Langit pagi ini begitu cerah, awan-awan menggumpal di langit yang bewarna biru, burung-burung melompat kesana kemari bernyanyi memberikan semangat untuk gadis yang sedang gundah gulana, duduk diatas ranjang tempat tidur, memandangi teras rumahnya melalu jendela kamar.
Tiara nampak kurang semangat ketika bangun pagi ini, padahal ini adalah hari pernikahannya, beberapa kali menghela nafas, memikirkan pernikahannya yang akan terjadi enam jam lagi kedepan. Dirinya akan segera mengucapkan janji sehidup semati dihadapan Tuhan dan para tamu undangan. "Tiara sayang...~" ujar Yanti, pagi ini menghampiri putrinya dengan mata berkaca-kaca. "Mama..~" seru Tiara dengan suara parau, ternyata ia sedang menangis. Yanti pun ikut meneteskan air mata. Nanti malam, putrinya tidak akan pulang ke rumah, ia akan tinggal di rumah suaminya mulai besok. "Jangan menangis Tiara sayang, ini hari pernikahanmu.., kita tidak akan berpisah lama nak, setelah kamu menikah, kita masih bisa bertemu sayang, kamu juga masih bisa berkunjung ke rumah ini." ujar sang bunda, sambil memeluk erat Tiara dan mengusap-usap kepalanya dengan lembut. "Hiks..hiks..huhuhu...mama." Tiara menangis tersedu-sedu. "Hapus air matamu, ayo cuci muka dulu, penata rias pengantin sudah datang, selesaikan acara pernikahanmu dengan baik." Perintah Yanti mengingatkan. "Iya ma.." Tiara mengangguk, dan berusaha menghentikan tangisannya. Bukan rasa takut yang sedang Tiara rasakan pagi ini, bukan juga rasa gugup menjalani malam pengantin. Tapi ia sedih karena tidak akan lagi tinggal di rumah sederhana ini, rumah yang penuh kehangatan dan kasih sayang dari kedua orangtuanya, itulah yang akan selalu Tiara rindukan saat tinggal di rumah suaminya nanti. Gedung pernikahan. Enam jam telah berlalu, kedua mempelai berdiri berhadapan-hadapan di depan altar. Mereka akan segera mengucapkan janji pernikahan. "Engkau Sagara Mahendra, apakah bersedia menerima Tiara Renata sebagai istrimu, tulang rusukmu, sampai maut memisahkan kalian." "Ya.. saya bersedia." ucap Sagara dengan lantang. "Engkau Tiara Renata apakah bersedia menerima Sagara Mahendra sebagai suamimu, kepala keluarga dan tetap setia padanya sampai maut memisahkan kalian." "Ya saya bersedia." jawab Tiara sambil tersenyum malu-malu, hatinya sedang berdebar-debar. Hari ini penampilan suaminya sangatlah tampan dan menawan. "Silahkan mencium istrimu..." ucap sang pemuka agama, mempersilakan kedua mempelai menunjukkan rasa kebahagiaan mereka di depan para tamu undangan. Tanpa ragu Sagara langsung mencondongkan tubuhnya, lalu mengecup bibir istrinya. . "Cups...~." . "Kyaa....~." Hati Tiara bergetar. Ciuman pertama mereka dilakukan diatas altar. Perasaan Tiara tidak lagi bersedih seperti saat ia bangun tidur tadi pagi. Saat sudah make up dan mengenakan gaun pengantin, suasana hatinya jadi berubah, tiba-tiba begitu merasa bahagia, mungkin ini yang namanya kebahagiaan dihari pernikahan. Walaupun ada rasa sedih karena harus berpisah dengan keluarga tercinta, namun ada bahagia yang meluap-luap karena sudah menemukan pasangan hidup. Setelah kedua mempelai mengucap janji, para tamu undangan langsung naik ke atas panggung memberikan selamat kepada kedua mempelai dan para orangtua mereka. "Tiara bestie...