Bella begitu menyesal telah melakukan hubungan terlarang, bahkan lebih parahnya lagi, dia melakukan dengan orang, yang tidak mempunyai hubungan apapun dengannya.
"Si*l...! Ini semua karena, Mas Indra! Ya, aku akan meminta pertanggung jawaban dari Mas Indra!" ucap Bella melimpahkan semua kesalahan pada Indra.Rudy keluar dari kamar mandi, dengan santainya ia mengenakan pakaiannya di depan Bella.Bella yang melihat bagaimana seksinya tubuh kekar Rudy, dan melihat kotak-kotak yang terdapat di perut Rudy, nampak menelan ludah.Tak dapat dipungkiri, jika semua yang terlihat membuat pikirannya traveling kemana-mana 'Nggak, aku gak boleh begini..!' batin Bella, sambil menggelengkan kepalanya."Kenapa? Kamu mau lagi, hm..?" tanya Rudy sembari naik ke tempat tidur.Melihat Rudy yang sepertinya menginginkannya kembali, Bella langsung berlari ke kamar mandi, membalut tubuhnya dengan selimut dan membawa pakaiannya yang tergeletak di lantai.<"Hai broo! Makasih ya!" ucap Rudy, pada Indra. Pagi itu, Rudy sengaja datang ke ruang kerja Indra, untuk mengucapkan terimakasih."Makasih buat apa? Yang ada, aku yang harus ngucapin terimakasih sama kamu, Rud!" jawab Indra santai "Oh ya, gimana? Kamu bayar berapa tadi malam, biar aku langsung transfer sekarang!" lanjut Indra sambil mengeluarkan handphone dari sakunya."Bayar apaan? Yang ada nih ya, aku dikasih enak, tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun!" jawab Rudy sambil tersenyum "Tau gak sih, ternyata tuh cewek masih virgin, tau!" lanjut Rudy lagi."Lho...kok Virgin? Maksudnya apaan sih, aku gak ngerti deh!" ujar Indra bingung."Kok gak ngerti! Loe cowok 'kan? Maksudnya, loe gak belok, gitu!" tanya Rudy dengan wajah curiga."Buk...! Sembarangan aja ya, kalau ngomong! Gini-gini aku udah ada buktinya, tau!" ucap Indra sewot sambil memberikan tinjuan kecil di bahu Rudy."Maksudnya, kamu udah punya anak?" tanya Rudy penasaran deng
Setelah dua hari dirawat, hari ini Ahmad telah diijinkan oleh pihak Rumah Sakit untuk pulang. "Bun..! Ayah gak jemput ya?" tanya Ahmad pada Ibunya."Ayah sibuk, sayang! Kita pulang naik taksi aja ya, gak apa-apa 'kan?" tanya Nisa sembari mengemaskan barang-barang yang harus dibawa pulang. Ia merasa malu jika harus selalu berhubungan dengan Indra, terkecuali situasi dalam situasi terdesak.Setelah segala sesuatunya beres, Nisa mengajak putranya keluar, meninggalkan ruangan yang beberapa hari ini mereka tempati.Sampai di lobby, tak sengaja Nisa bertemu dengan mantan adik iparnya, Nisa berusaha berjalan memutar demi menghindari keributan, namun sayangnya hal itu keburu ketahuan."Hehe...ternyata begini ya, kehidupan kalian setelah berpisah dari kakakku!" ucap Bella dengan suara nyaring, nyaris mengundang perhatian orang di sekitarnya.Nisa berusaha untuk tidak menanggapi ucapan mantan adik iparnya, ia tetap berjalan sambil menggandeng tanga
"Apaan sih Mbak? Datang-datang malah ngomel gak jelas, gitu?" ujar Bella protes. Bella malam itu sengaja pulang ke rumah kakaknya, demi menghindari pertanyaan ibunya, perihal ketidak pulangannya tempo hari. "Hehe..maaf deh, 'kan aku gak tau kalau kamu yang buka pintu! Aku pikir pembantu, atau wanita kampung istri kakakmu, itu!" jawab Sherly mengklasifikasi tindakannya."Maksud Mbak Sherly, si Nisa kampungan itu?" tanya Bella judes, karena mengingat bagaimana ia dipermalukan saat di Rumah Sakit siang tadi."Iya, emang siapa lagi istri kesayangan kakakmu, selain dia!" jawab Sherly acuh."Memangnya Mbak Sherly gak tau, kalau mereka udah pisah, ya?" ujar Bella heran. "Masa sih? Pisah gimana, maksud kamu mereka udah cerai?" tanya Sherly antusias."Kalau cerai di pengadilan sih, kayaknya belum deh! Tapi yang jelas, Mas Arman udah menjatuhkan talak pada wanita kampung itu, Mbak!" ucap Bella sambil berjalan ke dapur.Sherly se
Din..! Besok kamu punya waktu gak?" tanya Nissa di tengah persiapan makan malam mereka."Besok...? Kayaknya nggak deh, ada apa Nis?" tanya Dinda balik. "Gini...! Besok aku mau ke pengadilan agama, masukin berkas! Bisa nggak aku minta tolong jemput, Ahmad pulang sekolah!" pinta Nisa pada Dinda."Serius Nis? Apa semua berkas udah kamu siapkan semua?" tanya Dinda yang langsung menghentikan kegiatannya."Alhamdulillah udah! Moga aja gak dipersulit dan Mas Arman mau bekerja sama!" ucap Nisa sambil meletakkan sajian terakhir di meja makan."Aamiin...! Aku do'ain moga semuanya lancar ya, Nis!" doa tulus Dinda. Melihat sahabatnya bahagia, Dinda ikut bahagia. 'Walau aku harus kehilangan orang yang kucintai, aku ikhlas Nis, asal kalian bahagia!' ucap kata hati Dinda.***Setelah menunggu Arman yang tak kunjung pulang, malam itu Sherly memutuskan pulang dan mengingatkan Bella agar memikirkan cara untuk meluluhkan Arman."
