Sesudah mendengar ucapan Odessa, Bella terdiam sejenak. Kemudian, dia baru berkata dengan ekspresi putus asa, "Odessa, terkadang aku sangat iri padamu. Kalau aku cerdas sepertimu, hidupku nggak akan begitu terpuruk."Odessa mengamati Bella sesaat, lalu mendesah dan menggenggam tangan Bella sambil menghibur, "Bella, sekarang nggak ada gunanya kamu salahkan diri sendiri. Coba kamu pikirkan dari sudut pandang berbeda, banyak wanita yang jatuh cinta pada pria berengsek waktu muda.""Tapi, Aidan terlalu berengsek," sahut Bella.Odessa menimpali, "Jadi, apa kamu merasa dia itu pria berengsek waktu mencintainya dulu? Kenapa dulu kamu nggak merasa dia berengsek dan baru berpikiran seperti itu sekarang? Apa kamu pernah berpikir mungkin kamu sendiri yang bermasalah?"Bella memandang Odessa dengan ekspresi kebingungan. Odessa berpikir sejenak, lalu berucap dengan serius, "Sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu, tapi selama ini aku nggak tega mengatakannya padamu. Karena hari ini kita sudah me
"Kamu mau bangun bisnis sendiri?" tanya Bella dengan ekspresi terkejut. Tentu saja dia ingin mencoba melakukan hal yang disebutkan Odessa. Namun, Bella masih ragu. Dia berkomentar, "Odessa, membangun bisnis sendiri nggak mudah dan kamu harus pikirkan baik-baik ...."Odessa menyela, "Jadi, apa yang mudah? Jangan jadi penakut. Kita memang belum tentu bisa menang setelah berjuang, tapi kita nggak bisa maju kalau nggak berjuang."Odessa menambahkan, "Kalau aku nggak maju, itu berarti aku harus tetap bekerja. Kenapa aku harus jadi pekerja selamanya? Aku bukan terlahir hanya untuk jadi pekerja."Bella tidak bisa menyanggah ucapan Odessa. Kemudian, Odessa melanjutkan, "Kebetulan tahun depan Reino masuk TK. Ini kesempatan bagus bagimu untuk mengubah diri sendiri. Jangan ragu-ragu lagi, kita sudah sepakat!"Akhirnya, hati Bella pun tergerak. Dia mencengkeram ujung bajunya sembari berujar dengan canggung, "Odessa, aku mau ikut kamu berjuang. Tapi, aku ... nggak punya uang."Tentu saja, Odessa me
Tanaman lithops itu diletakkan di lantai dan dikelilingi tanaman-tanaman lain. Jadi, Bella membungkuk untuk menyentuh tanaman lithops itu.Pemilik toko yang berusia sekitar 50 tahun bukan berdiri di samping Bella, melainkan di belakangnya. Lebih tepatnya, pemilik toko mendekati Bella dan menyentuh bagian intimnya.Dilihat dari sudut pandang Odessa, pemandangan ini sangat menjijikkan. Bella juga menyadari dirinya dilecehkan. Dia yang kaget hendak berbalik.Odessa sudah menghampiri pria mesum itu, lalu mendorongnya dengan kuat dan membentak, "Kenapa kamu dekati dia?"Pemilik toko tidak menyangka tenaga Odessa sangat kuat. Dia terhuyung dan menabrak rak bunga. Tanaman yang terletak di paling atas jatuh dan menghantam kepala pemilik toko.Darah mengalir dari kepala pemilik toko. Dia berteriak histeris, "Ada yang mau bunuh aku!"Istri pemilik toko bergegas datang dari halaman belakang begitu mendengar suara teriakan. Melihat kepala suaminya berdarah, wanita yang galak itu hendak menghajar B
Setelah polisi pergi, Bella menggebrak meja dan berujar, "Benar-benar nggak adil!"Kemudian, Bella menjambak rambutnya sembari berucap dengan sedih, "Odessa, sekarang aku paham bagaimana rasanya waktu kamu dilecehkan Sugian."Odessa merenung. Dia sudah menyadari keseriusan masalah ini. Odessa menimpali seraya mengernyit, "Kita pikirkan dulu cara untuk keluar dari sini."Bella membalas, "Bagaimana ini? Aku nggak tahu harus meminta bantuan siapa. Aku nggak mungkin menelepon Aidan, dia pasti akan memarahiku ...."Odessa juga memikirkan harus meminta bantuan siapa, tetapi dia tidak punya ide. Bella menyarankan, "Bagaimana kalau kamu telepon suamimu?"Odessa menyahut, "Nggak ada gunanya cari dia karena dia nggak punya latar belakang apa pun.""Kalau begitu ... kita cari Aliando?" usul Bella. Dia hanya teringat Aliando saat mencari orang-orang yang punya latar belakang.Odessa tidak ingin berutang budi pada Aliando. Dia menanggapi, "Bukannya Aliando pergi ke luar kota? Sebaiknya jangan repot
