Khusus pembaca (18+)...!!!
. . . Dalam suasana malam yang sunyi, ditemani lampu ruangan yang remang-remang. Kedua insan yang baru dipersatukan dalam ikatan pernikahan, saling bercumbu diatas ranjang. Kedua mata mereka saling tertutup, tangan Sagara meraba-raba tubuh wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya. Ciumannya semakin menuntut dan memaksa, tubuh Tiara bergidik saat merasakan lidah suaminya menyelusup masuk menelusuri setiap ruang di rongga mulut Tiara. Dengan tidak sabar Sagara mengangkat tubuh istrinya keatas pangkuan, sambil masih beradu lidah. Perlahan-lahan ia menurunkan resleting gaun pengantin istrinya hingga jatuh meluncur ke pinggang. "Ah mas....!!" Tiara bergidik, saat kedua jemari besar itu, mulai meremas benda kenyal miliknya. Benar-benar pengalaman pertama bagi Tiara. Susana kamar di malam pengantin begitu mendukung. Saat memasuki kamar, Tiara melihat banyak kelopak mawar merah yang bertaburan di atas ranjang hingga ke karpet lantai, ditambahkan sepasang handuk berbentuk angsa. Lalu tersedia juga sebotol minuman dengan dua gelas kristal dan kartu ucapan "Happy Wedding". Namun sang suami tidak memberikan waktu untuknya membasuh diri. Sagara langsung menjatuhkan tubuh Tiara ke atas ranjang king size. dan menghujaninya dengan banyak ciuman dan belaian. "Aku tidak sabar ingin aku memilikimu seutuhnya malam ini..." ucap Sagara, dari wajahnya terlihat jelas, ia sedang dikuasai kabut gairah. Mendengar permintaan Sagara dengan wajah mupeng, Tiara tersipu malu dan merasa deg-degan. Sebagai istri ia harus siap memberikan tubuhnya malam ini. Namun hatinya terus berdebar tidak karuan, ia merasa sangat gugup, dadanya terasa amat panas, nafasnya pun kian memburu. Tiara mencoba memantapkan hatinya. Dengan perasaan terpaksa Tiara mengangguk pelan, mau tidak mau ia harus siap melayani sang suami di malam pengantin ini. . . . Sagara menarik paksa gaun pengantin sang istri, hingga menyisakan kain berbentuk segitiga diantara pa ha cantik putih dan mulus itu. Sungguh pemandangan yang indah bagi Sagara. Selama empat bulan masa berpacaran, Sagara terus menahan diri agar tidak menyentuh sesuatu yang belum sah menjadi miliknya. Namun kini tidak ada lagi penghalang bagi Sagara, karena Tiara akan menjadi miliknya seorang. Sambil memandangi tubuh indah sang istri yang berbaring polos diatas ranjang. Sagara mulai membuka seluruh pakaian yang ia kenakan. "Astaga....!!" mata Tiara terbelalak, untuk pertama kalinya ia melihat langsung benda perkasa seorang pria. Spontan Tiara langsung menutup mata, tidak berani memandang milik suaminya terus "Oow mirip terong..., sebesar itu apa bisa masuk...!!" batinnya saat melihat benda asing. "Gak perlu kaget gitu..., Kamu juga bisa menikmatinya..." kekeh Sagara, sikap malu-malu istrinya begitu menggemaskan. Perlahan Sagara naik ke atas ranjang dan berbaring disamping istrinya. Manik mata menyelusuri tubuh indah istrinya lebih dekat. Wajahnya pun terasa panas, saat memandangi tubuh bagian bawah istrinya yang masih tertutup kain segitiga. Ia pun segera meraih kain itu dan menariknya. "Eh...!! Mas..tung tunggu ah...!!" Tiara panik. Namun Sagara tidak peduli, ia membuka paksa, malam ini nafsu birahi sudah menguasai