Kereta kuda berhenti di depan Kediaman Putri Agung. Penjaga pintu masuk untuk melapor, lalu keluar dan meminta maaf, "Maaf, Nyonya Kartika, Nyonya Intan. Aku lupa tadi, Putri Agung sedang bepergian hari ini."Nyonya Kartika berkata pada Intan, "Kalau begitu, kita pulang dulu. Nanti kita datang lagi setelah kirim surat, sama saja."Intan menanyai penjaga pintu, "Ke mana Putri Agung pergi? Kapan pulang?"Penjaga pintu menjawab, "Tidak tahu, mungkin pulang larut malam."Intan berucap, "Tidak masalah, kami tunggu."Kemudian, Intan menggandeng tangan Nyonya Kartika dan hendak masuk.Penjaga pintu buru-buru berlari ke depan mereka. "Nyonya Kartika, Nyonya Intan, ini Kediaman Putri Agung. Kalian tidak boleh menerobos ke dalam."Intan tertawa. "Menerobos? Kami datang untuk berkunjung dan tunggu Putri Agung pulang di kediamannya. Kenapa? Aula utama kalian tidak menerima tamu?"Penjaga pintu telah menyaksikan kegagahan Intan. Meski Intan berbicara sambil tersenyum, dia tidak percaya Intan adalah
Intan duduk selama beberapa waktu, tidak makan maupun minum. Lalu, Intan beranjak dari kursi dan ingin berkeliling.Sering diadakan perjamuan di Kediaman Putri Agung dan para tamu bebas untuk berkeliling. Tentu saja, setelah Kediaman Putri Agung melakukan pengaturan.Tidak boleh sembarangan menerobos masuk dan ingin berkeliling. Ada tempat di Kediaman Putri yang tidak boleh dilihat orang lain karena menyimpan rahasia besar.Tentara kediaman tidak bisa mencegat Intan. Jika Intan memfitnah mereka telah melecehkannya, mampuslah mereka.Adapun pelayan, mereka sama sekali tidak bisa menghentikan Intan yang berjalan ke halaman dalam.Intan dengan cepat berjalan melewati mereka dan mengarah ke halaman dalam.Para pelayan gagal. Ketika Intan hendak mendekati sebuah paviliun di halaman dalam, seseorang berseru, "Putri Agung sudah pulang!"Intan tersenyum. Cih, akhirnya mau keluar.Intan membelai rambutnya seraya melirik paviliun itu, lalu berujar, "Karena Putri Agung sudah pulang, aku tunggu di
Putri Agung menatap Nyonya Kartika dengan heran. "Ada apa ini? Mutiara apa? Taruhan apa? Bukannya tadi malam hanya perjamuan? Kapan kamu ambil harta bawaan Intan? Itu tidak etis. Harta bawaan menantu adalah harta pribadinya, tidak boleh kamu ambil. Hanya bercanda juga tidak boleh."Nyonya Kartika terbengong.Sebenarnya, melalui interaksi dengan Putri Agung dan Putri Chelsea selama bertahun-tahun ini, Nyonya Kartika pernah berpikir bahwa Putri Agung tidak akan memberikan tiga ribu tahil itu. Akan tetapi, Nyonya Kartika masih menaruh harapan karena Putri Agung mementingkan martabat. Putri Agung sudah berkata demikian, maka separuh kemungkinan Putri Agung akan memberikannya.Alhasil, Putri Agung sama sekali tidak mengaku tentang mutiara dan taruhan mereka. Itu sungguh di luar dugaan Nyonya Kartika.Seketika, Nyonya Kartika tercengang dan secara refleks menoleh pada Dayang Gita. Dayang Gita sedang menutupi wajahnya yang merah karena kedinginan dan menahan ingus.Kemudian, Nyonya Kartika me
Kemudian, Intan memberi salam pada Putri Agung, "Bibi baik sekali pada Ibu, aku benar-benar terharu. Reputasiku dulu tidak baik, wajar kalau Bibi khawatir. Tapi aku janji akan berbakti pada Ibu dan selalu mengutamakan keinginan Ibu. Sedangkan mutiara-mutiara itu, awalnya memang mau kubagikan sebagian pada Ibu. Setelah hari pulang ke rumah maternal, aku akan suruh orang berikan enam puluh kilogram pada Ibu. Ibu bebas berikan pada siapa saja, aku tidak akan berani ikut campur."Putri Agung tahu Intan sedang memberinya jalan mundur.Putri Agung juga terpaksa harus mengambil jalan mundur itu.Bagaimana bisa reputasi yang telah dibangunnya selama separuh hidup rusak hanya karena beberapa mutiara? Dia juga telah melihat betapa orang-orang dari dunia persilatan itu menyayangi Intan kemarin.Selain itu, tidak boleh terlalu merundung Nyonya Kartika. Sekarang Nyonya Kartika sudah mulai membangkang, tidak mudah untuk meminta uang padanya lagi. Jika tidak mengembalikan mutiara dan terus mengelabui
