Part 22"Heh Ayu, jangan pura-pura polos wanita ular sepertimu tak pantas mendapatkan kebahagiaan," ujarnya dengan menatap nyalang. Mila makin mendekat ke pelaminan. Orang-orang menatapku benci, pasti mereka mengira aku telah mendzoliminya. Seorang wanita hamil dengan penampilan acak-acakan, bahkan bajunya terlihat koyak sehingga terlihat kulit putih mulusnya. Pasti semuanya akan iba melihat seperti itu. Apalagi Mila mengeluarkan kata-kata tak sopan padaku. Akan tetapi, kenapa dengannya kenapa bisa penampilan Mila seperti itu? Banyak pertanyaan di benakku. Namun, bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Lebih baik diam dan nyimak apa yang akan dia katakan."Dengar semuanya. Perempuan itu yang telah merebut kebahagiaan dariku. Setelah mendapatkan apa yang dia mau, kini dia menikah dengan lelaki kaya. Aku pastikan setelah mendapatakan hartanya. Dia akan meninggalkan suami barunya. Begitu pula dengan pernikahan sebelumnya." Sorot matanya menatap tajam ada kilatan marah di sana. O, dia h
Bab 23 Dokter memutuskan untuk mengambil tindakan operasi Caesar. Karena kondisi janin harus segera diselamatkan. Tidak ada pilihan lain, aku dan mas Daren menyetujui permintaan dokter. Semoga Mila dan bayinya selamat.Tidak lama Mila sudah keluar dan akan dipindahkan ke ruangan operasi. Dia masih tidak sadarkan diri, wajahnya sangat pucat. Hatiku makin teriris melihat kondisinya."Maafkan aku Mila, aku tak mengetahui kalau dirimu akan seperti itu," sesalku.Aku dan mas Daren mengikuti di samping brangkar. Namun, tiba-tiba tangan ini dipegang dengan erat oleh Mila. "Mila, kamu harus kuat demi anakmu, aku akan menemani sampai kalian selamat." Aku melihat sudut mata Mila mengeluarkan cairan bening. Kuhapus dengan pelan seraya berkata, "Aku akan selalu di sini bersamamu. Kita masih teman." Aku tak kuasa melihatnya yang lemah tak berdaya apalagi tengah berjuang untuk melahirkan anaknya. "Kamu harus hidup, Mila. Kasihan anakmu kelak jika kamu tiada," gumamku pelan. Namun, sepertinya
part 24"Ayu," ucapnya lagi dengan suara bergetar. Dia berjalan mendekat, tetapi mas Daren langsung menghadang. "Mau ngapain kamu?" Suara baritonnya sangat tegas membuat bulukuduk berdiri. Mas Aldi, ya dia mantan suamiku yang telah berkhianat. Namun, kenapa harus dipertemukan saat ini. "Ja-jadi kamu masih hidup?" ujarnya lagi, tanpa menjawab pertanyaan mas Daren. Tanganku digengangam mas Daren dengan erat ada rasa kehangatan di hati ini mendapat perlakuan darinya. "Iya dia Ayu, istriku." Mas Daren menekankan setiap ucapannya. Wajah mas Aldi terlihat pucat pasi. Ada apa dengannya? Tidak mungkin kan kalau dia masih ada rasa … atau jangan-jangan ingin macam-macam padaku. Astaghfirullah"Syukurlah kamu masih hidup, aku mau minta maaf Yu. Kini hidupku tak tenang, selalu diteror hutang pinjol. Ini semua karena Syasya, dia selalu memojokanku untuk mendapatkan uang. Rumah yang dia ambil ---," "Mas," panggil seorang wanita yang duduk di kursi roda. Mataku membulat saat melihat orang it
Part 25Pandangan kami saling tatap entah kapan bibir itu meny*tu, aku terpejam sedikit terbuai dengan permainan suamiku. Walaupun terasa kaku, tetapi aku sangat menikmatinya. Degup jantungku bertalu-talu saat tangan kekar itu masuk ke celah yang di tutupi kain. Benda ke*y*l yang tidak terlalu besar. Namun, cukup pas berada digenggamannya. Tanpa terasa bibirku mengeluarkan suara indah yang membuat suamiku makin menggila. "Bolehkah Mas memintanya?" tanyanya dengan lembut. Aku hanya mengangguk pelan. Mengapa bilang dulu tidak langsung saja. Wajah ini mungkin merah merona bak kepiting rebus. Sebelum memulai, mas Daren membaca doa terlebih dahulu. Dia memang agamis sekali, tidak lama kami melakukannya. Aku meringis menahan nyeri. Tiba-tiba mas Daren menghentikan aktivitasnya. "Kenapa Sayang? Apa Mas menyakitimu?" Aku menggeleng seraya tersenyum. Menatap tubuh p*l*s itu yang penuh dengan peluh. Aku terlelap terlebih dahulu, sebelum tidur mas Daren sempat menci*m keningku lama"Terima
