Setelah menyerahkan berkas laporan kasus perceraiannya, Nisa duduk di halte yang berada di depan kantor pengadilan negeri, menunggu taksi.
Sambil menunggu, Nisa membuka aplikasi yang menyediakan tontonan. Baru saja Nisa ingin mulai menonton, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya."Nisa..!" seorang pria turun dari mobil dan menghampiri Nisa yang berada di situ."Mas Arman..?" Nisa menyebut nama orang yang menghampirinya."Kamu ngapain di sini, Nis?" tanya Arman tak nyaman sambil melihat sekeliling. Pasalnya, ia curiga dengan keberadaan Nisa, di depan kantor yang bertugas menikahkan dan menceraikan pasangan pengantin itu.Nisa memandang wajah suami, yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya. Ada perasaan sedih kala ia harus berpisah dengan orang yang pernah menemani hari-harinya selama satu tahun terakhir."Aku baru saja memasukkan berkas laporan gugatan perceraian kita, Mas!" ucap Nisa pelan."Apa....!" Begitu"Wah...wah...! Tadi aja wajahnya bete', giliran Nisa datang langsung deh, sumringah!" ucap Dinda sambil membawakan minuman dingin pesanan Indra sekaligus buat mereka bertiga. Dinda juga menyiapkan cemilan untuk mereka."Lho...aku kebagian jatah, nih?" tanya Nisa melihat Dinda membawa tiga gelas minuman."Harus donk, kan aku bestie kamu! Aku tuh tau Nis, kalau kamu bakalan pulang. Makanya aku udah siapin sekalian!" jawab Dinda tersenyum. 'Kalian aja yang gak menyadari, Jika dari tadi aku di sini!' batin Dinda."Terimakasih ya, bestie! Kamu memang terbaik!" jawab Nisa memberi jempol memuji sahabatnya."Dinda ini memang paling the best, Nis! Susah lho cari teman kayak dia!" timpal Indra pula."Iya, aku tau kok!" jawab Nisa tersenyum membenarkan ucapan Indra."Aah, biasa aja kali Nis! Kamu juga sering bantu aku, aku bisa seperti sekarang juga atas bantuan dari kamu, kok!" jawab Dinda tulus."Gimana, beres?" tanya Dinda membu
Arman duduk sendiri di ruang keluarga, secangkir kopi dan sebungkus rokok filter terletak di atas meja menemaninya malam itu.Ada rasa menyesal menghampiri, tak kala ia teringat masa-masa indahnya, saat Nisa masih menjadi istrinya. Senyum indah Nisa selalu menyambut kepulangan dari kerja."Mengapa aku tak bisa menjadi seperti yang diinginkan Nisa? Apa aku memang tak pantas untuknya? Tapi..., kenapa hati ini seakan tak rela melihat dia bersama yang lain." Arman diam termenung berperang dengan penyesalan."Kak Arman..!" panggil Bella dan duduk di depan Arman."Kapan kamu pulang?" tanya Arman melihat adiknya yang seperti tak ingin pulang."Apa sih, Kak? Emang gak boleh ya aku main ke rumah Kakak aku sendiri?" jawab Bella sewot."Bukan gak boleh, cuma aneh aja! Kenapa akhir-akhir ini, kamu lebih kerasan tinggal di sini! Apa kamu ada masalah sama Mama?" selidiki Arman curiga."Gak ada kok..! Aku cuma lebih enak di sini aja, k
Tak terasa waktu sebulan berlalu dari malam di mana Arman memutuskan untuk menceraikan Nisa. Karena kedua belah pihak, melalui pengacara masing-masing, sama-sama mengajukan gugatan cerai, maka pihak pengadilan pun tidak memperpanjang pertanyaan. Hingga dalam waktu satu bulan, mereka akhirnya resmi bercerai.Bella yang telah menyesuaikan misi yang diberikan padanya, merasa lega. Karena rekaman video yang berada di tangan Sherly telah dihapus.Hari ini adalah hari pernikahan antara Arman dan Sherly, seperti yang diharapkan, bahwa orang tua juga saudaranya tidak mempersoalkan pernikahan mereka. Bahkan ibu Susy begitu antusias.Malam harinya, setelah semua acara selesai, Arman masuk ke kamar pengantin."Si*l, mengapa Nisa tidak ada datang menemui aku, sih!" umpat Arman kesal karena ketidak hadiran Nisa.Dengan mengajukan gugatan cerai, ia berharap agar Nisa memohon kepadanya untuk rujuk. Namun, setelah ditunggu hingga tiga
Sampai di rumah, Nisa segera menyimpan tas dan barang-barang yang sempat ia beli, di sebuah swalayan saat pulang tadi. Setelah semua dirasa cukup, Nisa masuk ke kamar dan membersihkan diri.Saat Nisa sedang menikmati secangkir kopi dengan stoples cemilan, Nisa mendengar suara mobil berhenti di depan rumah."Assalamualaikum, Bunda!" ucap salam Ahmad dengan nyaring. Ahmad segera berlari ke arah Bundanya."Waalaikumsalam, sayang!" jawab Nisa sambil mencium gemes pipi putranya."Assalamualaikum!" ucap Indra dan Dinda serempak."Waalaikumsalam!" jawab Nisa."Kamu rugi nggak ikut kita, Nis!' ucap Dinda sambil mendudukkan bokongnya di kursi."Iya, Bun! Tadi kita main di pantai! Seru....!" timpal Ahmad semangat."Syukur deh, kalau anak Bunda senang di sana!" ucap Nisa sambil tersenyum."Oya Nis, nih!" ucap Indra sambil memberikan bingkisan pada Nisa."Apa ini?" tanya Nisa penasaran sambil mengambil bin
