"Minggir, aku mau turun!" pekik Ayunda. Kemudian dia pun melihat jam dinding, karena dia tak bisa berlama-lama di sana. Ini jam kerja, tujuannya ke sana untuk memperingati David tapi malah seperti ini. "Yunda, Kakak kangen banget sama kamu," ucap David sambil bergerak ingin memeluk Ayunda. "Apa sih?! Aku nggak mau! Hargai aku dong!" kata Ayunda. David pun mundur selangkah karena tidak ingin Ayunda lebih marah. "Kalau mau peluk, peluk istri mu!" "Sudah aku katakan kami sudah bercerai, ya tapi kami masih tinggal satu rumah karena dia sudah seperti keluarga untuk kami," terang David. "Gila, otak mu tidak waras!" "Biarkan saja.""Gila!" "Kamu kerja sama Kakak aja gimana?" David pun mulai menawarkan pekerjaan untuk Ayunda. Semetara Ayunda tidak akan tertarik dengan tawaran David. "Terserah kamu mau gaji berapa, aku kasih cek kosong kamu bisa isi sendiri," lanjut David. Ayunda pun tersenyum mendengar penawaran David. Membuat David pun merasa bahagia karena bisa
Adel duduk sendiri di taman rumah sakit, dia tak mengerti mengapa jalan hidupnya begitu berat. Dia juga bertanya-tanya apakah mungkin jalan yang dia pilih salah? Apakah dia yang terlalu berharap bisa dicintai oleh David hingga rela menjalani pernikahan tanpa cinta?Apa yang dia harapkan?Dicintai David?Konyol! Padahal sejak awal sudah tahu cinta David tidak pernah ada untuknya. Huuuufff. Adel pun menarik napas berat ketika memikirkan jalan hidupnya yang begitu rumit ini. "Hay," Yogi pun langsung duduk di sampingnya. Adel pun menoleh, menepikan lamunan yang terasa begitu berat. "Kamu memikirkan sesuatu?" tanya Yogi. "Menurutmu?" tanya Adel kembali. "Jangan pikirin lagi, ada aku di sini kan?" celetuk Yogi. "Playboy cah buaya darat mulai beraksi," sindir Adel. "Aku bukan buaya darat!" "Lalu?" "Aku ini adalah lelaki yang tampan, lagi pula buaya itu setia!" katanya lagi. Adel pun tersenyum miring mendengarnya. "Selama dia di air," lanjut Yogi. "Dasar," ge
David pun memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Dia ingin membiarkan Adel dan Hera berbicara dengan leluasa. Namun, ternyata Yogi juga ikut menyusulnya, kini keduanya duduk di kursi yang berada di depan ruangan Hera. "Sejak kapan kau dan Adel punya hubungan?" tanya David. "Sejak tadi," jawab Yogi. David pun menatap wajah Yogi yang duduk di sampingnya. Jawaban sepupunya itu memang terdengar cukup aneh. Tapi dia situ David tahu jika tidak ada keseriusan di dalamnya. "Kenapa? Kamu cemburu?" tanya Yogi lagi. David pun hanya diam saja tanpa menjawab sama sekali. Lagi pula dari mana datangnya rasa cemburu, sedangkan semua cinta dan kasih sayang sudah habis dia berikan pada Ayunda. "Apa kau memiliki rasa tertarik padanya?" David pun mengembalikan pertanyaan pada Yogi. "Itu rahasia," jawab Yogi. David pun mengangguk, "Tapi satu hal yang aku ingin katakan pada mu, dia adalah wanita yang baik, tolong jaga dia," ucap David. David memang tidak pernah tertarik pada
Lagi males up, tapi ada satu pembaca namanya Kak Eka, aku pun semangat.... Selamat membaca... *** Malam ini Ayunda merasa sangat lelah, setelah seharian bekerja. Pekerjaan hari ini terasa sangat banyak membuatnya kehabisan tenaga. Tapi bersyukur karena anaknya tidak rewel, Ken begitu lelap tertidur sehingga dia pun bisa langsung tertidur. Namun, saat malam harinya dia pun terbangun karena tangisan sang anak. Wajar saja karena biasanya anaknya minum susu di jam seperti ini. Dengan setengah sadar dia pun segera membuat susu, kemudian segera memberikan pada sang anak sambil merebahkan dirinya kembali pada ranjang. Akan terjadi anehnya sang anak belum juga berhenti menangis. Ayunda pun kembali membuka matanya, dia pun tersadar ternyata yang dia berusaha susu bukan pada anaknya. Melainkan pada bantal. "Ya ampun, aku ini. Maaf ya, Nak," ucapnya yang kini barulah memberikan susu dengan benar pada sang anak. Ken pun perlahan mulai tertidur kembali, begitu juga dengan