hati dan pikiran Sagara. Dengan rakus ia meng u lum pucuk kembar berwarna pink itu secara bergantian. "Aahh..!! Uugghh...!!" e r an g Tiara saat menahannya rasa geli yang luar biasa dari sentuhan lidah yang bertubi-tubi bergerak nakal di pucuk bukit miliknya. Suara rintihan Tiara, semakin membuat Sagara bergairah. Hingga ciumannya mulai meluncur ke bawah sana. "Mas... jangan....!!" rintih Tiara, ia merasa sangat malu saat melihat wajah suaminya berada dekat dibawah sana. "Sudah kamu diam saja, aku mau lihat...!!" Sagara memaksa, ia menyibakkan kedua kaki istrinya. Tiara langsung memejamkan kedua mata. Hatinya sangat gugup, baru kali ini seumur hidupnya ia merasa benar-benar ketakutan. Mata Sagara langsung membulat, saat pertama kali melihat jelas daerah terlarang milik seorang wanita. Ia tidak bisa berpaling dari bibir keindahan itu, beberapa kali ia menelan kasar salivanya. "Aduh aku malu...~." Tiara merengek, tidak sanggup melihat ekspresi wajah suami yang sedang memandangi bagian bawah sana. . . . "Aahh...!!" tubuh Tiara menggelinjang saat sentuhan hangat dan basah menyapu area miliknya. Perlahan kepalanya menunduk, lalu dengan jelas ia melihat kepala suaminya yang sedang berada diantara kakinya. "Uugghh..!! Katanya mau liat, kenapa.....Malah nyosor...Sih...!!" teriakan hati. Tidak ada rasa jijik saat Sagara mencium area terlarang ini, ia terus saja asik memainkan lidahnya disitu, walaupun makin lama terasa sangat basah, namun Sagara masih tidak ingin berhenti. "Hmmp..!!" Tiara menutup mulutnya, dari tadi ia terus mengeluarkan suara rintihan yang amat keras, sampai merasa malu sendiri. Dirinya ingin sekali pipis, rasa geli di sekujur tubuhnya tidak bisa ditahan lagi. "Aahh....udah....a...aku ...mau ...pipis....!!" rintih Tiara memohon agar suaminya berhenti menciumi bagian itu. Sagara tidak peduli, terus saja ia menahan kaki istrinya dan makin mempercepat gerakan lidahnya. Semburan hangat pun keluar dari bawah situ. Sagara tersenyum puas, istrinya sudah mengalami pelepasan, kini tubuh Tiara sudah relaks. "Huf....huf...huf...huf..." Nafas Tiara tersengal, seluruh tubuhnya bergetar nikmat karena sensasi baru ini, padahal awalnya begitu merasa ketakutan, tapi malah kepingin lagi.... "Mas itu apa....??" tanya Tiara dengan nafas tersengal. "Ini pengaman...~, biar kamu gak cepat hamil..." ujar Sagara santai, sambil merobek bungkusan kecil. "Ooh..., Kukira itu permen..." ujar Tiara yang polos. "Pfftt..." Sagara tertawa geli mendengarnya, benda ini saja istrinya gak tau. "Uh.., jangan meledekku gitu..." Tiara merasa malu. Ia cemberut, lalu berbalik membelakangi suaminya, hatinya sedang merasa gugup karena sebentar lagi benda perkasa itu akan masuk kedalam intinya. "Hei..., menghadap kesini dong..." Sagara membalikan kembali tubuh Tiara agar menghadapnya, lalu ia memeluknya dengan erat dan mencium kening sang istri. Kini wajah mereka sangat dekat, nafas Tiara kian memburu. Tubuh mereka saling menempel tanpa jeda. Tiara bisa merasakan benda keras dibawah sana, hatinya makin berdebar-debar, karena belum paham sepenuhnya, bagaimana bisa benda besar itu, memasuki intinya. "Kamu takut...??" tanya Sagara, ia melihat kegugupan di wajah Tiara. Tiara mengangguk pelan. "Relaks honey..., Aku akan melakukannya perlahan, anggap saja seperti digigit semut..." Sagara terkekeh. "Uh.... Kamu jangan bohong, pasti rasanya lebih sakit dari itu..." Tiara memukul pelan dada polos suaminya. "Hehe..., Pokoknya habis merasakan sakit, kamu baru akan merasakan nikmatnya~." Sagara menyeringai, istrinya yang masih perawan, sungguh menggemaskan. Perlahan ujung jari Sagara mengangkat dagu Tiara, lalu melumat bibir ranum itu. "Hmm...