Bella keluar dari mobil, dengan dandanan yang cantik dan busana yang glamor, Bella berjalan dengan penuh percaya diri. Ia langsung masuk ke dalam Restoran tempat yang ia janjikan pada Indra untuk menemuinya.
Bella sengaja memesan private room demi melancarkan semua rencananya.Seorang pelayan mengantarkannya pada salah satu ruang, yang biasanya dipakai oleh orang-orang yang ingin privasinya tidak ingin diketahui.Bella masuk ke salah satu ruangan yang luas, dan memiliki interior menarik.Pelayan segera mencatat pesanan Bella, dan kemudian pergi meninggalkan Bella sendiri.Tak berselang lama, pelayan tadi datang kembali dan membawa pesanan Bella. Setelah menata makanan dan minuman di atas meja, pelayan tersebut langsung permisi "Silahkan dinikmati, nona!" ucap pelayan sopan. Kemudian pergi meninggalkan Bella kembali."Oke...! Sekarang saatnya!" ucap Bella pada dirinya sendiri.Bella mengeluarkan sesuatu dengan kemasan kePintu terbuka, nampak seorang Dokter wanita keluar dari dalam.Melihat kemunculan Dokter, Nisa bergegas menghampiri "Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Nisa cemas.Indra yang berdiri dibelakangnya hanya melihat dan tak bertanya."Ibu dan Bapak, apakah orangtua dari Ahmad?" tanya Dokter."Iya, Dok! Saya adalah Ayahnya, dan dia adalah Ibunya!" jawab Indra cepat.Sementara, Nisa hanya menoleh ke arah Indra sesaat, dan fokus menanti penjelasan dari Dokter."Begini Ibu, Bapak! Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, saat ini pasien sedang istirahat. Ananda hanya mengalami alergi dari daging yang ia konsumsi sebelumnya, Dan melihat dari gejalanya , apa sebelumnya pasien mengkonsumsi daging kambing?" tanya Dokter.Mendengar pertanyaan dari Dokter, Nisa mengingat jika sebelumnya memang ia membelikan anaknya daging kambing "Betul Dok!" jawab Nisa membenarkan."Alergi..?" tanya Indra. Ada rasa bangga, jika anaknya mempu
Bella begitu menyesal telah melakukan hubungan terlarang, bahkan lebih parahnya lagi, dia melakukan dengan orang, yang tidak mempunyai hubungan apapun dengannya."Si*l...! Ini semua karena, Mas Indra! Ya, aku akan meminta pertanggung jawaban dari Mas Indra!" ucap Bella melimpahkan semua kesalahan pada Indra.Rudy keluar dari kamar mandi, dengan santainya ia mengenakan pakaiannya di depan Bella.Bella yang melihat bagaimana seksinya tubuh kekar Rudy, dan melihat kotak-kotak yang terdapat di perut Rudy, nampak menelan ludah.Tak dapat dipungkiri, jika semua yang terlihat membuat pikirannya traveling kemana-mana 'Nggak, aku gak boleh begini..!' batin Bella, sambil menggelengkan kepalanya."Kenapa? Kamu mau lagi, hm..?" tanya Rudy sembari naik ke tempat tidur.Melihat Rudy yang sepertinya menginginkannya kembali, Bella langsung berlari ke kamar mandi, membalut tubuhnya dengan selimut dan membawa pakaiannya yang tergeletak di lantai.
"Hai broo! Makasih ya!" ucap Rudy, pada Indra. Pagi itu, Rudy sengaja datang ke ruang kerja Indra, untuk mengucapkan terimakasih."Makasih buat apa? Yang ada, aku yang harus ngucapin terimakasih sama kamu, Rud!" jawab Indra santai "Oh ya, gimana? Kamu bayar berapa tadi malam, biar aku langsung transfer sekarang!" lanjut Indra sambil mengeluarkan handphone dari sakunya."Bayar apaan? Yang ada nih ya, aku dikasih enak, tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun!" jawab Rudy sambil tersenyum "Tau gak sih, ternyata tuh cewek masih virgin, tau!" lanjut Rudy lagi."Lho...kok Virgin? Maksudnya apaan sih, aku gak ngerti deh!" ujar Indra bingung."Kok gak ngerti! Loe cowok 'kan? Maksudnya, loe gak belok, gitu!" tanya Rudy dengan wajah curiga."Buk...! Sembarangan aja ya, kalau ngomong! Gini-gini aku udah ada buktinya, tau!" ucap Indra sewot sambil memberikan tinjuan kecil di bahu Rudy."Maksudnya, kamu udah punya anak?" tanya Rudy penasaran deng
