"Maaf, Bos, tadi hanya orang tidak penting," ucap Ayunda setelah kembali ke ruangan. Kemudian dia pun meneguk mineral yang ada di atas mejanya, dia harus bisa menenangkan diri agar bisa tenang menghadapi pekerjaan hari ini. Sungguh bertemu dengan David membuat suasana hatinya menjadi sangat kacau. "Sepertinya kamu sangat kesal," tebak Yusuf. "Sedikit," kata Ayunda lagi. "Sedikit?" "Aku nggak tahu kenapa dia terus saja menggangu aku, dulu dia kemana aja?" ucap Ayunda penuh kekesalan. "Dia siapa?" "Ayah Kenzie," ucap Ayunda. "Ah, iya. Aku juga mau mengatakan padamu bahwa proyek Erwin telah digantikan oleh David. Aku dengar Erwin menjualnya pada David," terang Yusuf. "Menjual?" tanya Ayunda tak habis pikir. "Iya." "Menjual atau dia yang memaksa," gerutu Ayunda. Yusuf pun mengangkat kedua bahunya, dia juga tak mengerti. "Sehingga dari sini dan kedepannya kita akan terikat kerja sama dengan David, sampai proyek ini selesai, lagi pula jika proyek ini kita putuskan
Desa yang masih begitu asri, tempat dimana mereka akan memulai proyek untuk kemajuan desa tersebut. Sekaligus membuka lapangan pekerjaan, dimana penduduknya banyak yang merantau ke kota karena sulitnya mencari pekerjaan di sana. Ayunda sampai terkagum-kagum melihat desa tersebut. Terbiasa tinggal di kota membuatnya merasa nyaman dengan kondisi desa yang begitu asri ini. "Suaranya indah banget," kata Ayunda sambil membuka tangannya lebar-lebar menikmati udara segar yang berhembus. Kemudian dia pun menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskan secara perlahan. "Semua beban rasanya hilang," ucapnya lagi. "Iya, ini indahnya kebangetan," ucap Tere yang juga membenarkan. Perjalanan dari kota ke desa tersebut memakan waktu tempuh lebih kurang 7 jam, sehingga mereka pun tidak mungkin dalam satu hari pulang dan pergi. Apa lagi melihat pemandangan yang sangat indah ini. Tapi mereka sudah disediakan rumah oleh kepala desa tersebut untuk menginap selama satu malam ini.
Sedangkan David merasa khawatir karena sejak tadi Ayunda tidak bisa dihubungi. Bukankah Ayunda mengatakan untuk tidak menghubunginya selama 1 jam saja? Tapi ini apa? Sudah berjam-jam wanita tersebut tidak bisa dihubungi. David pun semakin merasa cemas, dan dia tidak bisa diam saja. Segera menuju rumah Ayunda dan bertepatan dengan Wina yang sedang menggendong Ken di teras. "Selamat sore, Tenta," sapa David. "Iya." David pun menatap wajah putranya yang sudah terlelap dalam gendongan Wina. Kemudian kembali menatap Wina. "Tante, Ayunda sudah pulang ke rumah ya?" tanyanya. Tak peduli jika pun Wina kesal padanya, sebab kini lebih sering berkunjung ke sana. Yang terpenting bisa bertemu dengan Ayunda dan anaknya adalah hal yang membuatnya bahagia. "Ayunda pergi dengan teman-teman kantornya ke desa, tapi Tante juga lupa nama desanya. Katanya menginap di sana," terang Wina. David pun dibuat terkejut mendengar penjelasan Wina. Ayunda tak memberitahu jika dia akan perg
