Suara Intan lembut, tidak lagi berwibawa atau dingin seperti sebelumnya dan berkata, "Semoga Putri Agung panjang umur."Tatapan Putri Agung perlahan menjauh dari wajah Intan dan pikiran serta kebencian yang melonjak perlahan mereda, "Nona Intan baik sekali. Pelayan, terima hadiahnya."Pelayan itu melangkah maju untuk mengambil gulungan itu dan Putri Chelsea berkata dengan dingin, "Sepertinya hadiah itu adalah lukisan. Entah dari mana kamu membelinya? Jangan-jangan kamu membelinya sembarang di jalan."Intan tersenyum dan berkata, "Kalau memang kubeli di jalan, tetap saja itu niat baikku. Sama seperti saat ayah dan kakakku meninggal, Putri Agung memberi ibuku sebuah gapura peringatan. Bukankah itu juga niat baik Putri Agung?"Tidak ada yang tahu tentang masalah ini. Saat Intan menyebutnya, semua orang terkejut.Hati mereka menegang, bukankah ini sangat kejam? Jenderal Marko tewas demi negaranya, bagaimana seorang putri kerajaan bisa memberikan barang terkutuk?Nyonya Kartika menarik napa
Putri Chelsea melangkah maju untuk merebutnya, "Aku akan membukanya. Intan, kalau kamu berani mengutuk ibuku, aku akan membuatmu mati mengenaskan."Gulungan itu perlahan terbuka dan semua orang menjulurkan leher untuk melihatnya. Apa yang mereka lihat setelah gulungan itu dibuka adalah sebuah lukisan.Gulungan sepanjang setengah meter itu menunjukkan gambar bunga plum. Cabang plum yang kuat, bunga plum yang mekar penuh atau kuncup dan banyak tulang bunga yang berdiri di dahan dengan tenang.Semua orang tercengang melihat gambar bunga plum itu benar-benar hidup seolah ada pohon plum asli tepat di depan mereka, bahkan lubang serangga di dahan pohon plum pun bisa terlihat dengan jelas.Ada seorang wanita bangsawan yang hadir paham lukisan dan berseru dengan lembut, "Ini gambar bunga plum dingin karya Tuan Andi Wino? Aku cukup beruntung melihat lukisan manis musim dingin yang dilukis olehnya. Pengerjaannya sama dan stempel ini, benar. Ini adalah lukisan Tuan Andi."Begitu kata-kata ini ter
Di Kediaman Wanar, potongan kertas yang di jendela terlihat seperti binatang raksasa yang memantul di dinding rumah.Intan yang duduk di kursi mahoni melipat tangannya, dia yang kurus mengenakan baju berwarna muda. Saat ini, dia sedang menatap orang di depan, orang itu adalah suami baru yang sudah dia tunggu selama setahun.Rudi masih mengenakan baju perangnya yang usang, tapi dia terlihat agung. Wajah gantengnya juga terlihat merasa bersalah, "Intan, keputusan pernikahan dari kaisar sudah diturunkan, Linda pasti akan menikah denganku."Intan hanya melipat tangannya dengan tatapan dingin, lalu bertanya dengan bingung, "Ibu suri pernah bilang, Jenderal Linda adalah panutan bagi wanita di dunia, apa dia rela menjadi selir?"Rudi menatapnya dengan masam. "Bukan ... bukan selir, dia dan kamu adalah istri sah, jadi tidak ada bedanya denganmu."Intan masih mempertahankan postur tadi sambil berkata, "Anda tahu kalau istri sama tingkat hanya omongan saja, sebenarnya dia tidak bedanya dengan se
Rudi merasa tak berdaya. "Untuk apa kamu mau buat diri sendiri kesal? Ini adalah pernikahan yang disetujui oleh kaisar. Lagian setelah Linda menikah denganku, kalian masing-masing tinggal di timur dan barat, dia juga tidak akan merebut kekuasaanmu di rumah ini. Intan, barang yang kamu pentingkan, dia tidak ingin.""Menurutmu, aku terikat pada kekuasaan kepala keluarga ini?" tanya balik Intan. Jadi kepala keluarga di kediaman jenderal ini, hanya biaya obat nyonya besar saja butuh belasan tael, ditambah biaya makan dan pakaian yang lain, serta biaya membeli hadiah, semua itu membutuhkan uang.Kediaman jenderal ini tidak ada apa-apa. Selama setahun ini, Intan menggunakan maharnya untuk membantu kediamanan ini, tapi hasil yang dia dapatkan adalah ini.Rudi kehilangan kesabaran. "Sudahlah, aku tidak mau bilang denganmu lagi. Awalnya aku hanya perlu memberitahumu saja, mau kamu setuju atau tidak, hasilnya tidak akan berubah."Intan hanya menatap kepergian dia yang dingin dan merasa tersindir
