Seperti biasa, setelah menemani anak dan juga ayahnya sarapan, Nisa akan kembali dengan rutinitas hariannya.
Sejak kesembuhannya beberapa hari yang lalu, pak Faisal yang merasa tidak ada kegiatan, maka ia memaksa Nisa, agar mengijinkannya mengantar dan menjemput cucunya ke sekolah.Nisa yang tau sifat ayahnya yang paling tidak suka jika menganggur, hanya bisa mengijinkan, daripada ayahnya kembali ke kampung, itu bisa membuat Nisa kepikiran dengan kesehatan ayahnya."Apa ada lagi yang perlu ditambah dengan daftar belanjaan ini, Bu?" tanya Dinda pada pegawainya yang bekerja bagian dapur, sambil memperlihatkan catatan daftar belanja.Setelah memeriksa semua, Bu Ratna hanya meminta dibelikan alat dapur yang harus ditambah.Karena banyaknya pelanggan, membuat mereka harus memasak dalam jumlah besar, agar tidak terlalu lama dalam melayani pesanan pelanggan."Daftar belanjanya udah pas, Mbak! Cuma, saya minta tolong dibelikan wajan danSaat perjalanan pulang, Indra meminta ijin untuk berbelok ke sebuah kedai yang menjual sarapan pagi. Dengan berbagai alasan, akhirnya Indra berhasil mengajak Nisa mampir ke kedai."Kamu gak pesan!" tanya Indra pada Nisa, saat ia menyebutkan pesanannya pada pelayan."Nggak usah, aku minta es jeruk aja!" jawab Nisa."Oke..!" Indra langsung menambah pesanannya dengan pesanan Nisa."Emang tadi kamu gak sarapan ya?" tanya Nisa."Nggak..! Rencananya, mau sarapan di tempat kamu, tapi kamu malah mau pergi, ya udah! Batal, deh!" jawab Indra santai."Kok tadi gak ngomong, 'kan kamu bisa tinggal di sana sarapan, gak harus mengantar aku kayak gini!" ucap Nisa merasa bersalah."Udah, gak apa-apa! Lagian aku seneng kok, kalau bisa berdua kayak gini!" jawab Indra.Nisa membuang pandangannya ke jalan raya, tak sanggup jika harus memandang wajah Indra yang tengah intens memandangnya.Setelah pesanan datang, I
Setelah mengatakan semua keinginannya, Indra akhirnya mengantarkan Nisa pulang. Nisa juga tidak menolak dengan keinginan Indra yang ingin segera melamarnya di depan ayahnya. Beberapa hari kemudian, Indra menepati janjinya untuk melamar Nisa, tepat di hadapan ayah Nisa."Jika keinginan nak Indra telah mantap, dan yakin! Maka, semua Ayah serahkan pada Nisa sepenuhnya!" jawab pak Faisal pada Indra.Indra langsung memandang Nisa, dia ingin secepatnya mendengar jawaban dari Nisa."Bagaimana Nisa, apa kamu mau menerima lamaran dari nak Indra?" tanya pak Faisal menatap putrinya hangat.Sadar jika ayahnya dan Indra melihat ke arahnya, Nisa hanya bisa menganggukkan kepalanya tanpa berkata lagi."Alhamdulillah ya Allah...!" ucap Indra sembari mengusap wajahnya."Alhamdulillah...! Ayah hanya bisa mendoakan yang terbaik, nak! Tapi semua tergantung pada diri kalian masing-masing! Karena kebahagiaan yang sesungguhnya adalah
Indra mengendarai kendaraan dengan ugal-ugalan, nyaris ia menabrak penyebrang jalan dan berapa kali ia pun hampir menabrak mobil di depannya.Rasa kesal dan benci pada ayahnya, ia luapkan dengan memaki dan memukul-mukul setir mobilnya di sepanjang jalan. Hingga mobil yang dikendarainya berhenti di sebuah klub malam.Indra duduk di pojok sendiri, ia memesan banyak minuman. Tak ia hiraukan tatapan para pengunjung lain. Walau hari masih sore, bukan berarti tempat tersebut sepi.Indra menolak semua pramusaji yang ingin menghampirinya, ia benar-benar ingin menikmati kesendiriannya kali ini.Tak terasa, entah berapa lama waktu yang terbuang percuma. Saat ini Indra sudah mulai mabuk, dan entah berapa kali saja dia memesan minuman baru, saat minumannya telah habis. Saat diingatkan untuk berhenti, maka ia akan marah-marah, hingga pihak klub hanya membiarkan saja.baru jam tujuh malam, namun kondisi Indra telah mabuk berat. Pihak klub segera melih
Di sebuah rumah pasangan Rudy dan Bella, nampak kegiatan seperti umumnya, Bella yang dibantu pembantu, menyiapkan sarapan pagi buat suaminya."Sudah siap sarapannya, sayang!" tanya Rudy datang dari kamar, dan langsung duduk di kursi."Udah kok, Mas! Bentar ya!" Bella pun pergi ke dapur, mengambil nasi goreng yang telah di pindahkan ke dalam tempatnya, Bella kemudian mengambil telor ceplok kesukaan suaminya."Ini Mas!" Bella meletakkan sepiring nasi yang telah dilengkapi telor di atasnya."Makasih sayang!" ucap Rudy langsung memakannya seperti terburu-buru."Masih pagi lho, Mas! Kok makanya buru-buru gitu?" komentar Bella, melihat suaminya makan dengan tergesa-gesa."Hmm...!" Rudy mengangguk tak bisa berkata, mulutnya terisi makanan.Karena tak ingin mengganggu, Bella hanya diam tak bertanya lagi. Dia hanya memperhatikan suaminya, yang semakin hari semakin menampakkan perhatian, dan begitu memanjakan dirinya."Al