"Sepertinya ini desanya, sesuai dengan alamat di sini, ini gambar rumah tempat Yunda menginap," kata Zidan sambil membandingkan sebuah gambar di ponselnya dan rumah sederhana di hadapannya yang dia dapatkan dari karyawan perusahaan Yusuf. Kemudian matanya pun melihat mobil David yang terparkir di samping mobilnya. "Si gila ini ternyata sudah tiba duluan," ucap Zidan. Zidan benar-benar menjaga adiknya, ibunya memang tidak begitu membenci David lagi. Tapi bukan berarti bisa diterima kembali seperti dulu, apa lagi jika David menjadi suami Ayunda. Tidak mungkin! Kemudian dia pun berjalan menuju teras, tapi saat itu sebuah pas bunga gantung jatuh di kepalanya. "Akh....." Zidan pun menatap ke bawah, tanahnya berserakan di lantai. Kemudian dia melihat ke atas, ternyata pengait pas bunga itu terlepas. Zidan pun merasa tidak nyaman saat ada tanah yang masuk ke dalam bajunya. Dia pun mencoba untuk menepuk-nepuk pundaknya. Sayangnya masih terasa tidak nyaman, saat itu Zid
"Baiklah, kebetulan di sini ada penghulu," kata Pak Kades. "Maaf, Pak tapi apa harus menikah?" tanya Tere memberanikan diri. "Jadi mau kamu bagaimana? Wanita kota bisanya mengotori desa orang!" seru seorang warga. "Pak, Bu, sebenarnya apa yang barusan terjadi hanya salah paham. Aku tidak tahu kalau ada dia di sana," kata Tere lagi. "Kau pikir aku mengintip mu begitu?!" sahut Zidan yang merasa disudutkan oleh Tere. Tere pun menggelengkan kepalanya dengan cepat karena tidak bermaksud demikian. "Nggak usah banyak omong, karena kami sudah melihatnya!" jawab warga. "Jangan-jangan mereka ingin mengatakan kalau kita bohong!" timpal warga lagi. "Bukan begitu, Pak, Bu. Maksudnya, kami punya keluarga, keluarga kami di kota. Apa tidak bisa tunggu sampai keluarga kami datang dulu?" tanya Ayunda. "Bilang saja kalian mau melarikan diri!" sahut seorang warga yang dibenarkan juga oleh warga lainnya. "Banyak bicara, ayo gantung saja mereka di pohon tanpa pakaian!" "Ayo!" "Tunggu
Sepanjang malam Tere tak bisa terlelap, dia masih menangis karena apa yang barusan menimpanya. "Tere, udah dong nangisnya. Aku jadi ikut sedih tau," kata Ayunda yang berbaring di sampingnya. Jika dulu Tere yang memeluknya, tapi kini sebaliknya. Ayunda memeluk sahabatnya itu penuh dengan kesedihan, dia ikut prihatin dengan kejadian itu. "Kenapa ya semuanya jadi begini?" tanyanya. "Aku juga bingung, tapi udah dong nangisnya. Lagian tadi cuma nikah siri aja, yang penting kamu nggak kena gantung," ucap Ayunda yang benar-benar ingin membuat Tere berhenti menangis. "Ya sih, tapi......" "Gampang, nanti pas kita udah balik kamu bisa minta diceraikan, satu kata cerai, sah," kata Ayunda lagi. Tere pun menatap wajah Ayunda, dia mencerna apa yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut. "Tapi aku jadi janda?" "Tidak ada yang tahu, lagi pula kamu juga nggak ngapa-ngapain sama Kak Zidan." "Aku tidak melakukan apa-apa, tapi mereka malah berpikir buruk." "Iya, aku tahu, kita berdua
David pun memeluk Ayunda dari belakang, dia mencium tengkuk leher Ayunda dengan begitu liarnya. Sedangkan tangannya mulai menjalar ke seluruh tubuh wanita itu. Tubuh Ayunda yang basah menampakkan lekuk tubuh yang indah. Kini tubuh Ayunda lebih berisi dari sebelumnya, membuat David semakin panas dingin jika bertemu begini. Dada wanita itu begitu besar dan penuh. David semakin menjadi-jadi karena tidak dapat mengendalikan diri. Lantas bagaimana dengan Ayunda? Ayunda pun tersenyum sambil menikmati pelukan hangat David. Tangan liar David membuat Ayunda melayang jauh di awan. Sesaat kemudian David pun melumat bibirnya dengan sangat rakus. Ayunda pun membalasnya dengan tidak kalah panas. Saat itu tangan David mulai menelusup masuk ke dalam dress Ayunda. Meremas gunung kembar yang selalu menentang jiwa kelelakiannya selama ini. Saat itu terdengar suara teriakan. "Ahhhhh!" Teriak itu membuyarkan lamunannya, David kecewa ternyata apa yang terjadi barusan hanya se