~ happy wedding." sapa Hana memberikan pelukan pada sahabatnya. "Thanks you Hana.." ujar Tiara dengan wajah yang memancarkan kebahagiaan. "Cie~ udah jadi istri kilat sekarang ye.." sapa Reny memeluk erat. "Hiks...Tiara~, kita bakalan kangen banget nih sama lu..." sapa Sonya memeluk erat Tiara. "Tenang bestie, kita pasti masih bisa ketemuan kumpul-kumpul kayak biasa kok~." ujar Tiara dengan riang gembira. "Pfftt..." Mendengar ungkapan itu, Sagara tidak bisa menahan tawa. Reny, Sonya, dan Hana. Ketiganya adalah teman baik Tiara sejak SMA hingga sekarang. "Congrats ya Tiara semoga pernikahan kalian bahagia." Rangga mantan Stella waktu SMA juga datang hadir di hari pernikahannya. "Terimakasih Rangga kamu sudah mau hadir." ujar Tiara, walaupun sudah mantan, tapi mereka masih berteman baik sampai sekarang. Sagara suami Tiara begitu tampan mempesona, ia selalu tersenyum ramah kepada siapa saja, kepada keluarga Tiara yang hadir dan juga kepada para teman-teman Tiara. Selama acara resepsi berlangsung, Tiara terus memandangi wajah tampan suaminya, ia merasa sangat amat beruntung bisa memiliki suami yang ganteng dan kaya raya, walaupun umur Sagara sudah 30 tahun, sepuluh tahun lebih tua darinya. . . "Gak nyangka deh si Tiara tiba-tiba bisa dapat suami sesempurna kayak gitu..." Hana merasa iri pada temannya. "Udah ganteng, tajir kaya melintir..., aku juga mau punya suami kayak gitu, gak perlu kerja urus rumah aja, hihihi~." Reny tertawa cekikikan. "Jujur gua kaget, mereka pacaran cuma 3 bulan langsung nikah, dulu Tiara pacaran sama Rangga setahun malah putus." celetuk Sonya. Rangga adalah mantan pacar Tiara saat masih SMA hingga lulus. Semuanya diawali dari pertemanan saat di kelas satu SMA. Namun Rangga baru meminta Tiara jadi pacarnya saat mereka duduk di kelas tiga SMA. Setelah menjalani masa berpacaran selama setahun. Ibu Rangga menyuruhnya putus, ia tidak suka pada keluarga Tiara yang sederhana, kedua orangtuanya hanya mengelola rumah makan kecil. Sedangkan Rangga telah mengambil kuliah kedokteran, ibunya merasa Tiara yang hanya lulusan SMA tidak pantas bersanding dengan Rangga yang akan menjadi seorang Dokter setelah lulus nanti. Sebuah kenangan yang menyakitkan, kedua sejoli yang saling mencintai harus dipisahkan karena status pendidikan. Kini Rangga hanya bisa menghela nafas panjang, saat melihat mantan kekasihnya bersanding dengan pria lain diatas pelaminan. "Semangat ya bro...." Bobby memberikan semangat pada Rangga yang sedang terlihat sedih. Bobby teman baik Rangga juga turut diundang oleh Tiara Walaupun Tiara dan Rangga sudah lama putus mereka tetap berhubungan baik sebagai seorang teman. "Kamu wanita yang sangat beruntung Tiara..." gumam Rangga lirih, ia menatap sendu pada wanita yang masih ia cintai sampai sekarang. Hari ini wanita itu begitu cantik, wajahnya berseri-seri bahagia, dalam balutan gaun pengantin yang mewah. Pesta pernikahan Tiara diadakan sangat megah ribuan tamu diundang, ditambah wajah suaminya yang begitu tampan dan murah senyum, kehidupan pernikahan Tiara pasti akan sangat sempurna. . . Pesta pernikahan telah usai, semua tamu telah pulang, sanak keluarga dari