikahi Marsila? Apa yang Paman pikirkan?" Alfred mengernyi
Nyonya Yeni mencengkeram pergelangan tangan Intan dan melirik ke luar. Napasnya menjadi tidak teratur. Dia berbisik, "Dengarkan Bibi. Raja Emino bukan orang baik. Dia diam-diam bersekongkol dengan Putri Agung."Intan terkesiap. "Apa?"Intan buru-buru menyuruh orang lain keluar dan meminta Marsila berjaga di depan pintu."Bibi, apa maksudmu?"Nyonya Yeni menurunkan kepalanya. Tersirat rasa takut dan waswas dalam suaranya. "Selama bertahun-tahun terakhir, Raja Emino diam-diam membentuk tentara di Emina menggunakan uang Putri Agung dan Selir Kimberli. Pasukannya bersembunyi di Kabupaten Yonos."Intan tahu bahwa Kabupaten Yonos adalah tanah kepemimpinan Putri Agung, harta bawaan yang diberikan oleh mantan kaisar."Jangan cari masalah dengannya, jangan bermusuhan dengannya. Raja Emino tidak sebodoh yang orang lain kira." Napas Nyonya Yeni menjadi lemah. Mungkin terlalu takut setelah memergoki rahasia itu."Dalam bertahun-tahun ini, Raja Emino menyayangi selir dibanding istrinya. Kamu pikir
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu