Setelah para tamu undangan pulang, Rudy mengajak Bella ke kamar hotel, yang telah dihias menjadi kamar pengantin bagi pasangan kedua mempelai.
Namun baru saja Rudy ingin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, terdengar bel kamar berbunyi.Karena Bella masih berada di kamar mandi, Rudy terpaksa bangkit kembali dan membukakan pintu " Siapa sih, udah tau malam, masih aja ganggu!" omel Rudy."Rud..maaf kalau aku, ganggu!" ujar Arman di saat melihat Rudy yang membuka pintu dengan wajah kesal."Owh.. nggak apa-apa, Kak! Ada apa malam-malam mencari saya?" tanya Rudy sopan. Rudy segera menetralkan perasaannya demi tak dinilai buruk oleh Arman."Hmm...kalau kita bicara berdua, sebentar aja, bisa nggak? Ini mengenai pertanyaanku, tadi!" jawab Arman merasa tak nyaman mengganggu malam pengantin adik iparnya.Namun rasa penasarannya tentang Indra, membuat ia melupakan tatakrama bertamu."Owh...bisa kok Kak! Bentar ya, aku ijin samRudy merasa sedih dan bersalah saat Bella menanyakan tentang perasaannya. Jika ingin jujur, saat ini Rudy belum mencintai istrinya, apalagi setelah pertemuannya dengan Dinda sebelumnya. Dan mendengar kisah dari Arman, membuat Rudy sedikit berharap, untuk dapat bersama dengan wanita pujaannya itu.Namun saat menyadari, jika saat ini dia telah menjadi suami dari Bella, bahkan tak lama lagi, dia akan menjadi seorang ayah, membuat Rudy menyesali pikirannya."Berat ya Mas, untuk menjawab pertanyaanku?" lanjut Bella, namun rona sedih terukir jelas di wajah Bella.Rudy langsung merapatkan tubuhnya pada Bella, dia langsung memasukkan Bella dalam pelukannya "Maafkan Mas, Bell!" ucap Rudy pelan.Bella mulai terisak di dalam dekapan suaminya, namun ia tak mengatakan apapun menyangkut kata maaf dari suaminya."Bella..! Jujur, untuk saat ini, Mas belum berani mengatakan jika Mas, mencintai kamu! Namun, ijinkan Mas, untuk mencintai kamu denga
Seperti biasa, setelah menemani anak dan juga ayahnya sarapan, Nisa akan kembali dengan rutinitas hariannya.Sejak kesembuhannya beberapa hari yang lalu, pak Faisal yang merasa tidak ada kegiatan, maka ia memaksa Nisa, agar mengijinkannya mengantar dan menjemput cucunya ke sekolah.Nisa yang tau sifat ayahnya yang paling tidak suka jika menganggur, hanya bisa mengijinkan, daripada ayahnya kembali ke kampung, itu bisa membuat Nisa kepikiran dengan kesehatan ayahnya."Apa ada lagi yang perlu ditambah dengan daftar belanjaan ini, Bu?" tanya Dinda pada pegawainya yang bekerja bagian dapur, sambil memperlihatkan catatan daftar belanja.Setelah memeriksa semua, Bu Ratna hanya meminta dibelikan alat dapur yang harus ditambah.Karena banyaknya pelanggan, membuat mereka harus memasak dalam jumlah besar, agar tidak terlalu lama dalam melayani pesanan pelanggan."Daftar belanjanya udah pas, Mbak! Cuma, saya minta tolong dibelikan wajan dan
Saat perjalanan pulang, Indra meminta ijin untuk berbelok ke sebuah kedai yang menjual sarapan pagi. Dengan berbagai alasan, akhirnya Indra berhasil mengajak Nisa mampir ke kedai."Kamu gak pesan!" tanya Indra pada Nisa, saat ia menyebutkan pesanannya pada pelayan."Nggak usah, aku minta es jeruk aja!" jawab Nisa."Oke..!" Indra langsung menambah pesanannya dengan pesanan Nisa."Emang tadi kamu gak sarapan ya?" tanya Nisa."Nggak..! Rencananya, mau sarapan di tempat kamu, tapi kamu malah mau pergi, ya udah! Batal, deh!" jawab Indra santai."Kok tadi gak ngomong, 'kan kamu bisa tinggal di sana sarapan, gak harus mengantar aku kayak gini!" ucap Nisa merasa bersalah."Udah, gak apa-apa! Lagian aku seneng kok, kalau bisa berdua kayak gini!" jawab Indra.Nisa membuang pandangannya ke jalan raya, tak sanggup jika harus memandang wajah Indra yang tengah intens memandangnya.Setelah pesanan datang, I
Setelah mengatakan semua keinginannya, Indra akhirnya mengantarkan Nisa pulang. Nisa juga tidak menolak dengan keinginan Indra yang ingin segera melamarnya di depan ayahnya. Beberapa hari kemudian, Indra menepati janjinya untuk melamar Nisa, tepat di hadapan ayah Nisa."Jika keinginan nak Indra telah mantap, dan yakin! Maka, semua Ayah serahkan pada Nisa sepenuhnya!" jawab pak Faisal pada Indra.Indra langsung memandang Nisa, dia ingin secepatnya mendengar jawaban dari Nisa."Bagaimana Nisa, apa kamu mau menerima lamaran dari nak Indra?" tanya pak Faisal menatap putrinya hangat.Sadar jika ayahnya dan Indra melihat ke arahnya, Nisa hanya bisa menganggukkan kepalanya tanpa berkata lagi."Alhamdulillah ya Allah...!" ucap Indra sembari mengusap wajahnya."Alhamdulillah...! Ayah hanya bisa mendoakan yang terbaik, nak! Tapi semua tergantung pada diri kalian masing-masing! Karena kebahagiaan yang sesungguhnya adalah