Setelah menyerahkan berkas laporan kasus perceraiannya, Nisa duduk di halte yang berada di depan kantor pengadilan negeri, menunggu taksi.Sambil menunggu, Nisa membuka aplikasi yang menyediakan tontonan. Baru saja Nisa ingin mulai menonton, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya."Nisa..!" seorang pria turun dari mobil dan menghampiri Nisa yang berada di situ."Mas Arman..?" Nisa menyebut nama orang yang menghampirinya."Kamu ngapain di sini, Nis?" tanya Arman tak nyaman sambil melihat sekeliling. Pasalnya, ia curiga dengan keberadaan Nisa, di depan kantor yang bertugas menikahkan dan menceraikan pasangan pengantin itu.Nisa memandang wajah suami, yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya. Ada perasaan sedih kala ia harus berpisah dengan orang yang pernah menemani hari-harinya selama satu tahun terakhir."Aku baru saja memasukkan berkas laporan gugatan perceraian kita, Mas!" ucap Nisa pelan."Apa....!" Begitu
"Wah...wah...! Tadi aja wajahnya bete', giliran Nisa datang langsung deh, sumringah!" ucap Dinda sambil membawakan minuman dingin pesanan Indra sekaligus buat mereka bertiga. Dinda juga menyiapkan cemilan untuk mereka."Lho...aku kebagian jatah, nih?" tanya Nisa melihat Dinda membawa tiga gelas minuman."Harus donk, kan aku bestie kamu! Aku tuh tau Nis, kalau kamu bakalan pulang. Makanya aku udah siapin sekalian!" jawab Dinda tersenyum. 'Kalian aja yang gak menyadari, Jika dari tadi aku di sini!' batin Dinda."Terimakasih ya, bestie! Kamu memang terbaik!" jawab Nisa memberi jempol memuji sahabatnya."Dinda ini memang paling the best, Nis! Susah lho cari teman kayak dia!" timpal Indra pula."Iya, aku tau kok!" jawab Nisa tersenyum membenarkan ucapan Indra."Aah, biasa aja kali Nis! Kamu juga sering bantu aku, aku bisa seperti sekarang juga atas bantuan dari kamu, kok!" jawab Dinda tulus."Gimana, beres?" tanya Dinda membu
Arman duduk sendiri di ruang keluarga, secangkir kopi dan sebungkus rokok filter terletak di atas meja menemaninya malam itu.Ada rasa menyesal menghampiri, tak kala ia teringat masa-masa indahnya, saat Nisa masih menjadi istrinya. Senyum indah Nisa selalu menyambut kepulangan dari kerja."Mengapa aku tak bisa menjadi seperti yang diinginkan Nisa? Apa aku memang tak pantas untuknya? Tapi..., kenapa hati ini seakan tak rela melihat dia bersama yang lain." Arman diam termenung berperang dengan penyesalan."Kak Arman..!" panggil Bella dan duduk di depan Arman."Kapan kamu pulang?" tanya Arman melihat adiknya yang seperti tak ingin pulang."Apa sih, Kak? Emang gak boleh ya aku main ke rumah Kakak aku sendiri?" jawab Bella sewot."Bukan gak boleh, cuma aneh aja! Kenapa akhir-akhir ini, kamu lebih kerasan tinggal di sini! Apa kamu ada masalah sama Mama?" selidiki Arman curiga."Gak ada kok..! Aku cuma lebih enak di sini aja, k
Tak terasa waktu sebulan berlalu dari malam di mana Arman memutuskan untuk menceraikan Nisa. Karena kedua belah pihak, melalui pengacara masing-masing, sama-sama mengajukan gugatan cerai, maka pihak pengadilan pun tidak memperpanjang pertanyaan. Hingga dalam waktu satu bulan, mereka akhirnya resmi bercerai.Bella yang telah menyesuaikan misi yang diberikan padanya, merasa lega. Karena rekaman video yang berada di tangan Sherly telah dihapus.Hari ini adalah hari pernikahan antara Arman dan Sherly, seperti yang diharapkan, bahwa orang tua juga saudaranya tidak mempersoalkan pernikahan mereka. Bahkan ibu Susy begitu antusias.Malam harinya, setelah semua acara selesai, Arman masuk ke kamar pengantin."Si*l, mengapa Nisa tidak ada datang menemui aku, sih!" umpat Arman kesal karena ketidak hadiran Nisa.Dengan mengajukan gugatan cerai, ia berharap agar Nisa memohon kepadanya untuk rujuk. Namun, setelah ditunggu hingga tiga