Setelah Ayunda memarkirkan mobilnya dia pun segera turun. Ternyata bertepatan dengan Tere sang sahabat juga baru tiba. "Yunda!" seru Tere sambil menghambur memeluk Ayunda. "Pagi ayang," sapa Ayunda. "Pagi, hari ini kita jadi berangkat kan ke desa terpencil itu?" "Iya, soalnya kita harus lihat dulu keadaan desanya. Setelah itu baru nanti kita bicarakan kelanjutan proyeknya," terang Ayunda lagi. "Iya sih." Keduanya pun mulai berjalan masuk ke dalam kantor tempat mereka bekerja. Sambil berjalan mereka bercerita banyak hal. Terutama tentang pekerjaan. Ting! Ponsel Ayunda pun berbunyi, sebuah notifikasi pesan masuk. [Sayang, kenapa kamu pergi gitu aja] "Apaan sih ini orang?!" Ayunda pun mulai memblokir nomor ponsel David. Dia kesal karena pria tersebut terus saja mengirimkan pesan yang menurutnya sangat menjengkelkan. "Siapa?" Tere pun penasaran melihat Ayunda begitu kesal. "Orang gila!" "Kejam sekali," kata Tere sambil tertawa kecil. "Emang iya." "H
"Maaf, Bos, tadi hanya orang tidak penting," ucap Ayunda setelah kembali ke ruangan. Kemudian dia pun meneguk mineral yang ada di atas mejanya, dia harus bisa menenangkan diri agar bisa tenang menghadapi pekerjaan hari ini. Sungguh bertemu dengan David membuat suasana hatinya menjadi sangat kacau. "Sepertinya kamu sangat kesal," tebak Yusuf. "Sedikit," kata Ayunda lagi. "Sedikit?" "Aku nggak tahu kenapa dia terus saja menggangu aku, dulu dia kemana aja?" ucap Ayunda penuh kekesalan. "Dia siapa?" "Ayah Kenzie," ucap Ayunda. "Ah, iya. Aku juga mau mengatakan padamu bahwa proyek Erwin telah digantikan oleh David. Aku dengar Erwin menjualnya pada David," terang Yusuf. "Menjual?" tanya Ayunda tak habis pikir. "Iya." "Menjual atau dia yang memaksa," gerutu Ayunda. Yusuf pun mengangkat kedua bahunya, dia juga tak mengerti. "Sehingga dari sini dan kedepannya kita akan terikat kerja sama dengan David, sampai proyek ini selesai, lagi pula jika proyek ini kita putuskan
Desa yang masih begitu asri, tempat dimana mereka akan memulai proyek untuk kemajuan desa tersebut. Sekaligus membuka lapangan pekerjaan, dimana penduduknya banyak yang merantau ke kota karena sulitnya mencari pekerjaan di sana. Ayunda sampai terkagum-kagum melihat desa tersebut. Terbiasa tinggal di kota membuatnya merasa nyaman dengan kondisi desa yang begitu asri ini. "Suaranya indah banget," kata Ayunda sambil membuka tangannya lebar-lebar menikmati udara segar yang berhembus. Kemudian dia pun menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskan secara perlahan. "Semua beban rasanya hilang," ucapnya lagi. "Iya, ini indahnya kebangetan," ucap Tere yang juga membenarkan. Perjalanan dari kota ke desa tersebut memakan waktu tempuh lebih kurang 7 jam, sehingga mereka pun tidak mungkin dalam satu hari pulang dan pergi. Apa lagi melihat pemandangan yang sangat indah ini. Tapi mereka sudah disediakan rumah oleh kepala desa tersebut untuk menginap selama satu malam ini.