Indra mengendarai kendaraan dengan ugal-ugalan, nyaris ia menabrak penyebrang jalan dan berapa kali ia pun hampir menabrak mobil di depannya.Rasa kesal dan benci pada ayahnya, ia luapkan dengan memaki dan memukul-mukul setir mobilnya di sepanjang jalan. Hingga mobil yang dikendarainya berhenti di sebuah klub malam.Indra duduk di pojok sendiri, ia memesan banyak minuman. Tak ia hiraukan tatapan para pengunjung lain. Walau hari masih sore, bukan berarti tempat tersebut sepi.Indra menolak semua pramusaji yang ingin menghampirinya, ia benar-benar ingin menikmati kesendiriannya kali ini.Tak terasa, entah berapa lama waktu yang terbuang percuma. Saat ini Indra sudah mulai mabuk, dan entah berapa kali saja dia memesan minuman baru, saat minumannya telah habis. Saat diingatkan untuk berhenti, maka ia akan marah-marah, hingga pihak klub hanya membiarkan saja.baru jam tujuh malam, namun kondisi Indra telah mabuk berat. Pihak klub segera melih
Di sebuah rumah pasangan Rudy dan Bella, nampak kegiatan seperti umumnya, Bella yang dibantu pembantu, menyiapkan sarapan pagi buat suaminya."Sudah siap sarapannya, sayang!" tanya Rudy datang dari kamar, dan langsung duduk di kursi."Udah kok, Mas! Bentar ya!" Bella pun pergi ke dapur, mengambil nasi goreng yang telah di pindahkan ke dalam tempatnya, Bella kemudian mengambil telor ceplok kesukaan suaminya."Ini Mas!" Bella meletakkan sepiring nasi yang telah dilengkapi telor di atasnya."Makasih sayang!" ucap Rudy langsung memakannya seperti terburu-buru."Masih pagi lho, Mas! Kok makanya buru-buru gitu?" komentar Bella, melihat suaminya makan dengan tergesa-gesa."Hmm...!" Rudy mengangguk tak bisa berkata, mulutnya terisi makanan.Karena tak ingin mengganggu, Bella hanya diam tak bertanya lagi. Dia hanya memperhatikan suaminya, yang semakin hari semakin menampakkan perhatian, dan begitu memanjakan dirinya."Al
Setelah membereskan seperlunya, Indra duduk di samping Dinda. Melihat Dinda dengan seksama, sekelebat bayangan peristiwa semalam terlintas dipikirannya. Namun, bayangan itu hanya buram, dan terputus-putus.Selang beberapa menit, Indra teringat dengan cctv yang ada di kamarnya. Bergegas Indra bangkit, dan mengambil handphonenya.Melalui rekaman cctv yang terlihat di layar handphonenya, akhirnya Indra tau apa yang sebenarnya terjadi. Indra shock, saat menyadari jika ia telah berhubungan badan dengan Dinda, yang notabene adalah sahabat dari calon istrinya, sekaligus orang yang selama ini menaruh hati padanya.Indra terduduk di lantai, ia tak perduli dengan keadaannya saat ini, yang ada dipikirannya hanya menyesali semua yang telah terjadi."Mengapa...? Aaaakkhhh...!" teriak Indra histeris.Rudy bergegas masuk ke kamar saat mendengar teriakkan Indra. Melihat bagaimana keadaan Indra, Rudy bingung. Mengapa Indra seakan merasa terpukul. "Ada apa, In? mengapa sampai begini, sih?" tanya Rudy h
Setelah urusan di kantor selesai, walau waktu masih tengah hari, Rudy secepatnya pulang, namun bukan untuk pulang ke rumahnya. Di perjalanan, Rudy menghubungi istrinya untuk memberitahukan keterlambatannya. Tetapi, Rudy tak menceritakan apa yang sedang terjadi.Sesampainya Rudy di rumah Indra, dia segera masuk dan langsung menuju kamar sahabatnya itu.Beruntung sebelumnya, Rudy membelikan makanan untuk dua orang, yang diyakini Rudy pasti belum makan."Ceklek...!" "Huft....!" Rudy menghela napas kasar, karena yang dilihatnya saat ini, Indra duduk di lantai, tempat yang sama sejak sepeninggal dirinya padi tadi. Menandakan jika Indra belum beranjak dari duduknya selama kepergiannya.Sedangkan Dinda, masih di tempat tidur berbalut selimut."Ini makanlah, kalian pasti belum makan!" Rudy langsung mengeluarkan makanan yang dibelinya dan membagikan pada keduanya."Dimakan, donk! Setelah makan, kita sama-sama cari solusi yang te