Hari itu adalah hari kepindahan Nisa ke ruko, yang sekaligus merangkap sebagai usaha rumah makannya.
"Apa nggak terasa sempit, Nis?" tanya Indra melihat sekeliling ruangan atas, yang akan ditempati Nisa bersama putranya."Iya, Nis! Kasihan nanti Ahmad, gak ada ruang bermainnya, lho!" timpal Dinda.Pasalnya, selain ada sebuah kamar dan satu ruang kosong, yang digunakan Nisa untuk kamar Ahmad nantinya, ruangan lainnya telah diisi dengan stok bahan masakan rumah makannya."Gak apa-apa kok, ini aja aku udah bersyukur banget, Din! Kalau untuk Ahmad bermain, ruang yang satu lagi 'kan, nantinya aku buat kamar Ahmad! Dia bisa kok bermain di kamarnya, gak harus keluar juga 'kan!" jawab Nisa santai. Nisa mengerti dengan kepedulian sahabatnya itu."Apa, aku belikan tempat yang baru aja, ya Nis! Tempat yang jauh lebih besar, dari ini!" usul Indra berharap Nisa menerima pertolongannya. pasalnya, sampai detik ini, selain perhiasan yang waktu itu ia b"Bella, kamu baik-baik aja, 'kan Bella? Atau ada yang sakit, ya?" Rudy langsung panik, melihat Bella menangis.Bella berusaha menenangkan perasaannya, dia menghirup napas dalam, dan menghembuskannya perlahan. Setelah merasa tenang, Bella mencoba memandang wajah Rudy, mungkin karena pengaruh bayi dalam kandungan, atau memang Bella sudah mulai menerima kehadiran Rudy, Bella merasa sedikit bahagia, saat ia melihat kekhawatiran Rudy padanya."Makasih ya, aku gak apa-apa kok!" ucap Bella sambil tersenyum manis."Hah...?" Rudy yang tak menyangka mendapatkan keramahan dari Bella, merasa specles melihat senyuman Bella."Oh..ya! Kamu gak marah lagi, Bell?" tanya Rudy penasaran dengan perasaan Bella padanya."Udahlah, nggak usah dibahas yang udah terjadi! Apa benar, kamu mau bertanggungjawab atas bayi ini?" Melihat kesungguhan Rudy, sudah cukup bagi Bella untuk membuktikan keseriusan Ayah, dari bayi yang dikandungnya saat ini."A
Sampai di rumahnya yang merangkap Rumah Makan tersebut, Nisa langsung memberikan bahan-bahan yang ia beli pada Bu Ratna. "Ahmad udah pulang, Bu?" "Sudah, Mbak! Mungkin sekarang lagi mengerjakan tugas di lantai atas, Mbak!" "Owh, terimakasih ya Bu!" "Iya Mbak, saya permisi ke belakang ya Mbak!" ucap Bu Ratna sembari membawa belanjaan, di bantu pekerja laki-laki yang bertugas sebagai pelayan saji.Nisa segera bergegas naik ke lantai atas. Tubuh yang letih saat belanja, semakin bertambah letih karena perdebatannya dengan Papa dari Indra tadi.Nisa menghampiri kamar putranya, ternyata benar, putranya sedang mengerjakan tugas dari sekolahnya.Nisa kembali ke kamarnya, dan membersihkan diri, setelah selesai, Nisa tidak segera turun, Dia duduk sambil termenung di atas tempat tidurnya "Apa salahku? Mengapa Om Fras, tiba-tiba marah dan berkata kasar seperti itu, ya?" gumam Nisa sendiri.Lama Nisa mencoba mengingat masa la
Tak terasa waktu berlalu, hari ini bertepatan berakhirnya masa Iddah Nisa. Hari ini, Nisa pulang ke kampungnya. Semenjak menikah dengan Arman satu setengah tahun lalu, tak sekalipun Nisa pulang menjenguk orang tuanya yang hanya tersisa satu."Assalamualaikum, Yah!" ucap salam Nisa, saat berada di depan pintu sebuah rumah sederhana."Waalaikumsalam, uuk..uhuk..! Masuk...!" jawab suara dari dalam rumah.Mendengar suara yang begitu ia kenali, Nisa segera membawa tasnya, dan Ahmad masuk."Ayah....! Astaghfirullah, Ayah kenapa bisa begini?" ucap Nisa terlihat khawatir, melihat kondisi Ayahnya yang nampak ringkih terbaring di atas tempat tidur yang telah usang."Nisa...! Mana Ahmad? Uhuk..!" tanya ayah Nisa."Ahmad ada kok, Yah?""Ahmad..sini sayang!" panggil Nisa pada putranya yang duduk di luar kamar.Merasa namanya dipanggil, Ahmad bergegas masuk "Ada apa, Bun?" tanya Ahmad setelah sampai."Ahmad, cucu ka
Setelah membujuk ayahnya dengan berbagai cara, akhirnya Nisa berhasil membuat ayahnya mengikuti sarannya untuk ikut bersama mereka ke kota.Sampai dikediamannya, Nisa langsung membawa ayahnya masuk, dan menempatkan ayahnya sekamar bersama putranya."Untuk sementara Ayah tidurnya sekamar sama Ahmad ya, Yah!" ucap Nisa sambil menyusun pakaian ayahnya di lemari putranya, yang masih menyisakan tempat kosong."Nggak apa-apa nak, Ayah di mana aja nggak masalah, yang penting tetap tinggal bersama kalian!" jawab pak Faisal yang tak mau membuat putrinya merasa bersalah."Makasih Yah, jika nanti Nisa punya rejeki lebih, Nisa akan beli rumah buat kita bertiga!" ucap Nisa semangat."Bertiga...?" tanya pak Faisal.Pak Faisal kembali membuang napas kasar, ia memandang lekat wajah anak yang ia besarkan dengan kasih sayang seorang diri, setelah dewasa, mengapa harus memiliki kehidupan yang rumit seperti ini, pikirnya."Iya, Yah! Rumah u
