"Mengenyangkan perut dengan membayangkan makanan?" Sepatah kalimat ini membuat Odessa kehabisan kata-kata."Kalau begitu ... maksudnya kamu belum pernah berhubungan fisik sama wanita-wanita kaya itu?" tanya Odessa."Lebih tepatnya, mereka memuaskan nafsu dengan melihat ketampananku." Ucapan yang tidak tahu malu ini membuat Odessa tidak tahu harus bagaimana menanggapinya. Suasana menjadi hening seketika.Melihat Odessa terdiam, Kenzo melontarkan pertanyaan yang tajam, "Bu Odessa, kita ini nggak ada dasar perasaan. Kalau mau bicara terus terang, kita ini cuma dua orang asing yang kebetulan menjalani hidup bersama.""Aku yakin di masa depan yang kamu rencanakan, aku juga bukan bagian di dalamnya. Jadi, kenapa kamu harus begitu serius menanggapi masalah ini?"Nada sindiran dari pertanyaannya membuat Odessa terdiam. Benar juga, tujuan pernikahan ini memang bukan untuk menjalani kehidupan seumur hidup. Jadi, apa hubungannya kalau Kenzo menjadi gigolo? Bukankah Odessa memang tidak perlu semar
Odessa menyadari bahwa perubahan perilaku Aidan terutama disebabkan oleh pukulan besar terhadap harga dirinya sebagai pria. Seorang pria muda yang mengalami masalah seperti itu tentu saja akan merasa hancur. Namun, sebuah ide muncul di benaknya.Jika Odessa bisa menemukan cara untuk mengobati Aidan, mungkin hidup Bella akan menjadi jauh lebih baik ....Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Odessa memikirkan hal itu. Namun, pengobatan adalah proses yang panjang dan Odessa sendiri juga bukan dokter profesional. Berbeda dengan adiknya, Aidan mungkin tidak akan setuju untuk mencoba berbagai ramuan hasil percobaannya.Oleh karena itulah, meski ide ini pernah terlintas di pikirannya sebelumnya, Odessa tidak pernah benar-benar mengambil langkah untuk mewujudkannya.Namun, kali ini berbeda. Bukankah ada seseorang yang mengidap penyakit yang sama di kamar sebelahnya?Pemikiran ini membuat Odessa diam-diam merasa antusias. Dia percaya bahwa tidak ada seorang pria pun di dunia ini yang rela mende
Pemandangan yang mengejutkan ini membuat Kenzo gugup. Dia mengaitkannya dengan ucapan Odessa yang aneh tadi. Kenzo tiba-tiba membayangkan dirinya diracuni ....Kenzo bergidik, dia curiga Odessa berniat jahat. Apalagi malam ini Kenzo mengungkit tentang perceraian. Apa mungkin Odessa merasakan krisis karena akan kehilangan segalanya? Jadi, Odessa langsung bertindak kejam.Namun, setelah dipikir-pikir, Odessa tidak mungkin berbuat seperti itu. Mana mungkin Kenzo bisa dicelakai? Lagi pula, Odessa tidak akan berani mencelakai Kenzo.Kenzo masih merenung, sedangkan Odessa sudah selesai memasak obat. Saat hendak memasukkan obat itu ke dalam kantong, Odessa berbalik. Kebetulan dia melihat Kenzo yang berada di ruang tamu.Jadi, Odessa membawa semangkuk obat keluar dari dapur dan bertanya, "Eh, kamu belum tidur? Kalau begitu, minum obat ini dulu."Kenzo memandang obat yang diberikan padanya. Dia berusaha menahan amarahnya dan bertanya dengan geram, "Kamu gila, ya? Kamu suruh aku minum obat apa m
Keesokan harinya, Odessa tidak perlu pergi bekerja karena ini hari Sabtu. Dia baru bangun pada pukul 9 pagi. Setelah bangun, Odessa melihat pintu kamar di seberang masih tertutup. Entah Kenzo masih berada di dalam kamar atau sudah keluar.Namun, sandal yang dilepaskan Kenzo di depan pintu kamar sudah menghilang. Seharusnya Kenzo sudah keluar.Odessa merasa lega, dia tidak perlu bertemu dengan pria menyebalkan itu lagi. Odessa pergi ke dapur dan membuang ampas obat semalam ke tong sampah. Kemudian, dia mencuci botol obat dan menyimpannya.Semalam, Odessa memang kembali ke kamar setelah berselisih dengan Kenzo. Akan tetapi, dia keluar dari kamar lagi untuk memasukkan obat adiknya ke kulkas. Odessa juga membaca buku medis selama beberapa jam, lalu tidur pada pukul 3 dini hari.Di dalam kulkas hanya terdapat obat Howie. Jadi, Odessa memutuskan pergi ke supermarket untuk membeli keperluan sehari-hari.Di dekat kompleks ada sebuah supermarket yang besar. Setelah jalan-jalan, Odessa baru meny