Odessa mengembuskan napas setelah dibebaskan. Namun, dia tidak merasa rileks seperti Bella. Sebaliknya, Odessa merasa sedikit gundah.Jika masalahnya bisa diselesaikan begitu cepat, itu membuktikan hubungan Kenzo dan wanita kaya itu cukup dekat. Odessa meremehkan pria yang menjual diri. Sekarang, dia malah mengandalkan Kenzo menjual diri untuk membantunya menyelesaikan masalah. Sungguh ironis.Odessa merasa sedih, sedangkan Bella masih memuji suami Odessa. Pujian Bella membuat Odessa makin sedih. Jika Bella tahu kebenarannya, mungkin dia tidak akan memuji suami Odessa lagi.Odessa mengalihkan pembicaraan, "Apa kamu berencana menuntut pria mesum itu?"Bella menyahut, "Tentu saja nggak. Sebaiknya masalah yang memalukan begini nggak dibesar-besarkan. Kalau masalahnya menjadi heboh, takutnya rumor tentang penyakit Aidan akan tersebar."Odessa juga berpikiran sama. Dia menimpali, "Oke. Kamu cepat pulang, sudah hampir malam.""Oke. Kamu juga cepat pulang. Hati-hati di jalan," pesan Bella.Se
Odessa sama sekali tidak berbicara. Dia mencicipi semua masakannya, lalu meletakkan sendok dan berujar, "Pak Kenzo, aku mau jelaskan padamu mengenai masalah obat ....""Nggak usah, aku nggak mau dengar," sergah Kenzo. Dia menarik kursi dan duduk. Kenzo memakan salah satu sayuran. Ternyata rasanya lumayan enak.Kenzo mengamati kondisi rumah. Dia baru menyadari Odessa sudah membereskan rumahnya sehingga terasa lebih hangat.Melihat Odessa membeli banyak barang, Kenzo mengambil ponselnya dan mentransfer uang kepada Odessa.Odessa melihat Kenzo mentransfer uang 20 juta kepadanya. Dia bertanya, "Untuk apa kamu mentransfer uang kepadaku?""Untuk biaya keperluan sehari-hari," sahut Kenzo.Odessa berkomentar, "Kamu langsung mentransfer 20 juta. Kamu royal sekali."Kenzo menimpali, "Kebetulan aku punya uang sebanyak itu. Belum tentu aku akan memberimu uang bulan depan."Odessa mengembalikan uang Kenzo dan membalas, "Nggak usah lagi. Lebih baik kita bagi pengeluarannya saja. Kamu bayar uang sewa
Keesokan harinya. Ketika Kenzo bangun, dia tidak melihat Odessa di ruang tamu. Dia justru melihat sarapan yang telah dihidangkan di meja makan. Ada bubur, panekuk, dan beberapa lauk. Terlihat sangat menggugah selera.Kenzo menarik kursi dan duduk, lalu menyajikan semangkuk bubur. Dia sudah terbiasa makan makanan laut. Ketika menikmati makanan rumahan ini, rasanya sangat berbeda.Kenzo berpikir, jika bukan karena Odessa ingin menjadi istrinya, dia akan mempekerjakan wanita ini menjadi pembantu khusus memasak untuknya. Menurutnya, ini lumayan bagus.Kenzo menghabiskan dua mangkuk bubur. Kala ini, terdengar suara pintu terbuka. Odessa masuk dengan membawa empat sampai lima kotak kado. Kenzo mengangkat alisnya sambil bertanya, "Apa yang kamu lakukan?""Hari ini, pertemuan pertamamu dengan keluargaku. Tentu saja harus beli sesuatu." balas Odessa.Kenzo tersenyum sembari menimpali, "Aku yang bertemu dengan keluargamu. Bukannya harusnya aku yang beli?""Nggak masalah. Nanti saat bertemu denga
Dua puluh menit kemudian, mobil tiba di depan pintu Mal Hurda. Odessa melihat ayah mertuanya yang berdiri di pinggir jalan. Di sampingnya ada seorang pemuda yang seumuran dengan adik laki-lakinya. Itu pasti adik iparnya.Setelah mobil berhenti, Odessa melepaskan sabuk pengaman dan menghampiri kedua orang itu. "Ayah," sapa Odessa dengan sopan."Hei, Odessa!" Melvin segera mendorong putra bungsu yang ada di sebelahnya dengan semangat. Dia berkata, "Kanye, ini kakak iparmu. Cepat sapa!""Halo, Kakak Ipar," sapa Kanye."Halo, Kanye," balas Odessa sambil tersenyum ramah. Senyumannya sangat hangat dan bersahabat.Melvin seketika bingung. Senyuman yang begitu tulus ini tidak terlihat seperti orang yang memiliki niat jahat.Melvin berucap, "Odessa, aku benar-benar minta maaf. Ibunya Kenzo berhalangan hadir. Selain itu, adik-adik Kenzo ...."Odessa menimpali, "Aku tahu, Ayah. Mereka pergi ke Avika untuk gali emas. Nggak masalah. Keluargaku juga lebih utamakan untuk bertemu Kenzo."Gali emas di