Intan mengedipkan mata. Apa dia tidak salah dengar?Intan terkejut melihat dua ribu tahil itu. Wah, Nyonya Kartika benar-benar suka memberi keuntungan pada orang lain, mudah sekali memberikan uang pada orang lain.Nyonya Kartika mudah ditipu.Tidak, Nyonya Kartika sudah ditipu."Ibu sudah tahu sifat asli Putri Agung?" tanya Intan sambil tersenyum. Nadanya menjadi lebih lembut.Wajah Nyonya Kartika menjadi suram. "Kamu pikir aku buta, sudah begini masih tidak bisa lihat?""Aku lihat Ibu masih bicara baik-baik dengannya, jadi kupikir Ibu masih tertipu."Nyonya Kartika menyeletuk, "Mana bisa kalau tidak bicara baik-baik? Salah satu dari kita harus bersikap ramah dan satunya galak. Mana bisa bermusuhan dengannya? Putri Agung berteman dekat dengan nyonya-nyonya lain. Kalau mereka memfitnahku, bukannya reputasi akan rusak? Kamu memang cuek, tidak takut apa-apa."Intan tidak berkomentar, melainkan menghitung uang yang bernilai satu tahil per lembar. Intan memberikan seratus tahil kepada Dayan
Nyonya Kartika diam-diam melirik Intan yang tampak rileks dan tersenyum. Harus diakui bahwa Intan sangat cantik seperti bunga plum.Nyonya Kartika tiba-tiba penasaran. "Kamu benaran tidak takut Putri Agung?"Intan bertanya balik, "Kenapa harus takut pada Putri Agung?""Dia Putri Agung, bibinya Kaisar. Mantan kaisar juga mengalah padanya. Selain itu, Putri Agung setidaknya menguasai separuh lingkaran sosialisasi di ibu kota. Dia bisa menghancurkan reputasimu dalam semalam."Intan acuh tak acuh. "Ibu sendiri bilang aku tidak takut apa-apa. Apa aku takut reputasiku akan hancur? Kalau Putri Agung memfitnahku, berarti dia memfitnah orang yang telah berjasa untuk merebut kembali Manuel. Sekalipun berstatus sebagai putri agung, dia akan dihujat oleh seluruh masyarakat."Nyonya Kartika merasa terlalu mudah untuk mengatakan hal-hal seperti itu. Jika menyinggung Putri Agung, pembalasan dendamnya akan sangat ekstrem.Nyonya Kartika teringat akan kejadian hari ini, juga sukar untuk mengambil kemba
Dayang Gita berjuang keras untuk berdesak ke dalam dan menanyai pekerja, "Apa ada gelang emas berhiaskan benang emas dan permata?"Staf muda melirik Dayang Gita dan berseru, "Itu dijual di lantai dua, tapi sudah tidak ada stok. Tahun ini sudah dibuat beberapa kali, tapi habis terjual. Kalau mau beli, pesan di lantai dua. Baru ada stok Februari tahun depan."Harus dipesan? Baru ada stok Februari tahun depan?Dayang Gita berdesakan keluar dan naik ke lantai dua yang didekorasi dengan elegan. Ada sembilan meja konter dengan kursi yang dilapisi bantal empuk di depannya. Satu meja konter melayani satu tamu.Di sisi lain, ada belasan orang yang sedang menunggu. Mereka duduk di kursi sambil minum teh dan makan kue. Ada perapian arang perak yangMeskipun para tamu kaya, mereka tidak memakai pakaian brokat atau satin. Tampaknya mereka hanya pengusaha kaya, bukan keluarga bangsawan.Dayang Gita melirik ke sana. Seorang tamu memakai beberapa gelang emas dan menyuruh staf membungkusnya. Modelnya c
Kebetulan, keesokannya, saat Alfred dan Intan hendak pulang ke Kediaman Adipati Belima, Putri Chelsea mengutus orang untuk mengantarkan buku keuangan. Bahkan diantar secara pribadi oleh sang pengurus toko, Pak Hilmi.Nyonya Kartika sudah menetap di Kediaman Aldiso sehingga Pak Hilmi yang datang. Jika masih tinggal di istana, buku keuangan akan diantarkan oleh Putri Chelsea.Menurut Dayang Gita, Pak Hilmi datang untuk mengenal orang. Jika Nyonya Kartika datang di kemudian hari, mereka bisa mengenalinya.Nyonya Kartika dengan girang membuka buku keuangan yang hanya berisi beberapa lembar. Produk yang terjual hanya produk berkualitas rendah, sama sekali tidak ada aksesori mahal.Di bagian bawah, ada ringkasan pemasukan toko, yaitu minus.Dalam satu kuartal, telah rugi lebih dari sepuluh ribu tahil.Kerugiannya bahkan lebih besar dari sebelumnya.Saking marah, tubuh Nyonya Kartika menjadi gemetar. Nyonya Kartika melempar buku keuangan ke lantai. "Kenapa bisa rugi sebanyak ini? Jelaskan!"P