Share

part 20

Ternyata Daren tidak mencium ku, ah dasar otakku sudah tak waras rasanya malu.

"Ada kotoran di hijabmu," ujarnya dan berlalu.

Pipiku terasa merah bagaimana bisa aku berpikir kalau Daren akan mencium?

"Kenapa pipimu merah?" tanya Daren dengan entengnya. Sontak kupegang pipi ini.

"Daren jangan goda Ayu terus. Nanti juga kamu akan halal." Ibu menatap tajam anaknya.

"Aku tidak menggoda. Ayu seperti bidadari yang turun dari langit. Rasanya tak percaya bisa mendapatkan dirinya."

Apaan sih gombal terus, apa tidak malu kan ada ibunya. Daren membuka ponselnya dia terlihat serius berbicara. Mungkin dari kantornya. Mengapa juga lama-lama di sini.

"Aku pergi dulu ya soalnya ada meeting di kantor pusat," ujarnya dengn buru-buru.

"Yasudah sana ngapain masih di sini," balas Ibu karena Daren masih betah duduk.

"Ada yang tertinggal, Bu?" jawabnya dengan sedikit khawatir

"Apa?"

"Bidadariku takut ada yang ambil. Tolong jaga dia untukku, Bu."

Ya ampun masih sempat-sempatnya gombal. Dia itu terbuat dar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status