~." Tiara menikmati ciuman lembut, lalu ia mengalungkan kedua lengan di pundak Sagara. Secara perlahan ciuman Sagara, turun ke gunung indah milik istri, Tiara melenguh nikmat. Dirasa sang istri sudah relaks Sagara mulai mencoba masuk. Mata Tiara langsung terbelalak, menatap langit-langit kamar hotel, terasa ada besar dan besar yang sedang menerobos intinya. "Ooh...~." d e sa h Sagara mencoba berkonsentrasi untuk masuk. "Mas...!! hiks...huhuhu...sakit...!!!" isak tangis Tiara, ia mencoba melawan, kedua tangannya berusaha mendorong tubuh suaminya, namun percuma. Sagara tidak peduli ia terus memaksa masuk. Tiara semakin menjerit, tidak kuat menahan rasa sakit dan perih itu, kedua tangannya meremas kencang seprei ranjang, lalu ada sesuatu yang robek didalam tubuhnya. "BLE SSS..." "Aahkkk....~." d e sa h Sagara, kini benda miliknya sudah berhasil masuk ke dalam gawang. Kepala Tiara mengadah ke langit-langit kamar, seperti ada benda besar yang mengganjal. Penyatuan yang menyakitkan ini membuat air matanya tidak berhenti menetes, sampai membasahi ranjang. "Maaf honey...~." lirih Sagara, mengecup kening Tiara, lalu perlahan-lahan Sagara mulai menggerakkan pinggulnya, sambil memeluk erat tubuh istrinya, dalam sekejap sensasi yang luar biasa pun tercipta diantara mereka, tiba-tiba ada perasaan yang membahagiakan yang tak akan pernah Sagara lupakan saat bisa bersatu dengan istrinya. "Aah..ah..ah..ah...nngh~." Tiara men g e ra ng keras, ada rasa sakit yang bercampur nikmat dibawah sana, sensasi yang sama sekali belum pernah ia rasakan. Semakin cepat suaminya bergerak rasanya jadi semakin basah. Lama-lama rasa sakit dan nyeri seperti yang di awal, hilang begitu saja. "Ooh...~." Lenguh Sagara saat mencapai klimaksnya. "Hmmm....!!" Seluruh tubuh Tiara bergidik, saat merasakan semburan hangat didalam sana. "Huf....huf....huf...huf...." Sagara langsung ambruk, berbaring diatas tubuh sang istri, deru nafasnya tersengal-sengal di telinga Tiara. Sambil berbaring Sagara tersenyum puas, tidak ada rasa penyesalan sama sekali. Walaupun pernah berpacaran dengan beberapa wanita, namun ini pengalaman pertama bagi Sagara. Ia memberikan keperjakaannya kepada sang istri. Wanita yang ia cintai dan juga sudah sah menjadi istrinya. Walaupun pergulatan mereka telah usai, air mata Tiara terus mengalir deras. Lalu ujung jemari Sagara mengusap lembut cairan bening itu. Mata birunya menatap lekat wajah manis sang istri, lalu berkata... "I love you Tiara...~." lirih Sagara, keringatnya masih bercucuran membasahi rambut dan wajahnya. Hati Tiara berbunga-bunga, habis memberikan keperawanannya. Dirinya disuguhi kata-kata cinta. "I love you too..mas...