Keesokan harinya, Odessa tidak perlu pergi bekerja karena ini hari Sabtu. Dia baru bangun pada pukul 9 pagi. Setelah bangun, Odessa melihat pintu kamar di seberang masih tertutup. Entah Kenzo masih berada di dalam kamar atau sudah keluar.Namun, sandal yang dilepaskan Kenzo di depan pintu kamar sudah menghilang. Seharusnya Kenzo sudah keluar.Odessa merasa lega, dia tidak perlu bertemu dengan pria menyebalkan itu lagi. Odessa pergi ke dapur dan membuang ampas obat semalam ke tong sampah. Kemudian, dia mencuci botol obat dan menyimpannya.Semalam, Odessa memang kembali ke kamar setelah berselisih dengan Kenzo. Akan tetapi, dia keluar dari kamar lagi untuk memasukkan obat adiknya ke kulkas. Odessa juga membaca buku medis selama beberapa jam, lalu tidur pada pukul 3 dini hari.Di dalam kulkas hanya terdapat obat Howie. Jadi, Odessa memutuskan pergi ke supermarket untuk membeli keperluan sehari-hari.Di dekat kompleks ada sebuah supermarket yang besar. Setelah jalan-jalan, Odessa baru meny
Aidan segera merespons. Dia menatap Mandy dengan penuh hasrat. Aidan memegang bokong Mandy dan hendak menggendongnya ke kamar.Mandy memberontak dengan manja, lalu mendorong Aidan ke sofa dan berujar, "Untuk apa buru-buru? Kamu nggak lihat aku nggak senang?""Kenapa?" tanya Aidan.Mandy mengeluh, "Aku harus jaga anak dan lakukan kerjaan rumah tiap hari. Menurutmu kenapa?"Aidan menimpali, "Sayangku, bukannya kamu yang mau rasakan jadi nyonya di rumah ini ....""Aku mau rasakan jadi nyonya, bukan pembantu," sergah Mandy.Aidan bertanya, "Kalau aku nggak pura-pura mempekerjakan kamu sebagai pembantu, mana mungkin aku bisa bawa kamu pulang secara terang-terangan?"Mandy mencebik. Aidan yang sudah tidak sabar hendak mencium Mandy, tetapi Mandy meninju Aidan dan berucap, "Anakmu lihat kita. Kamu jaga anak dulu, aku mau cuci piring."Aidan membalas, "Sayang, aku yang cuci piring saja. Masa aku biarkan kamu lakukan pekerjaan kasar begini? Cepat tidurkan anak."Mandy dan Aidan saling bertatapa
Mandy bertanya, "Memangnya sekarang Kak Bella gimana?"Aidan menjelaskan, "Setelah menikah, dia nggak pandai mengurus anak. Dia juga nggak pandai mencari uang, tapi selalu mengeluh capek setiap hari. Padahal dia nggak perlu melakukan apa pun. Apalagi dalam urusan ranjang, dia kaku sekali."Aidan menatap Mandy lekat-lekat dan memuji, "Nggak seperti kamu yang selalu punya cara untuk membuatku senang. Kamu yang membuatku merasakan hasrat yang membara. Mandy, kamu itu malaikat penyelamatku. Aku mencintaimu!"Aidan mencium Mandy dengan intens lagi sampai-sampai napas Mandy terengah-engah. Mandy mendorong Aidan dan mengeluh, "Kalau aku lebih baik darinya, kapan kamu cerai dengannya dan menikah denganku?"Aidan menyahut, "Sayang, bukannya aku sudah bilang waktu kami menikah rumah ini dibeli atas nama Bella? Kalau aku cerai sekarang, rumah ini akan menjadi milik Bella dan dia pasti akan rebutan anak denganku.""Jadi, aku terpaksa mengulur waktu dulu. Bella terus merasa bersalah padaku karena k
Sesudah mendengar ucapan Odessa, Bella terdiam sejenak. Kemudian, dia baru berkata dengan ekspresi putus asa, "Odessa, terkadang aku sangat iri padamu. Kalau aku cerdas sepertimu, hidupku nggak akan begitu terpuruk."Odessa mengamati Bella sesaat, lalu mendesah dan menggenggam tangan Bella sambil menghibur, "Bella, sekarang nggak ada gunanya kamu salahkan diri sendiri. Coba kamu pikirkan dari sudut pandang berbeda, banyak wanita yang jatuh cinta pada pria berengsek waktu muda.""Tapi, Aidan terlalu berengsek," sahut Bella.Odessa menimpali, "Jadi, apa kamu merasa dia itu pria berengsek waktu mencintainya dulu? Kenapa dulu kamu nggak merasa dia berengsek dan baru berpikiran seperti itu sekarang? Apa kamu pernah berpikir mungkin kamu sendiri yang bermasalah?"Bella memandang Odessa dengan ekspresi kebingungan. Odessa berpikir sejenak, lalu berucap dengan serius, "Sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu, tapi selama ini aku nggak tega mengatakannya padamu. Karena hari ini kita sudah me