Tak lama usai pertemuannya dengan Bella malam itu, Rudy segera menyampaikan keinginannya pada orang tuanya, tanpa melalui drama yang berlebihan, restu dari orang tuanya pun didapat. Setelah Rudy datang bersama kedua tuanya, hari pernikahan pun ditentukan. Dan hari ini adalah hari bahagia bagi keduanya.Rudy pun telah bertekad, untuk melupakan gadis yang ia cintai, yang bahkan hingga detik ini belum ditemukannya.***"Wah, kalau tiap hari begini terus, bisa-bisa gak lama lagi kamu bisa buka cabang baru, Nis!" komentar Dinda yang hari itu sengaja mampir ke Rumah Makan Family."Alhamdulillah, Din! Semua ini berkat do'a dari kamu juga, 'kan!" jawab Nisa merendah."Aku salut sama kamu, Nis! Baru beberapa bulan buka, tapi pelanggan kamu udah seramai ini!" ujar Dinda lagi sambil menunggu pesanannya tiba."Do'akan aja, semoga dalam waktu dekat, aku bisa buka cabang baru!" ucap Nisa tersenyum."Aamiiin...! Aku do'a
Di sebuah hotel berbintang, suasana meriah nampak menghiasi sebuah aula, di mana saat ini acara resepsi pernikahan sedang berlangsung, dengan iringan musik yang menambah meriahnya acara.Para tamu undangan silih berganti, datang dan pergi tiada henti. Di antara tamu yang hadir, nampak sepasang pria dan wanita yang terlihat serasi, meski di antara mereka bukanlah pasangan sesungguhnya, namun tidak ada yang menyangka, jika mereka hanya sekedar sahabat."Din, gandengan donk! Masa' sih jalannya kayak gerak jalan, harus ada jarak gitu!" pinta Indra kepada Dinda.Mendengar permintaan Indra, tanpa menunda lagi, Dinda langsung menyelipkan tangannya melingkari lengan Indra. Mereka berjalan beriringan seperti pasangan lainnya."Nah... gitu donk!" ucap Indra tersenyum."Tapi, nanti kita dikira pacaran lho, In?" protes Dinda."Biarin aja!" jawab Indra santai, sambil melanjutkan langkahnya yang diikuti Dinda di sisinya.'An
Mendengar sapaan yang ditujukan kepadanya, Indra langsung menoleh ke arah suara " Hei broo, siapa yang kamu maksud! Aku ke sini menghadiri pernikahan sahabatku, kok! Kenapa situ yang sewot! Aneh...!" jawab Indra santai."Siapa sahabat yang kamu maksud?" tanya Arman ingin tau. Ya, Arman baru tiba dari panggilan darurat yang ia terima dari rekan kerjanya, di saat acara akan dimulai, maka ia pun terpaksa pergi, dan baru bisa datang di saat acar telah berlangsung."Kepo amat sih, Pak!" jawab Indra mengejek keseriusan wajah Arman.Dinda yang pernah bertemu dengan Arman saat di Rumah Sakit, merasa heran melihat kehadiran Arman di sini. Ia mencurigai, jika Arman mempunyai hubungan dengan istri dari Rudy. Karena Dinda juga telah mengenal baik keluarga Rudy, dan yakin jika Rudy tidak punya hubungan dengan Arman, pikir Dinda.Merasa pertanyaannya tak mendapatkan jawaban, Arman akhirnya memandang wanita di samping Indra "Wah...wah..wah! Ternyata ka
Setelah para tamu undangan pulang, Rudy mengajak Bella ke kamar hotel, yang telah dihias menjadi kamar pengantin bagi pasangan kedua mempelai.Namun baru saja Rudy ingin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, terdengar bel kamar berbunyi.Karena Bella masih berada di kamar mandi, Rudy terpaksa bangkit kembali dan membukakan pintu " Siapa sih, udah tau malam, masih aja ganggu!" omel Rudy."Rud..maaf kalau aku, ganggu!" ujar Arman di saat melihat Rudy yang membuka pintu dengan wajah kesal."Owh.. nggak apa-apa, Kak! Ada apa malam-malam mencari saya?" tanya Rudy sopan. Rudy segera menetralkan perasaannya demi tak dinilai buruk oleh Arman."Hmm...kalau kita bicara berdua, sebentar aja, bisa nggak? Ini mengenai pertanyaanku, tadi!" jawab Arman merasa tak nyaman mengganggu malam pengantin adik iparnya.Namun rasa penasarannya tentang Indra, membuat ia melupakan tatakrama bertamu."Owh...bisa kok Kak! Bentar ya, aku ijin sam