pihak Tiara pun sudah berpamitan kepada orangtua Tiara dan kedua mempelai. Grace sang ibu mertua amat baik hati, mengurus semua acara pernikahan yang megah ini, juga memesannya kamar hotel untuk orangtua Tiara dan keluarga yang datang dari luar kota. "Nak..., kalian bisa beristirahat sekarang, sisanya biar ibu yang urus." ujar Grace, menyuruh pengantin baru untuk segera naik ke kamar pengantin mereka. Sagara langsung menggandeng tangan Tiara, "Ayo Honey kita naik ke kamar pengantin kita." ujarnya dengan lembut. Wajah Tiara langsung merah padam, ia sudah tahu apa yang akan mereka lakukan di malam pengantin ini. "Aku ingat...!! aku masih ingat kok sama yang mama ajarkan kemarin malam." Disaat mereka berdua sedang menunggu lift turun, tiba-tiba seorang pria paruh baya beserta orang-orang yang berpakaian hitam di belakangnya, menghampiri mereka. Wajah pria asing itu mirip dengan Sagara. "Tega sekali kamu tidak mengundangku." pria itu terkekeh dan menatap sinis kepada Sagara. Sagara menoleh dan mengerutkan hening pada pria itu. "Halo ayah..., maaf tapi acara pernikahanku telah selesai." ujar Sagara dengan tatapan dingin. Tiara nampak kebingungan oleh kedatangan pria asing ini. Yang ia tahu ayah mertuanya bukanlah pria ini, namun Sagara memanggilnya dengan sebutan ayah. "Hmm..., mas dia siapa...?" Tiara coba bertanya. Sebelum menjawab Sagara menghela nafas panjang. "Maafkan aku Honey..., dia adalah ayah kandungku yang sebenarnya. Yang kemarin kamu temui sampai dengan bersanding dengan ibuku di panggung perkawinan, adalah ayah tiriku. Ibuku sudah lama bercerai dengan ayah kandungku." jawab Sagara dengan wajah yang terlihat sendu. Tiara sangat terkejut mengetahui fakta yang sebenarnya tentang situasi keluarga Sagara, namun ia tidak berani bertanya lebih lanjut. "Hei...., kalian jangan diam saja, anak muda jaman sekarang benar-benar tidak sopan, apa kalian tidak mau menyapaku yang jauh-jauh datang kesini." kekeh pria itu. Tiara menunduk takut, ayah mertua yang baru ia temui punya aura yang menakutkan, membuat bulu kuduk Tiara berdiri. Berbeda jauh dengan Fernando si ayah tiri Sagara, dia murah senyum dan sangat ramah. Bersambung.......Khusus pembaca (18+)...!!!...Dalam suasana malam yang sunyi, ditemani lampu ruangan yang remang-remang. Kedua insan yang baru dipersatukan dalam ikatan pernikahan, saling bercumbu diatas ranjang.Kedua mata mereka saling tertutup, tangan Sagara meraba-raba tubuh wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya. Ciumannya semakin menuntut dan memaksa, tubuh Tiara bergidik saat merasakan lidah suaminya menyelusup masuk menelusuri setiap ruang di rongga mulut Tiara. Dengan tidak sabar Sagara mengangkat tubuh istrinya keatas pangkuan, sambil masih beradu lidah. Perlahan-lahan ia menurunkan resleting gaun pengantin istrinya hingga jatuh meluncur ke pinggang. "Ah mas....!!" Tiara bergidik, saat kedua jemari besar itu, mulai meremas benda kenyal miliknya. Benar-benar pengalaman pertama bagi Tiara. Susana kamar di malam pengantin begitu mendukung. Saat memasuki kamar, Tiara melihat banyak kelopak mawar merah yang bertaburan di atas ranjang hingga ke karpet lantai, ditambahkan sepasang handu
