Sampai di rumahnya yang merangkap Rumah Makan tersebut, Nisa langsung memberikan bahan-bahan yang ia beli pada Bu Ratna.
"Ahmad udah pulang, Bu?""Sudah, Mbak! Mungkin sekarang lagi mengerjakan tugas di lantai atas, Mbak!""Owh, terimakasih ya Bu!""Iya Mbak, saya permisi ke belakang ya Mbak!" ucap Bu Ratna sembari membawa belanjaan, di bantu pekerja laki-laki yang bertugas sebagai pelayan saji.Nisa segera bergegas naik ke lantai atas. Tubuh yang letih saat belanja, semakin bertambah letih karena perdebatannya dengan Papa dari Indra tadi.Nisa menghampiri kamar putranya, ternyata benar, putranya sedang mengerjakan tugas dari sekolahnya.Nisa kembali ke kamarnya, dan membersihkan diri, setelah selesai, Nisa tidak segera turun, Dia duduk sambil termenung di atas tempat tidurnya "Apa salahku? Mengapa Om Fras, tiba-tiba marah dan berkata kasar seperti itu, ya?" gumam Nisa sendiri.Lama Nisa mencoba mengingat masa laTak terasa waktu berlalu, hari ini bertepatan berakhirnya masa Iddah Nisa. Hari ini, Nisa pulang ke kampungnya. Semenjak menikah dengan Arman satu setengah tahun lalu, tak sekalipun Nisa pulang menjenguk orang tuanya yang hanya tersisa satu."Assalamualaikum, Yah!" ucap salam Nisa, saat berada di depan pintu sebuah rumah sederhana."Waalaikumsalam, uuk..uhuk..! Masuk...!" jawab suara dari dalam rumah.Mendengar suara yang begitu ia kenali, Nisa segera membawa tasnya, dan Ahmad masuk."Ayah....! Astaghfirullah, Ayah kenapa bisa begini?" ucap Nisa terlihat khawatir, melihat kondisi Ayahnya yang nampak ringkih terbaring di atas tempat tidur yang telah usang."Nisa...! Mana Ahmad? Uhuk..!" tanya ayah Nisa."Ahmad ada kok, Yah?""Ahmad..sini sayang!" panggil Nisa pada putranya yang duduk di luar kamar.Merasa namanya dipanggil, Ahmad bergegas masuk "Ada apa, Bun?" tanya Ahmad setelah sampai."Ahmad, cucu ka
Setelah membujuk ayahnya dengan berbagai cara, akhirnya Nisa berhasil membuat ayahnya mengikuti sarannya untuk ikut bersama mereka ke kota.Sampai dikediamannya, Nisa langsung membawa ayahnya masuk, dan menempatkan ayahnya sekamar bersama putranya."Untuk sementara Ayah tidurnya sekamar sama Ahmad ya, Yah!" ucap Nisa sambil menyusun pakaian ayahnya di lemari putranya, yang masih menyisakan tempat kosong."Nggak apa-apa nak, Ayah di mana aja nggak masalah, yang penting tetap tinggal bersama kalian!" jawab pak Faisal yang tak mau membuat putrinya merasa bersalah."Makasih Yah, jika nanti Nisa punya rejeki lebih, Nisa akan beli rumah buat kita bertiga!" ucap Nisa semangat."Bertiga...?" tanya pak Faisal.Pak Faisal kembali membuang napas kasar, ia memandang lekat wajah anak yang ia besarkan dengan kasih sayang seorang diri, setelah dewasa, mengapa harus memiliki kehidupan yang rumit seperti ini, pikirnya."Iya, Yah! Rumah u
Tak lama usai pertemuannya dengan Bella malam itu, Rudy segera menyampaikan keinginannya pada orang tuanya, tanpa melalui drama yang berlebihan, restu dari orang tuanya pun didapat. Setelah Rudy datang bersama kedua tuanya, hari pernikahan pun ditentukan. Dan hari ini adalah hari bahagia bagi keduanya.Rudy pun telah bertekad, untuk melupakan gadis yang ia cintai, yang bahkan hingga detik ini belum ditemukannya.***"Wah, kalau tiap hari begini terus, bisa-bisa gak lama lagi kamu bisa buka cabang baru, Nis!" komentar Dinda yang hari itu sengaja mampir ke Rumah Makan Family."Alhamdulillah, Din! Semua ini berkat do'a dari kamu juga, 'kan!" jawab Nisa merendah."Aku salut sama kamu, Nis! Baru beberapa bulan buka, tapi pelanggan kamu udah seramai ini!" ujar Dinda lagi sambil menunggu pesanannya tiba."Do'akan aja, semoga dalam waktu dekat, aku bisa buka cabang baru!" ucap Nisa tersenyum."Aamiiin...! Aku do'a
Di sebuah hotel berbintang, suasana meriah nampak menghiasi sebuah aula, di mana saat ini acara resepsi pernikahan sedang berlangsung, dengan iringan musik yang menambah meriahnya acara.Para tamu undangan silih berganti, datang dan pergi tiada henti. Di antara tamu yang hadir, nampak sepasang pria dan wanita yang terlihat serasi, meski di antara mereka bukanlah pasangan sesungguhnya, namun tidak ada yang menyangka, jika mereka hanya sekedar sahabat."Din, gandengan donk! Masa' sih jalannya kayak gerak jalan, harus ada jarak gitu!" pinta Indra kepada Dinda.Mendengar permintaan Indra, tanpa menunda lagi, Dinda langsung menyelipkan tangannya melingkari lengan Indra. Mereka berjalan beriringan seperti pasangan lainnya."Nah... gitu donk!" ucap Indra tersenyum."Tapi, nanti kita dikira pacaran lho, In?" protes Dinda."Biarin aja!" jawab Indra santai, sambil melanjutkan langkahnya yang diikuti Dinda di sisinya.'An