Sedangkan David merasa khawatir karena sejak tadi Ayunda tidak bisa dihubungi. Bukankah Ayunda mengatakan untuk tidak menghubunginya selama 1 jam saja? Tapi ini apa? Sudah berjam-jam wanita tersebut tidak bisa dihubungi. David pun semakin merasa cemas, dan dia tidak bisa diam saja. Segera menuju rumah Ayunda dan bertepatan dengan Wina yang sedang menggendong Ken di teras. "Selamat sore, Tenta," sapa David. "Iya." David pun menatap wajah putranya yang sudah terlelap dalam gendongan Wina. Kemudian kembali menatap Wina. "Tante, Ayunda sudah pulang ke rumah ya?" tanyanya. Tak peduli jika pun Wina kesal padanya, sebab kini lebih sering berkunjung ke sana. Yang terpenting bisa bertemu dengan Ayunda dan anaknya adalah hal yang membuatnya bahagia. "Ayunda pergi dengan teman-teman kantornya ke desa, tapi Tante juga lupa nama desanya. Katanya menginap di sana," terang Wina. David pun dibuat terkejut mendengar penjelasan Wina. Ayunda tak memberitahu jika dia akan perg
Sesuatu hal yang berbeda benar-benar terjadi, kali ini Ayunda tidak lagi sendiri ketika berusaha untuk menjadi yang terdepan untuk sang anak. Dia tahu kedua orang tuanya selalu membantunya, dia tak lupa itu. Namun, sesuatu yang terasa lain kini dia rasakan setelah menikah dengan David. Karena kini yang menjadi temanya pergi ke rumah sakit bukan lagi kedua orang tuanya. Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan sang anak bersama dengan David, sekaligus ayah dari anak tersebut. "Ayah," panggil Ken ketika David memarkirkan mobilnya. Ken seperti meminta ingin digendong oleh David. Berulangkali mencoba untuk berpindah ke pangkuan David dengan cara menarik-narik kemeja sang ayah yang tadinya mengemudikan mobil. David pun tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Sini sayang," kata David. Setelah itu keluar dari mobil sambil memeluk Ken, disusul oleh Ayunda. Sambil berjalan masuk Ayunda melihat wajah David yang menggendong sang anak dengan penuh cinta. Dia merasa K
"Kak," Ayunda pun membangunkan David yang masih terlelap tidur di sampingnya. Padahal hari sudah hampir siang tapi masih saja belum terjaga. Berulangkali Ayunda mencoba untuk membangunkan David tapi tak juga ada hasilnya. Justru suaminya itu semakin memelukmu dengan erat, seakan ingin kembali mengajaknya untuk tidur.Mereka bahkan belum sarapan pagi sama sekali. "Kak, bangun dong," kata Ayunda lagi berharap David segera bangun. "Untuk apa buru-buru bangun?" tanya David dengan suara parau sambil kembali menyelundupkan wajahnya pada tubuh bagian belakang Ayunda. Semetara tangannya melingkar pada pinggang istrinya tersebut. "Kak, kita harus pulang ke rumah," ucap Ayunda berharap David tak lagi membuang waktu dibawah selimut untuk bermalas-malasan. "Kok pulang? Kita di sini dulu, ayolah kita buat adik untuk Ken. Kalau sekarang namanya Kenzie, nanti lahir adiknya kita beri nama Kenzie, lucu kan?" "KAK!" geram Ayunda. "Apakah aku salah bicara?" David pun mulai mencari ke