~" lirih Tiara dengan, dengan senyum mengembang. Bersambung.......Seminggu Kemudian. Tiara dan Sagara baru saja pulang dari bulan madu mereka di kota Paris. Kepulangan mereka di bandara sudah di sambut oleh supir pribadi Sagara. "Ada kejutan lagi untukmu honey..." bisiknya. Tiara mengulum senyum, tidak sabar ingin segera melihat kejutan apa lagi dari suaminya. Setelah menikah dengan Sagara, Tiara serasa sedang memasuki dunia baru. Tiba-tiba saja melihat banyak angka nol di tabungan miliknya. Belum lagi dibelikan banyak perhiasan, baju, sepatu, dan tas branded. benar-benar sebuah mimpi yang telah menjadi nyata, tidak pernah Tiara bayangkan hidupnya akan seindah mimpi. Setelah satu jam perjalanan. Mereka sampai di suatu bangunan rumah yang mewah dan megah. Tiara sungguh takjub melihatnya. "Ini istana apa rumah...!!" Pagar besi yang tinggi dan kokoh tiba-tiba otomatis terbuka begitu. Saat mobil melaju masuk ke dalam. Dua orang security gerbang memberikan hormat pada Sagara. Tiara langsung merasa takjub. Tidak membayangkan kalau suami
Tiara sungguh tidak menyangka, suaminya Sagara, yang ia kenal sebagai pria yang lembut dan penyayang. Telah tega bertindak kasar dan kejam terhadapnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Tiara di sakiti baik secara fisik dan mental. Ayah Tiara saja tidak pernah menarik rambut atau menampar pipi putri. Sangat miris, Tiara harus mengalami kdrt yang bertubi-tubi dari suami yang ia cintai. Laki-laki yang seharusnya menjadi tempat bersandar dan berlindung bagi Tiara.."Hikss....huhuhu...." isak tangis Tiara tidak kunjung berhenti, Alferd sudah berusaha mencegah tindakan brutal Sagara terhadap istrinya. Namun ia terlalu tua dan ringkih untuk melindungi seorang wanita.Entah ada masalah apa sehingga Sagara pulang dalam keadaan marah dan mengamuk. Tiara hanya bisa pasrah terduduk di lantai yang dingin. Tangan kanannya memegangi pipi yang merah. Rambut yang tadinya sudah ia tata dengan rapi dan baik untuk makan malam, malah ditarik dan dibuat menjadi berantakan. Tangan lebar yang biasa diguna
NI NU NI NU NI NU NI NU...!!Mobil ambulance melaju dengan kecepatan tinggi di jalan tol dalam kota Jakarta. Sirine ambulance terus dibunyikan sambil menerobos hujan deras di malam yang dingin."Hentikan pendarahannya dulu!" ucap seorang dokter pada petugas medis yang mendampinginya bertugas. Tiara terbaring tidak sadarkan diri. Alat pernapasan sudah di pasang untuk menyelamatkan nyawanya. Tapi darah segar terus keluar mengalir dari samping leher yang terluka cukup dalam karena tusukan benda tajam."Dia masih selamat, karena bukan organ dalam yang tertusuk, Tapi pendarahannya cukup banyak." celetuk dokter, terus berusaha menghentikan darah yang mengalir keluar dari leher Tiara.Tragedi berdarah telah terjadi saat makan malam, Tiara hendak menusukkan pisau tepat di tengah lehernya. Sagara menghardik, melompat menerjang tubuh sang istri hingga keduanya terjatuh di lantai yang dingin. Pisau itu memang tetap menusuk dan melukai leher Tiara. Namun bukan di tempat yang rawan...Disisi la