Seminggu Kemudian. Tiara dan Sagara baru saja pulang dari bulan madu mereka di kota Paris. Kepulangan mereka di bandara sudah di sambut oleh supir pribadi Sagara. "Ada kejutan lagi untukmu honey..." bisiknya. Tiara mengulum senyum, tidak sabar ingin segera melihat kejutan apa lagi dari suaminya. Setelah menikah dengan Sagara, Tiara serasa sedang memasuki dunia baru. Tiba-tiba saja melihat banyak angka nol di tabungan miliknya. Belum lagi dibelikan banyak perhiasan, baju, sepatu, dan tas branded. benar-benar sebuah mimpi yang telah menjadi nyata, tidak pernah Tiara bayangkan hidupnya akan seindah mimpi. Setelah satu jam perjalanan. Mereka sampai di suatu bangunan rumah yang mewah dan megah. Tiara sungguh takjub melihatnya. "Ini istana apa rumah...!!" Pagar besi yang tinggi dan kokoh tiba-tiba otomatis terbuka begitu. Saat mobil melaju masuk ke dalam. Dua orang security gerbang memberikan hormat pada Sagara. Tiara langsung merasa takjub. Tidak membayangkan kalau suami
Tiara sungguh tidak menyangka, suaminya Sagara, yang ia kenal sebagai pria yang lembut dan penyayang. Telah tega bertindak kasar dan kejam terhadapnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Tiara di sakiti baik secara fisik dan mental. Ayah Tiara saja tidak pernah menarik rambut atau menampar pipi putri. Sangat miris, Tiara harus mengalami kdrt yang bertubi-tubi dari suami yang ia cintai. Laki-laki yang seharusnya menjadi tempat bersandar dan berlindung bagi Tiara.."Hikss....huhuhu...." isak tangis Tiara tidak kunjung berhenti, Alferd sudah berusaha mencegah tindakan brutal Sagara terhadap istrinya. Namun ia terlalu tua dan ringkih untuk melindungi seorang wanita.Entah ada masalah apa sehingga Sagara pulang dalam keadaan marah dan mengamuk. Tiara hanya bisa pasrah terduduk di lantai yang dingin. Tangan kanannya memegangi pipi yang merah. Rambut yang tadinya sudah ia tata dengan rapi dan baik untuk makan malam, malah ditarik dan dibuat menjadi berantakan. Tangan lebar yang biasa diguna
NI NU NI NU NI NU NI NU...!!Mobil ambulance melaju dengan kecepatan tinggi di jalan tol dalam kota Jakarta. Sirine ambulance terus dibunyikan sambil menerobos hujan deras di malam yang dingin."Hentikan pendarahannya dulu!" ucap seorang dokter pada petugas medis yang mendampinginya bertugas. Tiara terbaring tidak sadarkan diri. Alat pernapasan sudah di pasang untuk menyelamatkan nyawanya. Tapi darah segar terus keluar mengalir dari samping leher yang terluka cukup dalam karena tusukan benda tajam."Dia masih selamat, karena bukan organ dalam yang tertusuk, Tapi pendarahannya cukup banyak." celetuk dokter, terus berusaha menghentikan darah yang mengalir keluar dari leher Tiara.Tragedi berdarah telah terjadi saat makan malam, Tiara hendak menusukkan pisau tepat di tengah lehernya. Sagara menghardik, melompat menerjang tubuh sang istri hingga keduanya terjatuh di lantai yang dingin. Pisau itu memang tetap menusuk dan melukai leher Tiara. Namun bukan di tempat yang rawan...Disisi la