Setelah membereskan seperlunya, Indra duduk di samping Dinda. Melihat Dinda dengan seksama, sekelebat bayangan peristiwa semalam terlintas dipikirannya. Namun, bayangan itu hanya buram, dan terputus-putus.Selang beberapa menit, Indra teringat dengan cctv yang ada di kamarnya. Bergegas Indra bangkit, dan mengambil handphonenya.Melalui rekaman cctv yang terlihat di layar handphonenya, akhirnya Indra tau apa yang sebenarnya terjadi. Indra shock, saat menyadari jika ia telah berhubungan badan dengan Dinda, yang notabene adalah sahabat dari calon istrinya, sekaligus orang yang selama ini menaruh hati padanya.Indra terduduk di lantai, ia tak perduli dengan keadaannya saat ini, yang ada dipikirannya hanya menyesali semua yang telah terjadi."Mengapa...? Aaaakkhhh...!" teriak Indra histeris.Rudy bergegas masuk ke kamar saat mendengar teriakkan Indra. Melihat bagaimana keadaan Indra, Rudy bingung. Mengapa Indra seakan merasa terpukul. "Ada apa, In? mengapa sampai begini, sih?" tanya Rudy h
Setelah urusan di kantor selesai, walau waktu masih tengah hari, Rudy secepatnya pulang, namun bukan untuk pulang ke rumahnya. Di perjalanan, Rudy menghubungi istrinya untuk memberitahukan keterlambatannya. Tetapi, Rudy tak menceritakan apa yang sedang terjadi.Sesampainya Rudy di rumah Indra, dia segera masuk dan langsung menuju kamar sahabatnya itu.Beruntung sebelumnya, Rudy membelikan makanan untuk dua orang, yang diyakini Rudy pasti belum makan."Ceklek...!" "Huft....!" Rudy menghela napas kasar, karena yang dilihatnya saat ini, Indra duduk di lantai, tempat yang sama sejak sepeninggal dirinya padi tadi. Menandakan jika Indra belum beranjak dari duduknya selama kepergiannya.Sedangkan Dinda, masih di tempat tidur berbalut selimut."Ini makanlah, kalian pasti belum makan!" Rudy langsung mengeluarkan makanan yang dibelinya dan membagikan pada keduanya."Dimakan, donk! Setelah makan, kita sama-sama cari solusi yang te
Setelah sepulangnya Rudy, Indra dan Dinda masih saling diam. Mereka canggung untuk bicara apa, kontras sekali dengan suasana hati mereka saat ini."Dinda...!" panggil Indra pelan."Hmm..!" gumam Dinda."Mengapa kamu datang di saat yang tidak tepat!" itulah pertanyaan Indra, yang menyesalkan kehadiran Dinda, di saat ia dalam keadaan mabuk berat."Huhft...! Sebenarnya aku tidak ingin lagi bertemu denganmu Indra!" ucap Dinda pelan."Apa maksudnya, Din?" tanya Indra heran."Kamu pasti mendengar kata-kata yang diucapkan, Mas Rudy tadi!" "Yaaah... Rudy pernah menceritakan masalalunya kepadaku! Dan selama ini dia terus mencari, keberadaan wanita yang begitu dia cintai! Bodohnya aku, tidak mengetahui siapa wanita itu!" "Wanita itu adalah aku, In!" jawab Dinda."Yaaa, akhirnya aku tau, tapi saat semuanya terlambat!""Apa maksudnya..!" Dinda menyipitkan matanya mendengar ucapan Indra."Yaa....
"Maaf Tuan Frass! Saya ingin melaporkan jika, acara pernikahan Den Indra akan diadakan sekitar satu minggu lagi!"lapor seorang pria berbadan tegap berisi bernama Jeki, yang merupakan orang suruhan Frass, sambil meletakkan selembar map yang berisi data lengkap Nisa dan keluarganya."Dasar anak keras kepala! Gagalkan rencana mereka! Aku tidak mau sampai pernikahan itu terjadi!" perintah Frass, tanpa melihat isi map di depannya."Kalau boleh tau, apa perlu kamu menghilangkan nyawa calon istrinya, Tuan?" "Jangan...! Itu akan membuat Indra curiga padaku!" ucapnya melarang.Frass berpikir sejenak, memang dia tak merestui Nisa menjadi menantunya, namun untuk menghilangkan nyawa, bukanlah tujuannya."Siapa saja orang yang ada disekitar, wanita itu?" selidik Frass."Mbak Nisa cuma tinggal bersama Ayahnya, juga anak laki-laki berusia enam atau tujuh tahun, Tuan!" lapor Jeki."Anak laki-laki?" gumam Frass terdiam. Dia mencoba