"Anak Bunda," seru Ayunda sambil menciumi seluruh wajah sang putra. Tidak bertemu sejak kemarin membuatnya menahan rindu yang begitu besar. Saat itu Ayunda memeluk sang anak dengan begitu erat. Berulangkali Ayunda mencium pipi mungil putranya, rasanya belum juga puas. "Yunda, apa benar Kakak kamu sudah menikah dengan Tere?" tanya Wina secara langsung. Dia sudah sangat penasaran hingga tak mampu lagi menahan rasa penasarannya. Saat itu Ayunda pun mulai menatap wajah sang Mama dengan serius. Artinya Zidan sudah menceritakan apa yang dia alami di desa. "Kak Zidan udah cerita?" tanya Ayunda kembali. "Iya, kemarin katanya dia menyusul kamu karena ingin melindungi kamu dari David. Tapi, ternyata sesampainya di sana terjadi insiden yang tak terduga, dia di paksa untuk menikah dengan Tere, pagi tadi Kakak mu pulang dengan wajah yang lelah dan Mama juga syok mendengarnya," terang Wina dengan panjang lebar. Wajah Wina juga penuh kekecewaan mengetahui bahwa anaknya menikah den
Sesuatu hal yang berbeda benar-benar terjadi, kali ini Ayunda tidak lagi sendiri ketika berusaha untuk menjadi yang terdepan untuk sang anak. Dia tahu kedua orang tuanya selalu membantunya, dia tak lupa itu. Namun, sesuatu yang terasa lain kini dia rasakan setelah menikah dengan David. Karena kini yang menjadi temanya pergi ke rumah sakit bukan lagi kedua orang tuanya. Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan sang anak bersama dengan David, sekaligus ayah dari anak tersebut. "Ayah," panggil Ken ketika David memarkirkan mobilnya. Ken seperti meminta ingin digendong oleh David. Berulangkali mencoba untuk berpindah ke pangkuan David dengan cara menarik-narik kemeja sang ayah yang tadinya mengemudikan mobil. David pun tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Sini sayang," kata David. Setelah itu keluar dari mobil sambil memeluk Ken, disusul oleh Ayunda. Sambil berjalan masuk Ayunda melihat wajah David yang menggendong sang anak dengan penuh cinta. Dia merasa K
"Kak," Ayunda pun membangunkan David yang masih terlelap tidur di sampingnya. Padahal hari sudah hampir siang tapi masih saja belum terjaga. Berulangkali Ayunda mencoba untuk membangunkan David tapi tak juga ada hasilnya. Justru suaminya itu semakin memelukmu dengan erat, seakan ingin kembali mengajaknya untuk tidur.Mereka bahkan belum sarapan pagi sama sekali. "Kak, bangun dong," kata Ayunda lagi berharap David segera bangun. "Untuk apa buru-buru bangun?" tanya David dengan suara parau sambil kembali menyelundupkan wajahnya pada tubuh bagian belakang Ayunda. Semetara tangannya melingkar pada pinggang istrinya tersebut. "Kak, kita harus pulang ke rumah," ucap Ayunda berharap David tak lagi membuang waktu dibawah selimut untuk bermalas-malasan. "Kok pulang? Kita di sini dulu, ayolah kita buat adik untuk Ken. Kalau sekarang namanya Kenzie, nanti lahir adiknya kita beri nama Kenzie, lucu kan?" "KAK!" geram Ayunda. "Apakah aku salah bicara?" David pun mulai mencari ke
