Di dalam kamar hotel, Sherly bersama dengan Frass, kembali tak mampu menahan hasrat mereka, hingga pergumulan itupun terjadi.
"Siapa wanita itu, Om?" tanya ulang Sherly. Sherly sengaja memancing obrolan di saat sekarang, ia ingin tau, ada hubungan apa antara Frass dan Nisa."Ugh....! Kenapa kamu mau tau, sih!" jawab Frass malas, sambil tetap melanjutkan kegiatannya."Akh..! Aku cemburu, Om!" jawab Sherly seakan tak rela jika Frass di miliki orang lain."Kamu tenang aja, baby! Argh....! Om gak mungkin meninggalkan kamu!" ujar Frass masih tak menjelaskan siapa Nisa.Merasa caranya masih belum membuat Frass berkata. Sherly bergerak lebih berani, dia naik dia atas tubuh Frass dan langsung memegang kendali permainan "Katakan Om, siapa dia? Akh....!" tanya Sherly kembali."Argh...! Dia mantan menantu Om, Baby! Namanya Nisa!" jawab Frass cepat.Sherly tersenyum smirk, 'Owh..jadi kamu bukan orang yang bisa dianggap remeh, Nisa!Hari itu, Nisa pergi keluar untuk mencari tempat yang pas untuk usahanya. Dengan tabungan yang ia miliki, Nisa ingin membuka usaha rumah makan. Dengan hobinya yang senang memasak aneka masakan, Nisa ingin menambah penghasilannya dengan memanfaatkan ilmu yang ia punya dari hobinya tersebut.Sebelumnya, Nisa telah melihat ada sebuah tempat, yang menurutnya strategis untuk sebuah rumah makan, terletak di sekitar pasar dan di kelilingi banyak perkantoran. Dan di tempat itu pula tertulis dijual dan disewakan.Nisa segera menghubungi nomor telepon yang tertera di papan informasi, tak menunggu lama panggilan pun terhubung "Hallo, assalamualaikum!" sapa Nisa sopan."Waalaikumsalam, ada apa Ibu?" terdengar suara wanita di seberang menyapa."Begini Bu, saya Nisa, jika diijinkan, saya ingin bertanya tentang kepemilikan ruko yang ada di sini!" jawab Nisa dan menyebutkan alamat yang dimaksud."Oh..iya Bu! Bagaimana, apa ibu ingin membeli atau men
Sebulan berlalu, Nisa telah merenovasi ruko yang ia beli. Dengan dibantu Dinda dan Indra, semua jadi lebih lebih cepat.Ruko yang tadi kosong, sekarang telah diisi dengan perabotan kursi, meja dan lain-lain. Juga dengan penataan interior yang menarik, membuat rumah makan itu terkesan mewah dan menarik.Kini, rumah makan yang diberi nama rumah makan "family", telah beberapa hari yang lalu dibuka. Nisa juga masih tinggal di rumah Dinda.Untuk pekerjanya, Nisa mengambil tetangga sekitar rumah Dinda, ada dua ibu-ibu, yang bertugas memasak dengan menu yang ditulis oleh Nisa sendiri. Empat anak muda, dua wanita dan dua pria khusus bagian pelayan.Sementara untuk belanja bahan keperluan rumah makannya, Nisa dengan bantuan Indra, ia berhasil menjalin kerjasama beberapa agen daging, dan telor. Untuk sayuran, Nisa lebih membeli di pasar langsung, karena biar terjaga kesegaran dan kwalitas bahan masakannya.Walaupun rumah makan itu terbilang kecil, namun
Hari itu adalah hari kepindahan Nisa ke ruko, yang sekaligus merangkap sebagai usaha rumah makannya."Apa nggak terasa sempit, Nis?" tanya Indra melihat sekeliling ruangan atas, yang akan ditempati Nisa bersama putranya. "Iya, Nis! Kasihan nanti Ahmad, gak ada ruang bermainnya, lho!" timpal Dinda. Pasalnya, selain ada sebuah kamar dan satu ruang kosong, yang digunakan Nisa untuk kamar Ahmad nantinya, ruangan lainnya telah diisi dengan stok bahan masakan rumah makannya."Gak apa-apa kok, ini aja aku udah bersyukur banget, Din! Kalau untuk Ahmad bermain, ruang yang satu lagi 'kan, nantinya aku buat kamar Ahmad! Dia bisa kok bermain di kamarnya, gak harus keluar juga 'kan!" jawab Nisa santai. Nisa mengerti dengan kepedulian sahabatnya itu."Apa, aku belikan tempat yang baru aja, ya Nis! Tempat yang jauh lebih besar, dari ini!" usul Indra berharap Nisa menerima pertolongannya. pasalnya, sampai detik ini, selain perhiasan yang waktu itu ia b