Setelah dua hari dirawat, hari ini Ahmad telah diijinkan oleh pihak Rumah Sakit untuk pulang. "Bun..! Ayah gak jemput ya?" tanya Ahmad pada Ibunya."Ayah sibuk, sayang! Kita pulang naik taksi aja ya, gak apa-apa 'kan?" tanya Nisa sembari mengemaskan barang-barang yang harus dibawa pulang. Ia merasa malu jika harus selalu berhubungan dengan Indra, terkecuali situasi dalam situasi terdesak.Setelah segala sesuatunya beres, Nisa mengajak putranya keluar, meninggalkan ruangan yang beberapa hari ini mereka tempati.Sampai di lobby, tak sengaja Nisa bertemu dengan mantan adik iparnya, Nisa berusaha berjalan memutar demi menghindari keributan, namun sayangnya hal itu keburu ketahuan."Hehe...ternyata begini ya, kehidupan kalian setelah berpisah dari kakakku!" ucap Bella dengan suara nyaring, nyaris mengundang perhatian orang di sekitarnya.Nisa berusaha untuk tidak menanggapi ucapan mantan adik iparnya, ia tetap berjalan sambil menggandeng tanga
"Apaan sih Mbak? Datang-datang malah ngomel gak jelas, gitu?" ujar Bella protes. Bella malam itu sengaja pulang ke rumah kakaknya, demi menghindari pertanyaan ibunya, perihal ketidak pulangannya tempo hari. "Hehe..maaf deh, 'kan aku gak tau kalau kamu yang buka pintu! Aku pikir pembantu, atau wanita kampung istri kakakmu, itu!" jawab Sherly mengklasifikasi tindakannya."Maksud Mbak Sherly, si Nisa kampungan itu?" tanya Bella judes, karena mengingat bagaimana ia dipermalukan saat di Rumah Sakit siang tadi."Iya, emang siapa lagi istri kesayangan kakakmu, selain dia!" jawab Sherly acuh."Memangnya Mbak Sherly gak tau, kalau mereka udah pisah, ya?" ujar Bella heran. "Masa sih? Pisah gimana, maksud kamu mereka udah cerai?" tanya Sherly antusias."Kalau cerai di pengadilan sih, kayaknya belum deh! Tapi yang jelas, Mas Arman udah menjatuhkan talak pada wanita kampung itu, Mbak!" ucap Bella sambil berjalan ke dapur.Sherly se
Din..! Besok kamu punya waktu gak?" tanya Nissa di tengah persiapan makan malam mereka."Besok...? Kayaknya nggak deh, ada apa Nis?" tanya Dinda balik. "Gini...! Besok aku mau ke pengadilan agama, masukin berkas! Bisa nggak aku minta tolong jemput, Ahmad pulang sekolah!" pinta Nisa pada Dinda."Serius Nis? Apa semua berkas udah kamu siapkan semua?" tanya Dinda yang langsung menghentikan kegiatannya."Alhamdulillah udah! Moga aja gak dipersulit dan Mas Arman mau bekerja sama!" ucap Nisa sambil meletakkan sajian terakhir di meja makan."Aamiin...! Aku do'ain moga semuanya lancar ya, Nis!" doa tulus Dinda. Melihat sahabatnya bahagia, Dinda ikut bahagia. 'Walau aku harus kehilangan orang yang kucintai, aku ikhlas Nis, asal kalian bahagia!' ucap kata hati Dinda.***Setelah menunggu Arman yang tak kunjung pulang, malam itu Sherly memutuskan pulang dan mengingatkan Bella agar memikirkan cara untuk meluluhkan Arman."
Setelah menyerahkan berkas laporan kasus perceraiannya, Nisa duduk di halte yang berada di depan kantor pengadilan negeri, menunggu taksi.Sambil menunggu, Nisa membuka aplikasi yang menyediakan tontonan. Baru saja Nisa ingin mulai menonton, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya."Nisa..!" seorang pria turun dari mobil dan menghampiri Nisa yang berada di situ."Mas Arman..?" Nisa menyebut nama orang yang menghampirinya."Kamu ngapain di sini, Nis?" tanya Arman tak nyaman sambil melihat sekeliling. Pasalnya, ia curiga dengan keberadaan Nisa, di depan kantor yang bertugas menikahkan dan menceraikan pasangan pengantin itu.Nisa memandang wajah suami, yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya. Ada perasaan sedih kala ia harus berpisah dengan orang yang pernah menemani hari-harinya selama satu tahun terakhir."Aku baru saja memasukkan berkas laporan gugatan perceraian kita, Mas!" ucap Nisa pelan."Apa....!" Begitu
"Wah...wah...! Tadi aja wajahnya bete', giliran Nisa datang langsung deh, sumringah!" ucap Dinda sambil membawakan minuman dingin pesanan Indra sekaligus buat mereka bertiga. Dinda juga menyiapkan cemilan untuk mereka."Lho...aku kebagian jatah, nih?" tanya Nisa melihat Dinda membawa tiga gelas minuman."Harus donk, kan aku bestie kamu! Aku tuh tau Nis, kalau kamu bakalan pulang. Makanya aku udah siapin sekalian!" jawab Dinda tersenyum. 'Kalian aja yang gak menyadari, Jika dari tadi aku di sini!' batin Dinda."Terimakasih ya, bestie! Kamu memang terbaik!" jawab Nisa memberi jempol memuji sahabatnya."Dinda ini memang paling the best, Nis! Susah lho cari teman kayak dia!" timpal Indra pula."Iya, aku tau kok!" jawab Nisa tersenyum membenarkan ucapan Indra."Aah, biasa aja kali Nis! Kamu juga sering bantu aku, aku bisa seperti sekarang juga atas bantuan dari kamu, kok!" jawab Dinda tulus."Gimana, beres?" tanya Dinda membu