Sunset di pantai terlihat sangat indah, Ayunda begitu bahagia karena dirinya bisa menikmati keindahan ini. Sebuah impian sejak dulu namun saat ini barulah semuanya tercapai. Dengan menunggang kuda di pinggir pantai bersama dengan David rasanya sangat membahagiakan. Inikah kebahagiaan? Kebahagiaan yang selama ini begitu dia nantikan, ternyata baru didapatkan setelah badai besar yang dia lalui. Liburan inipun tak disangka akan terjadi, semuanya tak direncanakan sama sekali. "Apa enaknya naik kuda?" tanya David yang duduk di belakang Ayunda. Pertanyaan David seperti merusak suasana hati Ayunda yang tengah menikmati keindahan alam. "Ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu, tidak dirasakan oleh orang aneh," sindirnya. "Maksudnya aku aneh?" "Lumayan." "Maksudnya lebih enak main kuda-kudaan dari pada naik kuda begini," kata David lagi yang sedang berusaha untuk menggoda Ayunda. "Apa sih, nggak jelas banget sih?" gerutu Ayunda dengan sangat kesal. "Memangn
Ayunda pun melompat dari atas ranjang demi menghindari David. Tapi ternyata David juga ikut turun dari ranjang. "Apaan sih?!" seru Ayunda. "Nggak papa," ejek David. "Ya udah, kalau gitu ngapain ngikutin aku turun?" "Emang kenapa?" "Aku nggak mau!" "Kalau akunya yang mau gimana dong?" "Apa sih?" Ayunda pun hendak pergi tapi David pun mengejarnya dan mengangkatnya hingga dilemparkan kembali ke atas ranjang. Namun, Ayunda berhasil menghindar saat David akan memeluknya. "Ahahahha," Ayunda tertawa bahagia karena merasa berhasil menghindari David. David yang kini menatapnya dengan tatapan kesal karena kecewa. Semakin melihat wajah kesal David semakin membuat Ayunda merasa bahagia, karena tentunya berhasil mengerjainya. Sesaat kemudian Ayunda pun mendorong David hingga terjatuh ke dalam kolam renang. Bur! "Ahahahha," Ayunda tak hentinya tertawa terbahak-bahak melihat David yang kali ini tercebur ke dalam kolam. Akan tetapi dia bingung karena David berteriak
Entah bagaimana caranya bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Setelah dua hari bersama David mendadak Ayunda merindukan tidur yang nyenyak. Sebab, kelelahan akibat malam panjang yang tak kunjung usai yang mereka lewati bersama. Percuma juga pijatan kemarin, karena hari ini tubuhnya kembali remuk tanpa ampun. Tapi bagaimana dengan perasaannya? Dia baru menyadari ternyata saat ini merasa lebih nyaman, berada didekat David seperti dilindungi. Namun, kali ini Ayunda yang dibuat diam karena perasaan tegang. Di pagi hari ini mereka menikmati keindahan alam dan juga mata hari pagi yang langsung menembus jendela kaca. Sambil berbaring di atas ranjang David memeluknya dari belakang. Seakan dia ingin menebus hari-hari yang telah terlewati selama ini. "Sayang, aku belum bisa lupa dengan apa yang dulu terjadi pada kita," ucap David tiba-tiba. Ayunda pun bingung mendengar ucapan David yang tak disangkanya. Tentunya masa lalu mereka terlalu banyak menyimpan kenangan penuh luka.