Tiga hari Tiara dirawat di rumah sakit, hingga kondisinya kian membaik. Selama masa pemulihan, Sagara terus mendampingi istrinya. Menjaga dan memperhatikan Tiara sepanjang waktu, namun kondisi mental Tiara belum benar-benar pulih sepenuhnya. Tiara sering kali melemparkan piring saat Sagara memberinya makan. Tiara menjadi seperti orang yang penuh ketakutan, jemarinya sering bergetar saat memegang alat makan. Setelah menjalani perawatan selama dua minggu, Sagara dan Tiara akhirnya menerima konseling pernikahan, keduanya sama-sama mulai memperbaiki Kembali hubungan suami istri yang sudah retak selama tiga bulan sebelumnya. Konseling terus dilakukan secara rutin, terutama untuk Sagara yang harus lebih bisa mengendalikan amarah dan pikiran negatif yang seringkali muncul dalam benaknya. Alfred memberikan kesempatan kedua pada Sagara. Ia sudah lama menganggap Sagara layaknya seperti anak kandung. Alfred menutup mulutnya rapat-rapat, jangan sampai nyonya besar Grace tahu soal masalah rumah
Kendaraan roda dua milik Yanti, sampai di persimpangan kios kecil yang menjual aneka bahan masakan. Kedatangan anak dan menantunya yang tiba-tiba, membuat Yanti keluar sore-sore, ingin menyiapkan hidangan spesial, terutama kepada menantunya yang seorang anak keluarga konglomerat. "Eh ada bu Yanti,,,,,tumben sore-sore keluar rumah buat belanja sayur." ujar salah satu emak-emak yang sudah lama menjadi tetangganya. "Halo bu Dian,,,, iya nih. Kebetulan anak sama mantu saya tiba-tiba datang ke rumah, jadi harus masak yang banyak deh." seru Yanti dengan wajah berseri-seri, ia sangat bersemangat mau menjamu menantunya dengan masakannya yang spesial. "Ooh ya,,,,,menantu konglomerat mu, mau bertamu ke gubuk kecilmu!!" Dian nampak tercengang. Kemudian menggoyangkan tangan kanannya, sembari memamerkan gelang dan cincin emas yang baru dibelikan suami. Yanti pun jadi mengerenyitkan dahi saat melihat gerakan tangan Bu Dian, 'Oh. ceritanya dia mau balas dendam gara-gara kemarin aku pakai ta
'Kukuruyukkkk!!'Pagi subuh telah tiba, suara ayam berkokok membuat Tiara terbangun dari tidurnya, suara ayam yang ia rindukan di suasana pagi-pagi buta. Rumah orangtuanya masih terletak di pinggiran kota Jakarta, suasananya masih asri, masih banyak pepohonan dan perkebunan. Rata-rata tetangganya memiliki pekarangan rumah yang cukup luas, jadi beberapa dari mereka memelihara ayam.Berbeda jauh dengan suasana istana milik suami, tiap pagi tidak ada suara ayam berkokok. Sebagai nyonya rumah pun, Tiara tidak tahu menahu siapa tetangganya. Bahkan melihat mereka saja tidak pernah.Sambil memikirkan itu semua, Tiara membuka perlahan kedua matanya, Samar-samar ia melihat langit-langit kamar tidur kediaman orangtuanya.Sebuah tangan tegas masih mengurungnya. Tiara mau bergerak kesamping namun tidak bisa. Sagara tidur sambil memeluknya. Maklum ukuran tempat tidur saat ini, setengah ranjang king size. Mau tidak mau harus tidur merapat dengan suaminya.Tiara menyingkirkan tangan Sagara. Satu kak