Aidan segera merespons. Dia menatap Mandy dengan penuh hasrat. Aidan memegang bokong Mandy dan hendak menggendongnya ke kamar.Mandy memberontak dengan manja, lalu mendorong Aidan ke sofa dan berujar, "Untuk apa buru-buru? Kamu nggak lihat aku nggak senang?""Kenapa?" tanya Aidan.Mandy mengeluh, "Aku harus jaga anak dan lakukan kerjaan rumah tiap hari. Menurutmu kenapa?"Aidan menimpali, "Sayangku, bukannya kamu yang mau rasakan jadi nyonya di rumah ini ....""Aku mau rasakan jadi nyonya, bukan pembantu," sergah Mandy.Aidan bertanya, "Kalau aku nggak pura-pura mempekerjakan kamu sebagai pembantu, mana mungkin aku bisa bawa kamu pulang secara terang-terangan?"Mandy mencebik. Aidan yang sudah tidak sabar hendak mencium Mandy, tetapi Mandy meninju Aidan dan berucap, "Anakmu lihat kita. Kamu jaga anak dulu, aku mau cuci piring."Aidan membalas, "Sayang, aku yang cuci piring saja. Masa aku biarkan kamu lakukan pekerjaan kasar begini? Cepat tidurkan anak."Mandy dan Aidan saling bertatapa
Mandy bertanya, "Memangnya sekarang Kak Bella gimana?"Aidan menjelaskan, "Setelah menikah, dia nggak pandai mengurus anak. Dia juga nggak pandai mencari uang, tapi selalu mengeluh capek setiap hari. Padahal dia nggak perlu melakukan apa pun. Apalagi dalam urusan ranjang, dia kaku sekali."Aidan menatap Mandy lekat-lekat dan memuji, "Nggak seperti kamu yang selalu punya cara untuk membuatku senang. Kamu yang membuatku merasakan hasrat yang membara. Mandy, kamu itu malaikat penyelamatku. Aku mencintaimu!"Aidan mencium Mandy dengan intens lagi sampai-sampai napas Mandy terengah-engah. Mandy mendorong Aidan dan mengeluh, "Kalau aku lebih baik darinya, kapan kamu cerai dengannya dan menikah denganku?"Aidan menyahut, "Sayang, bukannya aku sudah bilang waktu kami menikah rumah ini dibeli atas nama Bella? Kalau aku cerai sekarang, rumah ini akan menjadi milik Bella dan dia pasti akan rebutan anak denganku.""Jadi, aku terpaksa mengulur waktu dulu. Bella terus merasa bersalah padaku karena k
Sesudah mendengar ucapan Odessa, Bella terdiam sejenak. Kemudian, dia baru berkata dengan ekspresi putus asa, "Odessa, terkadang aku sangat iri padamu. Kalau aku cerdas sepertimu, hidupku nggak akan begitu terpuruk."Odessa mengamati Bella sesaat, lalu mendesah dan menggenggam tangan Bella sambil menghibur, "Bella, sekarang nggak ada gunanya kamu salahkan diri sendiri. Coba kamu pikirkan dari sudut pandang berbeda, banyak wanita yang jatuh cinta pada pria berengsek waktu muda.""Tapi, Aidan terlalu berengsek," sahut Bella.Odessa menimpali, "Jadi, apa kamu merasa dia itu pria berengsek waktu mencintainya dulu? Kenapa dulu kamu nggak merasa dia berengsek dan baru berpikiran seperti itu sekarang? Apa kamu pernah berpikir mungkin kamu sendiri yang bermasalah?"Bella memandang Odessa dengan ekspresi kebingungan. Odessa berpikir sejenak, lalu berucap dengan serius, "Sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu, tapi selama ini aku nggak tega mengatakannya padamu. Karena hari ini kita sudah me
"Kamu mau bangun bisnis sendiri?" tanya Bella dengan ekspresi terkejut. Tentu saja dia ingin mencoba melakukan hal yang disebutkan Odessa. Namun, Bella masih ragu. Dia berkomentar, "Odessa, membangun bisnis sendiri nggak mudah dan kamu harus pikirkan baik-baik ...."Odessa menyela, "Jadi, apa yang mudah? Jangan jadi penakut. Kita memang belum tentu bisa menang setelah berjuang, tapi kita nggak bisa maju kalau nggak berjuang."Odessa menambahkan, "Kalau aku nggak maju, itu berarti aku harus tetap bekerja. Kenapa aku harus jadi pekerja selamanya? Aku bukan terlahir hanya untuk jadi pekerja."Bella tidak bisa menyanggah ucapan Odessa. Kemudian, Odessa melanjutkan, "Kebetulan tahun depan Reino masuk TK. Ini kesempatan bagus bagimu untuk mengubah diri sendiri. Jangan ragu-ragu lagi, kita sudah sepakat!"Akhirnya, hati Bella pun tergerak. Dia mencengkeram ujung bajunya sembari berujar dengan canggung, "Odessa, aku mau ikut kamu berjuang. Tapi, aku ... nggak punya uang."Tentu saja, Odessa me