"Kamu mau bangun bisnis sendiri?" tanya Bella dengan ekspresi terkejut. Tentu saja dia ingin mencoba melakukan hal yang disebutkan Odessa. Namun, Bella masih ragu. Dia berkomentar, "Odessa, membangun bisnis sendiri nggak mudah dan kamu harus pikirkan baik-baik ...."Odessa menyela, "Jadi, apa yang mudah? Jangan jadi penakut. Kita memang belum tentu bisa menang setelah berjuang, tapi kita nggak bisa maju kalau nggak berjuang."Odessa menambahkan, "Kalau aku nggak maju, itu berarti aku harus tetap bekerja. Kenapa aku harus jadi pekerja selamanya? Aku bukan terlahir hanya untuk jadi pekerja."Bella tidak bisa menyanggah ucapan Odessa. Kemudian, Odessa melanjutkan, "Kebetulan tahun depan Reino masuk TK. Ini kesempatan bagus bagimu untuk mengubah diri sendiri. Jangan ragu-ragu lagi, kita sudah sepakat!"Akhirnya, hati Bella pun tergerak. Dia mencengkeram ujung bajunya sembari berujar dengan canggung, "Odessa, aku mau ikut kamu berjuang. Tapi, aku ... nggak punya uang."Tentu saja, Odessa me
Tanaman lithops itu diletakkan di lantai dan dikelilingi tanaman-tanaman lain. Jadi, Bella membungkuk untuk menyentuh tanaman lithops itu.Pemilik toko yang berusia sekitar 50 tahun bukan berdiri di samping Bella, melainkan di belakangnya. Lebih tepatnya, pemilik toko mendekati Bella dan menyentuh bagian intimnya.Dilihat dari sudut pandang Odessa, pemandangan ini sangat menjijikkan. Bella juga menyadari dirinya dilecehkan. Dia yang kaget hendak berbalik.Odessa sudah menghampiri pria mesum itu, lalu mendorongnya dengan kuat dan membentak, "Kenapa kamu dekati dia?"Pemilik toko tidak menyangka tenaga Odessa sangat kuat. Dia terhuyung dan menabrak rak bunga. Tanaman yang terletak di paling atas jatuh dan menghantam kepala pemilik toko.Darah mengalir dari kepala pemilik toko. Dia berteriak histeris, "Ada yang mau bunuh aku!"Istri pemilik toko bergegas datang dari halaman belakang begitu mendengar suara teriakan. Melihat kepala suaminya berdarah, wanita yang galak itu hendak menghajar B
Setelah polisi pergi, Bella menggebrak meja dan berujar, "Benar-benar nggak adil!"Kemudian, Bella menjambak rambutnya sembari berucap dengan sedih, "Odessa, sekarang aku paham bagaimana rasanya waktu kamu dilecehkan Sugian."Odessa merenung. Dia sudah menyadari keseriusan masalah ini. Odessa menimpali seraya mengernyit, "Kita pikirkan dulu cara untuk keluar dari sini."Bella membalas, "Bagaimana ini? Aku nggak tahu harus meminta bantuan siapa. Aku nggak mungkin menelepon Aidan, dia pasti akan memarahiku ...."Odessa juga memikirkan harus meminta bantuan siapa, tetapi dia tidak punya ide. Bella menyarankan, "Bagaimana kalau kamu telepon suamimu?"Odessa menyahut, "Nggak ada gunanya cari dia karena dia nggak punya latar belakang apa pun.""Kalau begitu ... kita cari Aliando?" usul Bella. Dia hanya teringat Aliando saat mencari orang-orang yang punya latar belakang.Odessa tidak ingin berutang budi pada Aliando. Dia menanggapi, "Bukannya Aliando pergi ke luar kota? Sebaiknya jangan repot
Odessa mengembuskan napas setelah dibebaskan. Namun, dia tidak merasa rileks seperti Bella. Sebaliknya, Odessa merasa sedikit gundah.Jika masalahnya bisa diselesaikan begitu cepat, itu membuktikan hubungan Kenzo dan wanita kaya itu cukup dekat. Odessa meremehkan pria yang menjual diri. Sekarang, dia malah mengandalkan Kenzo menjual diri untuk membantunya menyelesaikan masalah. Sungguh ironis.Odessa merasa sedih, sedangkan Bella masih memuji suami Odessa. Pujian Bella membuat Odessa makin sedih. Jika Bella tahu kebenarannya, mungkin dia tidak akan memuji suami Odessa lagi.Odessa mengalihkan pembicaraan, "Apa kamu berencana menuntut pria mesum itu?"Bella menyahut, "Tentu saja nggak. Sebaiknya masalah yang memalukan begini nggak dibesar-besarkan. Kalau masalahnya menjadi heboh, takutnya rumor tentang penyakit Aidan akan tersebar."Odessa juga berpikiran sama. Dia menimpali, "Oke. Kamu cepat pulang, sudah hampir malam.""Oke. Kamu juga cepat pulang. Hati-hati di jalan," pesan Bella.Se