"Rangga! Kamu ngapain pergi kesana!" teriak Dian yang panik, segera mengejar anaknya yang tiba-tiba saja keluar dan berjalan cepat menuju kerumunan ibu-ibu."Aduh! Bahaya! Anak gua bisa jadi bahan gunjingan tetangga!" gumam Dian, namun tidak berani menyusul putranya..."Sudah ya tante, kami ijin pamit, mau beli sarapan." Tiara pamit, menggandeng tangan suaminya agar segera pergi dari kerumunan para ibu-ibu yang masih ingin berfoto ria."Tiara!"panggil Rangga dari kejauhan, berjalan menghampiri.Sagara langsung melirik ke arah pria muda yang baru saja datang."Rang, Rangga!" Tiara nampak terkejut melihat kedatangan Rangga.Spontan Sagara memicingkan matanya melihat kedatangan Rangga. Ia sangat yakin, pria ini pasti mantan pacar istrinya saat SMA. Wajahnya sama persis dengan album di foto milik istrinya.Dengan nafas tersengal , Rangga berhasil menahan sang mantan. "Ha...ha...halo...Tia." panggilan akrab yang dulu, Rangga berupaya mengatur nafasnya."Rangga, lama tidak jumpa." sapa T
Plak.."Hei! Jangan kurang aja kamu!" Tiara menepis kasar tangan yang mulai menggerayangi pahanya."Loh... Bukan kah ini yang kamu mau, makanya dari tadi terus menggodaku," pemuda itu menyeringai, membasahi bibirnya dengan lidah.Tiara pun menjadi ketakutan.Cepat-cepat ia beranjak dari sana lantaran tidak tahan lagi melihat tatapan kurang ajar dari pemuda brondong yang baru ia temui.Saat berjalan dalam keadaan sempoyongan Tiara malah menabrak seorang pria.Brukk..“Ah, ma-maaf, aku gak sengaja!” ucap Tiara, yang tak ingin orang yang ditabraknya itu marah. Namun, bukannya marah. Malah hal yang tak terduga pun dialami Tiara malam itu."Mas!!""Ti... Tiara!!""Hei nona, mana bisa kau pergi begitu saja!" sang pemuda brondong mengejar Tiara, dan langsung menahan lengan Tiara, dan hal itu membuatnya cukup kesal. Terlebih lagi, si pemuda brondong itu meneliti tubuhnya dengan tatapan kurang ajar nan mesum, membuat Tiara semakin risih.“Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!” pekik Tiara semba
"Ini kesempatan kita," ucap Reni sambil memakai lipstik nya."Siapa tahu salah satu dari brondong itu, bisa jadi suami masa depan kita." seru Hana, memakai bedak.Tiara tertawa. "Jangan terlalu berharap, mereka itu masih mahasiswa, umur mereka masih 4 tahun di bawah kita, kerja saja belum, uang jajan masih dari orangtua, mau kasih makan apa kalau menikah." cebik Tiara."Ciee, ehem... Yang sudah janda memang beda, tapi mereka itu anak-anak orang kaya loh..." kekeh Reny."Aku sudah tidak peduli, mantan suamiku yang pertama juga anak konglomerat," seru Tiara."Sudahlah Beb... Jangan terlalu serius malam, ini kita senang-senang saja sama mereka, jangan pikirkan lagi soal dua mantan suamimu yang s*alan itu, lebih baik main-main sama brondong, say..." Hana menepuk pundak Tiara."Yahh... Kalian berdua benar, aku butuh hiburan bukan kepastian." ucap Tiara bercanda."Yuk gas, kita taklukkan para brondong itu malam ini." ucap Reny dengan semangat menggebu-gebu.Ketiganya keluar dari toilet dan
"Mas, Aku mau membatalkan pernikahan kedua kita, tolong jangan paksa aku."Kata-kata Tiara seperti petir yang menyambar jiwa Sahara, membuat dirinya terdiam. Apalagi saat Tiara bercerita soal Linda.Wajahnya langsung pucat pasi. Semua kebohongan yang selama ini ia bangun kini terungkap begitu saja. Tiara tahu. Tiara sudah tahu segalanya."Mas, kenapa?" suara Tiara pecah. "Kenapa kamu tega menyembunyikan hal ini dariku? Kenapa kau tidak mau jujur soal hubunganmu dengan Linda!!"Sagara jadi diliputi rasa bersalah. Ia ingin berkata sesuatu, namun kata-kata itu terasa terjebak di tenggorokannya."Honey, aku... aku tidak tahu harus bagaimana. Kalau aku cerita soal Linda, kamu pasti tidak mau rujuk sama aku, aku juga takut kamu akan membenciku. Yang aku inginkan sejak dulu hidup bersama denganmu dan Satria, anak kita!""Jangan jadikan Satria sebagai alasan!!" pekik Tiara."Jadi, kamu pikir menyembunyikan semuanya adalah pilihan yang bijak? Aku bahkan tidak tahu kalau Mas melamar Linda lebih