Part 26Akhirnya yang kutakutkan terjadi. Mila menjambak sanggul yang indah itu dan kini tergerai acak - acakan. "Dasar wanita tua, ayo lawan aku." Mila terus menjambak dengan kasar, aku pun tak tinggal diam dan segera melerai mereka. Syasya hanya acuh melihat kami seperti ini. Astagfirullah bukannya dia bibinya? Lalu kenapa diam saja. "Sya tolong aku pisahkan mereka," ujarku. Namun pengakuannya membuatku jengkel. "Kamu tidak lihat kalau aku gak ada kaki Ini juga salahmu, terus gimana caranya coba melerai mereka yang ada aku yang kena amukan." Dengan santainya berkata demikian, tanpa melihat sedikitpun ke arah kami. Entah mengapa, aku sudah tak menemukan sosok Syasya yang penyayang darinya.Seenggaknya dia berteriak meminta tolong karena aku sibuk memisahkan mereka. "Mil, sudah. Kamu 'kan baru operasi, aku takut kamu kenapa-kenapa." Aku terus saja melerai mereka mencoba membawa Mila untuk menjauh dari wanita gemuk itu. Akhirnya aku berhasil walaupun badanku kena pukulan bibinya
Part 27"Mas sudah pulang?" tanyaku dengan lembutTerlihat raut wajah mas Daren menyiratkan sesuatu. Dia hanya tersenyum tipis tanpa mau membalas perkataanku. Apakah ada sesuatu hal yang sangat serius hingga dirinya seperti itu?Kenapa dengannya? Apa aku salah bicara?Mas Daren membuka kemeja satu persatu. Lalu, dia mengambil handuk tanpa membuka bajunya ke dalam kamar mandi. Terdengar suara guyuran shower, aku duduk di sudut ranjang menunggu suamiku menyelesaikan mandinya. Sudah dua puluh menit, dia belum juga keluar membuatku khawatir dengan keadaanya. Ku ketuk pintu kamar mandi, tetapi tidak ada jawaban. "Mas," panggilku. Namun, masih sama. Mungkin tidak terdengar karena terkalahkan dengan suara gemercik air. Aku mondar-mandir di depan kamar mandi, biasanya tak lama. Ada apa dengannya? Apa aku telah membuat kesalahan? Ini tak boleh dibiarkan begitu saja. Aku tak mau kejadian dulu terulang lagi karena masalah komunikasi yang tak saling mengungkapkan pikiran masing-masing. "Mas
Part 28Pov SyasyaAku sangat benci Ayu, dia telah merebut segalanya. Rasanya malas untuk berpura-pura baik lagi, akan ku tunjukan siapa Syasya sebenarnya. Suatu hari aku membuat kekacauan, meneror rumah Ayu dan seakan-akan bukan aku yang melakukan itu. Betapa bodohnya si Ayu itu dia wanita yang sangat polos, aku sudah muak dengan pura-pura baik padanya.Seperti yang kuduga, Ayu memang percaya bukan aku dibalik semua ini. Dan, ya aku tak bisa lagi diam. Saat ada kesempatan, aku ingin memb*nhnya. Akhirnya semua yang kuinginkan kembali padaku. Rasanya sangat bahagia ketika orang yang kucintai kembali. Syukurnya Mila mau kuperalat untuk memudahkan rencana ini dengan mulus. Aku sangat bahagia saat melihat dirinya menderita, tujuanku sudah tercapai. Akan tetapi, kebahagiaan itu tidak berselang lama, entah mengapa aku dipertemukan kembali dengan si Ayu. Walaupun sekarang penampilannya berubah, tetapi aku masih mengenalinya. Amarah ini tak bisa lagi dibendung, mengapa dirinya bisa selamat.
Bab 29Ada rasa sesak di dada saat menyaksikan teman yang kita sayangi dibawa sama polisi. Aku tak sanggup melihatnya, tetapi harus bisa kuat ini demi kebaikan dirinya. Semoga kamu bisa menyadari kesalahannya, Sya. Sudut mataku mengeluarkan cairan bening. Tiba-tiba ada tangan kekar yang melingkar di pinggang, hangat. Deru nafasnya bisa kurasakan, mas Daren memang suami yang sangat pengertian. "Mas," ucapku dengan suara sedikit gemetar. "Jangan menyesal, ini yang terbaik buat dia," balasnya memelukku dengan erat. Syasya sudah dibawa ke kantor polisi kini kami meninggalkan apatermen milik Syasya. Ada rasa lega di hati. "Kenapa kamu tidak melibatkan Mas, hem." Aku sedikit salah tingkah dengan tatapannya yang begitu menyejukan hati. Dia memandangku tanpa berkedip. "A-aku tak ingin merepotkan. Bukannya, Mas sedang ada rapat penting?" Aku menelan saliva saat tangan kekar itu m*ny*ntuh bibir. Ada desiran aneh ditubuhku. "Ayo pulang." Mas Daren tidak melakukan apapun. Dia kembali