Sunset di pantai terlihat sangat indah, Ayunda begitu bahagia karena dirinya bisa menikmati keindahan ini. Sebuah impian sejak dulu namun saat ini barulah semuanya tercapai. Dengan menunggang kuda di pinggir pantai bersama dengan David rasanya sangat membahagiakan. Inikah kebahagiaan? Kebahagiaan yang selama ini begitu dia nantikan, ternyata baru didapatkan setelah badai besar yang dia lalui. Liburan inipun tak disangka akan terjadi, semuanya tak direncanakan sama sekali. "Apa enaknya naik kuda?" tanya David yang duduk di belakang Ayunda. Pertanyaan David seperti merusak suasana hati Ayunda yang tengah menikmati keindahan alam. "Ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu, tidak dirasakan oleh orang aneh," sindirnya. "Maksudnya aku aneh?" "Lumayan." "Maksudnya lebih enak main kuda-kudaan dari pada naik kuda begini," kata David lagi yang sedang berusaha untuk menggoda Ayunda. "Apa sih, nggak jelas banget sih?" gerutu Ayunda dengan sangat kesal. "Memangn
Ayunda pun melompat dari atas ranjang demi menghindari David. Tapi ternyata David juga ikut turun dari ranjang. "Apaan sih?!" seru Ayunda. "Nggak papa," ejek David. "Ya udah, kalau gitu ngapain ngikutin aku turun?" "Emang kenapa?" "Aku nggak mau!" "Kalau akunya yang mau gimana dong?" "Apa sih?" Ayunda pun hendak pergi tapi David pun mengejarnya dan mengangkatnya hingga dilemparkan kembali ke atas ranjang. Namun, Ayunda berhasil menghindar saat David akan memeluknya. "Ahahahha," Ayunda tertawa bahagia karena merasa berhasil menghindari David. David yang kini menatapnya dengan tatapan kesal karena kecewa. Semakin melihat wajah kesal David semakin membuat Ayunda merasa bahagia, karena tentunya berhasil mengerjainya. Sesaat kemudian Ayunda pun mendorong David hingga terjatuh ke dalam kolam renang. Bur! "Ahahahha," Ayunda tak hentinya tertawa terbahak-bahak melihat David yang kali ini tercebur ke dalam kolam. Akan tetapi dia bingung karena David berteriak
Entah bagaimana caranya bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Setelah dua hari bersama David mendadak Ayunda merindukan tidur yang nyenyak. Sebab, kelelahan akibat malam panjang yang tak kunjung usai yang mereka lewati bersama. Percuma juga pijatan kemarin, karena hari ini tubuhnya kembali remuk tanpa ampun. Tapi bagaimana dengan perasaannya? Dia baru menyadari ternyata saat ini merasa lebih nyaman, berada didekat David seperti dilindungi. Namun, kali ini Ayunda yang dibuat diam karena perasaan tegang. Di pagi hari ini mereka menikmati keindahan alam dan juga mata hari pagi yang langsung menembus jendela kaca. Sambil berbaring di atas ranjang David memeluknya dari belakang. Seakan dia ingin menebus hari-hari yang telah terlewati selama ini. "Sayang, aku belum bisa lupa dengan apa yang dulu terjadi pada kita," ucap David tiba-tiba. Ayunda pun bingung mendengar ucapan David yang tak disangkanya. Tentunya masa lalu mereka terlalu banyak menyimpan kenangan penuh luka.