"Bella, kamu baik-baik aja, 'kan Bella? Atau ada yang sakit, ya?" Rudy langsung panik, melihat Bella menangis.Bella berusaha menenangkan perasaannya, dia menghirup napas dalam, dan menghembuskannya perlahan. Setelah merasa tenang, Bella mencoba memandang wajah Rudy, mungkin karena pengaruh bayi dalam kandungan, atau memang Bella sudah mulai menerima kehadiran Rudy, Bella merasa sedikit bahagia, saat ia melihat kekhawatiran Rudy padanya."Makasih ya, aku gak apa-apa kok!" ucap Bella sambil tersenyum manis."Hah...?" Rudy yang tak menyangka mendapatkan keramahan dari Bella, merasa specles melihat senyuman Bella."Oh..ya! Kamu gak marah lagi, Bell?" tanya Rudy penasaran dengan perasaan Bella padanya."Udahlah, nggak usah dibahas yang udah terjadi! Apa benar, kamu mau bertanggungjawab atas bayi ini?" Melihat kesungguhan Rudy, sudah cukup bagi Bella untuk membuktikan keseriusan Ayah, dari bayi yang dikandungnya saat ini."A
Sampai di rumahnya yang merangkap Rumah Makan tersebut, Nisa langsung memberikan bahan-bahan yang ia beli pada Bu Ratna. "Ahmad udah pulang, Bu?" "Sudah, Mbak! Mungkin sekarang lagi mengerjakan tugas di lantai atas, Mbak!" "Owh, terimakasih ya Bu!" "Iya Mbak, saya permisi ke belakang ya Mbak!" ucap Bu Ratna sembari membawa belanjaan, di bantu pekerja laki-laki yang bertugas sebagai pelayan saji.Nisa segera bergegas naik ke lantai atas. Tubuh yang letih saat belanja, semakin bertambah letih karena perdebatannya dengan Papa dari Indra tadi.Nisa menghampiri kamar putranya, ternyata benar, putranya sedang mengerjakan tugas dari sekolahnya.Nisa kembali ke kamarnya, dan membersihkan diri, setelah selesai, Nisa tidak segera turun, Dia duduk sambil termenung di atas tempat tidurnya "Apa salahku? Mengapa Om Fras, tiba-tiba marah dan berkata kasar seperti itu, ya?" gumam Nisa sendiri.Lama Nisa mencoba mengingat masa la
Tak terasa waktu berlalu, hari ini bertepatan berakhirnya masa Iddah Nisa. Hari ini, Nisa pulang ke kampungnya. Semenjak menikah dengan Arman satu setengah tahun lalu, tak sekalipun Nisa pulang menjenguk orang tuanya yang hanya tersisa satu."Assalamualaikum, Yah!" ucap salam Nisa, saat berada di depan pintu sebuah rumah sederhana."Waalaikumsalam, uuk..uhuk..! Masuk...!" jawab suara dari dalam rumah.Mendengar suara yang begitu ia kenali, Nisa segera membawa tasnya, dan Ahmad masuk."Ayah....! Astaghfirullah, Ayah kenapa bisa begini?" ucap Nisa terlihat khawatir, melihat kondisi Ayahnya yang nampak ringkih terbaring di atas tempat tidur yang telah usang."Nisa...! Mana Ahmad? Uhuk..!" tanya ayah Nisa."Ahmad ada kok, Yah?""Ahmad..sini sayang!" panggil Nisa pada putranya yang duduk di luar kamar.Merasa namanya dipanggil, Ahmad bergegas masuk "Ada apa, Bun?" tanya Ahmad setelah sampai."Ahmad, cucu ka
Setelah membujuk ayahnya dengan berbagai cara, akhirnya Nisa berhasil membuat ayahnya mengikuti sarannya untuk ikut bersama mereka ke kota.Sampai dikediamannya, Nisa langsung membawa ayahnya masuk, dan menempatkan ayahnya sekamar bersama putranya."Untuk sementara Ayah tidurnya sekamar sama Ahmad ya, Yah!" ucap Nisa sambil menyusun pakaian ayahnya di lemari putranya, yang masih menyisakan tempat kosong."Nggak apa-apa nak, Ayah di mana aja nggak masalah, yang penting tetap tinggal bersama kalian!" jawab pak Faisal yang tak mau membuat putrinya merasa bersalah."Makasih Yah, jika nanti Nisa punya rejeki lebih, Nisa akan beli rumah buat kita bertiga!" ucap Nisa semangat."Bertiga...?" tanya pak Faisal.Pak Faisal kembali membuang napas kasar, ia memandang lekat wajah anak yang ia besarkan dengan kasih sayang seorang diri, setelah dewasa, mengapa harus memiliki kehidupan yang rumit seperti ini, pikirnya."Iya, Yah! Rumah u
Tak lama usai pertemuannya dengan Bella malam itu, Rudy segera menyampaikan keinginannya pada orang tuanya, tanpa melalui drama yang berlebihan, restu dari orang tuanya pun didapat. Setelah Rudy datang bersama kedua tuanya, hari pernikahan pun ditentukan. Dan hari ini adalah hari bahagia bagi keduanya.Rudy pun telah bertekad, untuk melupakan gadis yang ia cintai, yang bahkan hingga detik ini belum ditemukannya.***"Wah, kalau tiap hari begini terus, bisa-bisa gak lama lagi kamu bisa buka cabang baru, Nis!" komentar Dinda yang hari itu sengaja mampir ke Rumah Makan Family."Alhamdulillah, Din! Semua ini berkat do'a dari kamu juga, 'kan!" jawab Nisa merendah."Aku salut sama kamu, Nis! Baru beberapa bulan buka, tapi pelanggan kamu udah seramai ini!" ujar Dinda lagi sambil menunggu pesanannya tiba."Do'akan aja, semoga dalam waktu dekat, aku bisa buka cabang baru!" ucap Nisa tersenyum."Aamiiin...! Aku do'a