Nisa yang tak ingin terperangkap dalam perdebatan antara suami istri itu, tak menghiraukan panggilan Arman. Dia langsung secepatnya meninggalkan Mall.Namun, belum jauh dia meninggalkan tempatnya. Ia bertemu seseorang yang ia kenal dan hormati. Situasi Nisa tidak memungkinkannya untuk menghindar, hingga ia hanya pasrah berdiam di tempatnya."Kamu Nisa, 'kan?" tanya pria paruh baya yang tiada lain adalah mantan mertuanya."Iya, Om!" jawab Nisa sopan, sambil meraih tangan pria itu dan menciumnya."Jangan panggil Om donk, panggil Papa!" balas pria tersebut ramah."Apa kamu sudah bertemu dengan Indra? Selama ini dia selalu mencari kamu, Nisa! Bahkan dia tidak mau Om jadohkan dengan anak teman Papa, katanya dia masih ingin mencari kamu!" lanjut pria tadi beruntun. Frasetyo merasa beruntung bisa menemukan mantan istri anaknya itu, dan berharap jika Nisa bisa berbaikan dan bersatu dengan anaknya kembali."Sudah, Om! Eh, sudah
Di dalam kamar hotel, Sherly bersama dengan Frass, kembali tak mampu menahan hasrat mereka, hingga pergumulan itupun terjadi."Siapa wanita itu, Om?" tanya ulang Sherly. Sherly sengaja memancing obrolan di saat sekarang, ia ingin tau, ada hubungan apa antara Frass dan Nisa."Ugh....! Kenapa kamu mau tau, sih!" jawab Frass malas, sambil tetap melanjutkan kegiatannya."Akh..! Aku cemburu, Om!" jawab Sherly seakan tak rela jika Frass di miliki orang lain."Kamu tenang aja, baby! Argh....! Om gak mungkin meninggalkan kamu!" ujar Frass masih tak menjelaskan siapa Nisa.Merasa caranya masih belum membuat Frass berkata. Sherly bergerak lebih berani, dia naik dia atas tubuh Frass dan langsung memegang kendali permainan "Katakan Om, siapa dia? Akh....!" tanya Sherly kembali."Argh...! Dia mantan menantu Om, Baby! Namanya Nisa!" jawab Frass cepat.Sherly tersenyum smirk, 'Owh..jadi kamu bukan orang yang bisa dianggap remeh, Nisa!
Hari itu, Nisa pergi keluar untuk mencari tempat yang pas untuk usahanya. Dengan tabungan yang ia miliki, Nisa ingin membuka usaha rumah makan. Dengan hobinya yang senang memasak aneka masakan, Nisa ingin menambah penghasilannya dengan memanfaatkan ilmu yang ia punya dari hobinya tersebut.Sebelumnya, Nisa telah melihat ada sebuah tempat, yang menurutnya strategis untuk sebuah rumah makan, terletak di sekitar pasar dan di kelilingi banyak perkantoran. Dan di tempat itu pula tertulis dijual dan disewakan.Nisa segera menghubungi nomor telepon yang tertera di papan informasi, tak menunggu lama panggilan pun terhubung "Hallo, assalamualaikum!" sapa Nisa sopan."Waalaikumsalam, ada apa Ibu?" terdengar suara wanita di seberang menyapa."Begini Bu, saya Nisa, jika diijinkan, saya ingin bertanya tentang kepemilikan ruko yang ada di sini!" jawab Nisa dan menyebutkan alamat yang dimaksud."Oh..iya Bu! Bagaimana, apa ibu ingin membeli atau men
Sebulan berlalu, Nisa telah merenovasi ruko yang ia beli. Dengan dibantu Dinda dan Indra, semua jadi lebih lebih cepat.Ruko yang tadi kosong, sekarang telah diisi dengan perabotan kursi, meja dan lain-lain. Juga dengan penataan interior yang menarik, membuat rumah makan itu terkesan mewah dan menarik.Kini, rumah makan yang diberi nama rumah makan "family", telah beberapa hari yang lalu dibuka. Nisa juga masih tinggal di rumah Dinda.Untuk pekerjanya, Nisa mengambil tetangga sekitar rumah Dinda, ada dua ibu-ibu, yang bertugas memasak dengan menu yang ditulis oleh Nisa sendiri. Empat anak muda, dua wanita dan dua pria khusus bagian pelayan.Sementara untuk belanja bahan keperluan rumah makannya, Nisa dengan bantuan Indra, ia berhasil menjalin kerjasama beberapa agen daging, dan telor. Untuk sayuran, Nisa lebih membeli di pasar langsung, karena biar terjaga kesegaran dan kwalitas bahan masakannya.Walaupun rumah makan itu terbilang kecil, namun