Mutiara mengambil daftar maharnya sambil berkata, "Tahun ini, uang yang Nona keluarkan ada 6.000 tahil, tapi mahar seperti toko, rumah dan manor tidak terpakai. Semua uang yang disimpan ibu Nona di tempat penyimpanan uang, serta akta rumah dan tanah ada di dalam kotak ini dan sudah dikunci.""Baik!" Intan melihat daftar maharnya. Saat itu, ibunya memberinya mahar begitu banyak karena takut dia akan hidup sengsara di keluarga suami. Hal ini membuat Intan sedih.Mutiara yang di samping bertanya dengan sedih, "Nona, kita bisa ke mana? Apa kita kembali ke Kediaman Bangsawan Belima? Bagaimana kalau kita kembali ke Gunung Pir?"Di depan matanya tiba-tiba terlintas setumpuk darah, serta keluarganya yang meninggal tragis. Hal ini membuat Intan sakit hati lagi. "Ke mana pun boleh daripada tinggal di sini.""Setelah Nona pergi, sama saja Nona menyetujui hubungan mereka."Intan hanya berkata, "Kalau begitu setujui saja. Kalau aku tidak pergi, aku bakal menghabiskan seumur hidupku di hubungan mere
Nyonya Besar Diana tersenyum dengan paksa. "Suka atau tidak belum bisa dipastikan karena baru bertemu sekali saja. Tapi, karena ini jodoh yang ditentukan oleh Kaisar, hal ini pun tidak bisa dibantah. Kelak Linda dan Rudi bertugas di militer, sedangkan kamu bertanggung jawab atas Kediaman Jenderal, bahkan juga bisa menikmati jasa dari hasil perang mereka. Ini sangat bagus.""Memang sangat bagus!" Intan tersenyum. "Hanya saja kasihan pada Jenderal Linda karena dia harus menjadi selir."Nyonya Besar Diana berkata dengan senyum, "Kamu ini sungguh polos, ini jodoh yang ditentukan oleh Kaisar, mana mungkin Linda bisa menjadi selir? Selain itu dia adalah jenderal, juga seorang pejabat, mana ada pejabat yang menjadi selir, 'kan? Kalian akan menjadi istri yang setingkat, tidak ada perbedaan tingkat di antara kalian."Intan berkata, "Tidak ada perbedaan tingkat? Apa kerajaan kita ada aturan seperti ini?"Ekspresi Nyonya Besar Diana agak dingin. "Intan, kamu selalu pengertian. Karena kamu telah m
Anggota Keluarga Wijaya saling melihat karena mereka tidak menyangka Intan yang biasanya mudah diajak bicara, kali ini malah bersikap begitu keras.Selain itu, Intan bahkan tak patuh dengan kata ibu mertuanya.Nyonya Besar Diana berkata dengan dingin, "Dia pasti akan patuh karena dia tidak ada pilihan lain."Benar, sekarang dia sudah tidak ada keluarga, selain tinggal di sini, dia tidak ada pilihan lain. Selain itu, Keluarga Wijaya tidak membuatnya merasa direndahi, dia tetap istri sah.Esok paginya, Intan membawa Mutiara kembali ke Kediaman Bangsawan Belima.Kediaman ini sangat sepi, bahkan penuh dengan tumpukan daun.Karena sudah tidak diurus selama setengah tahun, Kediaman Bangsawan Belima tumbuh rumput liar yang tinggi.Ketika memasuki Kediaman Bangsawan Belima lagi, Intan merasa sangat sedih.Setengah tahun lalu, Intan mendengar kabar mengejutkan tentang sekeluarganya dibunuh. Intan dengan pasrah berlutut di depan mayat nenek dan ibunya, tubuh mereka sangatlah dingin, kediaman jug
Intan berlutut di ruang kerja sambil menundukkan kepalanya.Ketika Kaisar Roni teringat Keluarga Bangsawan Belima hanya tersisa Intan seorang, dia pun kasihan padanya. "Berdiri dulu, baru berbincang!"Intan melipat kedua tangannya sambil mengetuk kepalanya. "Yang Mulia, hari ini aku datang termasuk tindakan lancang, tapi aku juga ingin meminta rahmat Yang Mulia."Kaisar Roni berkata, "Intan, aku sudah membuat keputusan itu, tidak mungkin menarik balik."Intan menggelengkan kepalanya. "Aku ingin meminta Yang Mulia mengeluarkan perintah agar aku bercerai dengan Jenderal Rudi secara damai."Kaisar muda itu tercengang. "Cerai? Kamu mau cerai?"Awalnya kira kedatangan Intan untuk menyuruhnya menarik balik perintah itu, tak disangka dia malah meminta untuk cerai.Intan menahan air matanya. "Yang Mulia, Jenderal Rudi dan Jenderal Linda meminta pernikahan itu dengan jasa mereka. Kebetulan hari ini adalah hari kematian ayah dan saudaraku, aku juga ingin dengan jasa mereka meminta dekret untuk c