Keesokan harinya.Ting tong...Ting tong...Seseorang memencet bel berkali-kali, Yanti yang baru bangun langsung membuka pintu rumahnya."Mama!!" teriak Tiara, sorot matanya berkaca-kaca."Tiara... Loh tumben kamu pulang, Nak?" Yanti tercengang tiba-tiba melihat kedatangan putrinya dan cucunya, ia juga melihat ada tiga koper yang dibawa oleh Tiara."Hiks... Huhuhuhu, Tiara pulang Ma." rengek Tiara memeluk erat ibunya, air matanya mengalir deras membasahi daster yang Yanti sedang kenakan.Tiara duduk terdiam di ruang tamu rumah orang tuanya, matanya masih sembab dan wajahnya pucat. Di hadapannya, ada ibu dan ayahnya yang sedang saling melirik dengan perasaan khawatir.Mereka sudah bisa menebak ada yang tidak beres ketika Tiara tiba-tiba pulang lebih awal dari rencananya, yang katanya sedang mempersiapkan pernikahan dengan Sagara."Mama, Papa… Maafkan Tiara, Tiara memang sangat bodoh." suara Tiara terhenti, napasnya tersendat. "Tiara... Tidak tahu harus cerita mulai dari mana."Yanti su
Tiara baru saja terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Udara pagi yang sejuk dan sinar matahari yang menyelinap melalui tirai jendela memberikan suasana yang menenangkan.Setelah mandi dan bersiap, ia berjalan ke ruang makan, di mana anaknya sudah duduk sarapan ditemani pengasuhan. Satria menggerakkan sendok kecilnya dengan semangat, meski tidak semuanya sampai ke mulutnya.Tiara tersenyum melihat tingkah lucu anaknya yang selalu ceria di pagi hari. "Selamat pagi, Laras," sapa Tiara kepada pengasuh anaknya."Selamat pagi Nyonya..." seru Laras."Agii, Mama," sapa Satria, tersenyum lebar melihat ibunya. Tiara pun tersenyum lalu mencium kening Satria.Tiara duduk di sebelah anaknya dan mulai menyiapkan sarapan sederhana, diatas meja sudah tersedia roti panggang dengan selai kacang, juga segelas susu hangat."Apa semalam tuan tidak pulang, nyonya?" tanya Laras.Tiara menatapnya bingung. Pengasuh itu memang selalu sangat peduli dengan keadaan majikannya, lantaran sudah lama bekerja dengan G
Sagara memandang langit senja dengan tatapan kosong. Angin sore menyentuh wajahnya, tapi tak cukup kuat untuk mengusir kegelisahan yang menghantui."Linda masuk rumah sakit, Sagara. Percobaan bunuh diri." ia menerima kabar mencengangkan ini dari paman Alfred.Berita itu seperti sambaran petir bagi jiwanya, akhirnya ia memutuskan untuk menemui Linda, mantan wanitanya yang pernah ia lamar.Tentu saja hatinya kembali merasa terhukum dan menyesal, lantaran tega menghancurkan perasaan seseorang wanita yang amat mencintai dirinya.Begitu sampai di rumahnya sendiri, Sagara berlari secepat mungkin, langkahnya ringan meski perasaan di dalam dadanya berat.Pintu kamar terbuka perlahan, dan di sana, di atas ranjang, Sagara melihat Linda terbaring. Matanya terpejam, wajahnya pucat, namun bibirnya tersenyum tipis saat melihat Sagara memasuki ruangan."Linda..." suara Sagara serak, hampir tidak keluar.Mendengar suara Sagara, Linda membuka mata perlahan. "Sayang..., akhirnya kamu datang," gumamnya