David pun melompat ke dalam kolam renang, dia mulai berenang dengan begitu indah. Tak lama berselang dia pun kembali muncul dipermukaan. Dada bidangnya terpampang nyata di depan mata, siapapun tak akan bisa berpaling. Dia mengenakan celana boxer yang memperlihatkan tubuhnya begitu profesional. Semakin basah semakin mengundang kehangatan yang luar biasa. Begitu juga dengan Ayunda yang sejak tadi hanya diam sambil menatapnya. "Sayang, kenapa hanya melihat saja?" tanya David yang kini berjalan menghampiri Ayunda. Tiba-tiba saja Ayunda merasa tegang karena celana David yang begitu menonjol. 'Belum hidup saja sudah begitu,' batin Ayunda dengan isi pikirannya yang kotor. "Kakak, kok pakek kolor doang sih?" tanya bingung. "Memangnya kenapa? Disini hanya ada kita berdua saja," jelas David tanpa beban sama sekali. "Ya, tapi nggak malu apa di depan Yunda?" "Kenapa harus malu, kamu ini ada-ada saja," David pun terkekeh geli melihat tingkah istrinya yang sangat lucu ini. "
Cup! Satu kecupan manis mendarat di pipi Ayunda membuatnya pun mulai terusik dari tidurnya. Seketika dia pun duduk sambil memegang selimut di bagian dadanya. Menyadari ternyata Bu Nuri sudah tidak berada di sana, justru yang ada David. Kapan Bu Nuri pergi? Kapan juga David kembali? "Kamu lagi nungguin aku ya," goda David sambil mengecup lengan bagian atas Ayunda yang terbuka. "Apa sih!" sinis Ayunda dengan perasaan tegang, "Bu Nuri kemana ya?" "Siapa dia?" David tampak bingung dengan pertanyaan Ayunda. "Yang, Kakak minta ke sini buat mijat Yunda." "Sepertinya sudah pergi sejak tadi." "Padahal Ayunda belum ngasih tipsnya," Ayunda pun sedikit kecewa karena dirinya yang ketiduran. "Kakak udah minta Bimo memberikan sepuluh juta," jawab David. "Banyak sekali," Ayunda dibuat syok setelah mengetahuinya. "Tidak masalah karena dia sudah membuat Ayunda ku tidak letih lagi." huuuufff. Kenapa jadi seperti ini? Ayunda benar-benar tegang dibuatnya seketika. "Kamu
Setelah selesai makan Ayunda pun merebahkan tubuhnya, tentu saja untuk pijatan yang telah dijanjikan oleh David. Ayunda benar-benar santai menikmati pijatan tangan David yang terasa pas. Tapi semakin lama dia merasa ada yang berbeda. Tapi apa lagi ya? Ayunda mencoba untuk mencari sesuatu yang berbeda itu. Berbeda dari sebelumnya. Benar. Tangan David mulai menjalar dengan sesukanya dan membuat Ayunda pun tidak nyaman. Dia pun segera bangkit kemudian menatap David dengan bingung. "Kenapa?" tanya David sebelum Ayunda yang bertanya. "Kok pijet nya gitu ya, Kak? Perasaan kemari itu nggak gitu deh." "Gitu gimana?" tanya David berpura-pura tidak mengerti. "Ya gitu," Ayunda sendiri tidak mengerti cara menjelaskan pada David. "Kamu ngomong apa, Kakak nggak ngerti, sini Kakak pijit biar nggak pegel lagi," David pun meraih tangan Ayunda agar kembali naik ke atas ranjang. Tapi Ayunda tampak ragu karena merasa tidak nyaman dengan pijatan David. Meskipun begitu dia tet
Akhirnya Ayunda terlelap tanpa makan tanpa mengenakan pakaian, tubuhnya hanya tertutup selimut saja hingga akhirnya mata hari pun mulai masuk melalui celah-celah jendela. Membuat tidur Ayunda pun terusik hingga perlahan kelopak matanya bergerak dan terbuka. Sambil merenggangkan otot-ototnya dia pun melihat ke arah samping. Ternyata David sedang menatapnya. "Pagi sayang," sapa David. Apa ini? Pagi-pagi sudah dibuat seperti melayang di udara. Perasaan macam apa ini? Ayunda bingung dan terus bertanya-tanya apakah yang terjadi padanya? "Cantiknya istri ku," kata David sambil menyentuh hidung mancung Ayunda. Huuuufff. Mendadak menegang, selain karena sentuhan David juga karena apa yang telah mereka lewati tadi malam. Akhirnya semuanya terjadi juga. Rasanya sangat luar biasa bercampur malu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.Meskipun diawali dengan sedikit ketegangan namun akhirnya berakhir dengan menghangatkan. "Yunda laper tau, Kak. Dari tadi malam nggak ma