Mendengar sapaan yang ditujukan kepadanya, Indra langsung menoleh ke arah suara " Hei broo, siapa yang kamu maksud! Aku ke sini menghadiri pernikahan sahabatku, kok! Kenapa situ yang sewot! Aneh...!" jawab Indra santai."Siapa sahabat yang kamu maksud?" tanya Arman ingin tau. Ya, Arman baru tiba dari panggilan darurat yang ia terima dari rekan kerjanya, di saat acara akan dimulai, maka ia pun terpaksa pergi, dan baru bisa datang di saat acar telah berlangsung."Kepo amat sih, Pak!" jawab Indra mengejek keseriusan wajah Arman.Dinda yang pernah bertemu dengan Arman saat di Rumah Sakit, merasa heran melihat kehadiran Arman di sini. Ia mencurigai, jika Arman mempunyai hubungan dengan istri dari Rudy. Karena Dinda juga telah mengenal baik keluarga Rudy, dan yakin jika Rudy tidak punya hubungan dengan Arman, pikir Dinda.Merasa pertanyaannya tak mendapatkan jawaban, Arman akhirnya memandang wanita di samping Indra "Wah...wah..wah! Ternyata ka
Setelah para tamu undangan pulang, Rudy mengajak Bella ke kamar hotel, yang telah dihias menjadi kamar pengantin bagi pasangan kedua mempelai.Namun baru saja Rudy ingin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, terdengar bel kamar berbunyi.Karena Bella masih berada di kamar mandi, Rudy terpaksa bangkit kembali dan membukakan pintu " Siapa sih, udah tau malam, masih aja ganggu!" omel Rudy."Rud..maaf kalau aku, ganggu!" ujar Arman di saat melihat Rudy yang membuka pintu dengan wajah kesal."Owh.. nggak apa-apa, Kak! Ada apa malam-malam mencari saya?" tanya Rudy sopan. Rudy segera menetralkan perasaannya demi tak dinilai buruk oleh Arman."Hmm...kalau kita bicara berdua, sebentar aja, bisa nggak? Ini mengenai pertanyaanku, tadi!" jawab Arman merasa tak nyaman mengganggu malam pengantin adik iparnya.Namun rasa penasarannya tentang Indra, membuat ia melupakan tatakrama bertamu."Owh...bisa kok Kak! Bentar ya, aku ijin sam
Rudy merasa sedih dan bersalah saat Bella menanyakan tentang perasaannya. Jika ingin jujur, saat ini Rudy belum mencintai istrinya, apalagi setelah pertemuannya dengan Dinda sebelumnya. Dan mendengar kisah dari Arman, membuat Rudy sedikit berharap, untuk dapat bersama dengan wanita pujaannya itu.Namun saat menyadari, jika saat ini dia telah menjadi suami dari Bella, bahkan tak lama lagi, dia akan menjadi seorang ayah, membuat Rudy menyesali pikirannya."Berat ya Mas, untuk menjawab pertanyaanku?" lanjut Bella, namun rona sedih terukir jelas di wajah Bella.Rudy langsung merapatkan tubuhnya pada Bella, dia langsung memasukkan Bella dalam pelukannya "Maafkan Mas, Bell!" ucap Rudy pelan.Bella mulai terisak di dalam dekapan suaminya, namun ia tak mengatakan apapun menyangkut kata maaf dari suaminya."Bella..! Jujur, untuk saat ini, Mas belum berani mengatakan jika Mas, mencintai kamu! Namun, ijinkan Mas, untuk mencintai kamu denga
Seperti biasa, setelah menemani anak dan juga ayahnya sarapan, Nisa akan kembali dengan rutinitas hariannya.Sejak kesembuhannya beberapa hari yang lalu, pak Faisal yang merasa tidak ada kegiatan, maka ia memaksa Nisa, agar mengijinkannya mengantar dan menjemput cucunya ke sekolah.Nisa yang tau sifat ayahnya yang paling tidak suka jika menganggur, hanya bisa mengijinkan, daripada ayahnya kembali ke kampung, itu bisa membuat Nisa kepikiran dengan kesehatan ayahnya."Apa ada lagi yang perlu ditambah dengan daftar belanjaan ini, Bu?" tanya Dinda pada pegawainya yang bekerja bagian dapur, sambil memperlihatkan catatan daftar belanja.Setelah memeriksa semua, Bu Ratna hanya meminta dibelikan alat dapur yang harus ditambah.Karena banyaknya pelanggan, membuat mereka harus memasak dalam jumlah besar, agar tidak terlalu lama dalam melayani pesanan pelanggan."Daftar belanjanya udah pas, Mbak! Cuma, saya minta tolong dibelikan wajan dan