David pun melompat ke dalam kolam renang, dia mulai berenang dengan begitu indah. Tak lama berselang dia pun kembali muncul dipermukaan. Dada bidangnya terpampang nyata di depan mata, siapapun tak akan bisa berpaling. Dia mengenakan celana boxer yang memperlihatkan tubuhnya begitu profesional. Semakin basah semakin mengundang kehangatan yang luar biasa. Begitu juga dengan Ayunda yang sejak tadi hanya diam sambil menatapnya. "Sayang, kenapa hanya melihat saja?" tanya David yang kini berjalan menghampiri Ayunda. Tiba-tiba saja Ayunda merasa tegang karena celana David yang begitu menonjol. 'Belum hidup saja sudah begitu,' batin Ayunda dengan isi pikirannya yang kotor. "Kakak, kok pakek kolor doang sih?" tanya bingung. "Memangnya kenapa? Disini hanya ada kita berdua saja," jelas David tanpa beban sama sekali. "Ya, tapi nggak malu apa di depan Yunda?" "Kenapa harus malu, kamu ini ada-ada saja," David pun terkekeh geli melihat tingkah istrinya yang sangat lucu ini. "
Cup! Satu kecupan manis mendarat di pipi Ayunda membuatnya pun mulai terusik dari tidurnya. Seketika dia pun duduk sambil memegang selimut di bagian dadanya. Menyadari ternyata Bu Nuri sudah tidak berada di sana, justru yang ada David. Kapan Bu Nuri pergi? Kapan juga David kembali? "Kamu lagi nungguin aku ya," goda David sambil mengecup lengan bagian atas Ayunda yang terbuka. "Apa sih!" sinis Ayunda dengan perasaan tegang, "Bu Nuri kemana ya?" "Siapa dia?" David tampak bingung dengan pertanyaan Ayunda. "Yang, Kakak minta ke sini buat mijat Yunda." "Sepertinya sudah pergi sejak tadi." "Padahal Ayunda belum ngasih tipsnya," Ayunda pun sedikit kecewa karena dirinya yang ketiduran. "Kakak udah minta Bimo memberikan sepuluh juta," jawab David. "Banyak sekali," Ayunda dibuat syok setelah mengetahuinya. "Tidak masalah karena dia sudah membuat Ayunda ku tidak letih lagi." huuuufff. Kenapa jadi seperti ini? Ayunda benar-benar tegang dibuatnya seketika. "Kamu
Setelah selesai makan Ayunda pun merebahkan tubuhnya, tentu saja untuk pijatan yang telah dijanjikan oleh David. Ayunda benar-benar santai menikmati pijatan tangan David yang terasa pas. Tapi semakin lama dia merasa ada yang berbeda. Tapi apa lagi ya? Ayunda mencoba untuk mencari sesuatu yang berbeda itu. Berbeda dari sebelumnya. Benar. Tangan David mulai menjalar dengan sesukanya dan membuat Ayunda pun tidak nyaman. Dia pun segera bangkit kemudian menatap David dengan bingung. "Kenapa?" tanya David sebelum Ayunda yang bertanya. "Kok pijet nya gitu ya, Kak? Perasaan kemari itu nggak gitu deh." "Gitu gimana?" tanya David berpura-pura tidak mengerti. "Ya gitu," Ayunda sendiri tidak mengerti cara menjelaskan pada David. "Kamu ngomong apa, Kakak nggak ngerti, sini Kakak pijit biar nggak pegel lagi," David pun meraih tangan Ayunda agar kembali naik ke atas ranjang. Tapi Ayunda tampak ragu karena merasa tidak nyaman dengan pijatan David. Meskipun begitu dia tet
Akhirnya Ayunda terlelap tanpa makan tanpa mengenakan pakaian, tubuhnya hanya tertutup selimut saja hingga akhirnya mata hari pun mulai masuk melalui celah-celah jendela. Membuat tidur Ayunda pun terusik hingga perlahan kelopak matanya bergerak dan terbuka. Sambil merenggangkan otot-ototnya dia pun melihat ke arah samping. Ternyata David sedang menatapnya. "Pagi sayang," sapa David. Apa ini? Pagi-pagi sudah dibuat seperti melayang di udara. Perasaan macam apa ini? Ayunda bingung dan terus bertanya-tanya apakah yang terjadi padanya? "Cantiknya istri ku," kata David sambil menyentuh hidung mancung Ayunda. Huuuufff. Mendadak menegang, selain karena sentuhan David juga karena apa yang telah mereka lewati tadi malam. Akhirnya semuanya terjadi juga. Rasanya sangat luar biasa bercampur malu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.Meskipun diawali dengan sedikit ketegangan namun akhirnya berakhir dengan menghangatkan. "Yunda laper tau, Kak. Dari tadi malam nggak ma