Disebuah cafe yang tidak jauh dari rumah orangtua Tiara dan Yunus.Tiara duduk di sebuah meja kecil di sudut cafe, ditemani oleh adiknya, Yunus. Suasana cafe siang ini cukup ramai dengan musik lembut dan aroma kopi yang menyebar memenuhi udara."Yun, sudah lama ya kita gak duduk berdua seperti ini, terakhir kali mungkin dulu sebelum kakak menikah." ucap Tiara dengan suara pelan, memecah keheningan di antara mereka.Yunus mengangguk, matanya menatap cangkir kopi di tangannya. "Iya, Kak. Aku ingat. Sejak kakak menikah, kita jadi jauh gini, ya?" ucap Yunus lirih.Tiara menghela napas panjang. "Aku juga bingung, Yun. Dua pernikahan kakak penuh masalah, kamu sebagai adikku satu-satunya jadi terabaikan, maafkan kakak ya." ucap Tiara lalu menggenggam tangan adiknya.Yunus tersenyum lembut, meletakkan cangkir kopinya di atas meja. "Nggak! Kakak gak salah apa-apa sama Yunus, justru Yunus mau minta maaf gak pernah bisa bantu apa-apa kalau kakak sedang dalam masalah, padahal dari dulu aku suka s
Di hari Pernikahan Rangga dan Sonya.Tiara duduk dengan hati yang berdebar di ruang tamu rumah orang tuanya. Suasana siang ini terasa lebih sepi dari biasanya. Di hadapannya, sang ibu dan ayah duduk dengan wajah yang serius, seakan sudah bisa menebak apa yang akan Tiara katakan.Tiara menarik napas panjang. Ia sudah menyiapkan kata-kata, tapi tak ada satu pun yang bisa mengungkapkan perasaan yang kini sedang mengguncang hatinya. Ia ingin mengatakan semuanya dengan baik, tetapi rasanya tak ada kata yang cukup untuk menjelaskan keputusan besar yang hendak ia ambil."Mama, Papa... Tiara ingin minta restu," ucapnya dengan suara pelan, mencoba menguasai diri."Restu? Restu menikah?" tanya Yanti, masih tampak bingung.Tiara mengangguk sejenak, berusaha mencari kekuatan dalam dirinya. "Tiara ingin menikah lagi dengan Mas Sagara, ayah kandung Satria!" jawabnya dengan perlahan.Tiba-tiba ruangan itu terasa hening. Theo dan Yanti saling bertukar pandang. Sagara, mantan suami Tiara. Pria yang du
"Hahaha, lucu sekali anak ini." tawa ceria Rangga saat melihat status Instagram mantan istrinya.Rangga sedang duduk santai di sofa, ia menatap layar ponselnya membuka sosmed. Tak sengaja, ia menemukan sebuah video di Instagram milik Tiara. Biasanya, ia tak terlalu tertarik dengan unggahan-unggahan di media sosial, tetapi kali ini entah mengapa ia merasa ada yang berbeda.Video itu menunjukkan Satria si balita gembul itu sedang asik membuat bola-bola salju, lalu ada video pasukan pinguin juga Satria yang bertepuk tangan dengan mata membulat tanpa berkedip, video-video ini membuat hati Rangga semakin dihancurkan oleh rasa rindu.Setelah resmi berpisah, Rangga terpaksa membereskan barang-barangnya lamanya, sebelum menyimpan di dalam gudang, Rangga mulai membuka album foto lamannya.Rangga melihat kembali foto-foto saat Satria itu baru saja lahir, juga dirinya yang selalu merawat dan menyayangi layaknya anak kandung, kini tidak ada lagi istilah ayah angkat, toh salahnya telah tega mengab