Tiga hari Tiara dirawat di rumah sakit, hingga kondisinya kian membaik. Selama masa pemulihan, Sagara terus mendampingi istrinya. Menjaga dan memperhatikan Tiara sepanjang waktu, namun kondisi mental Tiara belum benar-benar pulih sepenuhnya. Tiara sering kali melemparkan piring saat Sagara memberinya makan. Tiara menjadi seperti orang yang penuh ketakutan, jemarinya sering bergetar saat memegang alat makan. Setelah menjalani perawatan selama dua minggu, Sagara dan Tiara akhirnya menerima konseling pernikahan, keduanya sama-sama mulai memperbaiki Kembali hubungan suami istri yang sudah retak selama tiga bulan sebelumnya. Konseling terus dilakukan secara rutin, terutama untuk Sagara yang harus lebih bisa mengendalikan amarah dan pikiran negatif yang seringkali muncul dalam benaknya. Alfred memberikan kesempatan kedua pada Sagara. Ia sudah lama menganggap Sagara layaknya seperti anak kandung. Alfred menutup mulutnya rapat-rapat, jangan sampai nyonya besar Grace tahu soal masalah rumah
Kendaraan roda dua milik Yanti, sampai di persimpangan kios kecil yang menjual aneka bahan masakan. Kedatangan anak dan menantunya yang tiba-tiba, membuat Yanti keluar sore-sore, ingin menyiapkan hidangan spesial, terutama kepada menantunya yang seorang anak keluarga konglomerat. "Eh ada bu Yanti,,,,,tumben sore-sore keluar rumah buat belanja sayur." ujar salah satu emak-emak yang sudah lama menjadi tetangganya. "Halo bu Dian,,,, iya nih. Kebetulan anak sama mantu saya tiba-tiba datang ke rumah, jadi harus masak yang banyak deh." seru Yanti dengan wajah berseri-seri, ia sangat bersemangat mau menjamu menantunya dengan masakannya yang spesial. "Ooh ya,,,,,menantu konglomerat mu, mau bertamu ke gubuk kecilmu!!" Dian nampak tercengang. Kemudian menggoyangkan tangan kanannya, sembari memamerkan gelang dan cincin emas yang baru dibelikan suami. Yanti pun jadi mengerenyitkan dahi saat melihat gerakan tangan Bu Dian, 'Oh. ceritanya dia mau balas dendam gara-gara kemarin aku pakai ta
'Kukuruyukkkk!!'Pagi subuh telah tiba, suara ayam berkokok membuat Tiara terbangun dari tidurnya, suara ayam yang ia rindukan di suasana pagi-pagi buta. Rumah orangtuanya masih terletak di pinggiran kota Jakarta, suasananya masih asri, masih banyak pepohonan dan perkebunan. Rata-rata tetangganya memiliki pekarangan rumah yang cukup luas, jadi beberapa dari mereka memelihara ayam.Berbeda jauh dengan suasana istana milik suami, tiap pagi tidak ada suara ayam berkokok. Sebagai nyonya rumah pun, Tiara tidak tahu menahu siapa tetangganya. Bahkan melihat mereka saja tidak pernah.Sambil memikirkan itu semua, Tiara membuka perlahan kedua matanya, Samar-samar ia melihat langit-langit kamar tidur kediaman orangtuanya.Sebuah tangan tegas masih mengurungnya. Tiara mau bergerak kesamping namun tidak bisa. Sagara tidur sambil memeluknya. Maklum ukuran tempat tidur saat ini, setengah ranjang king size. Mau tidak mau harus tidur merapat dengan suaminya.Tiara menyingkirkan tangan Sagara. Satu kak
"Rangga! Kamu ngapain pergi kesana!" teriak Dian yang panik, segera mengejar anaknya yang tiba-tiba saja keluar dan berjalan cepat menuju kerumunan ibu-ibu."Aduh! Bahaya! Anak gua bisa jadi bahan gunjingan tetangga!" gumam Dian, namun tidak berani menyusul putranya..."Sudah ya tante, kami ijin pamit, mau beli sarapan." Tiara pamit, menggandeng tangan suaminya agar segera pergi dari kerumunan para ibu-ibu yang masih ingin berfoto ria."Tiara!"panggil Rangga dari kejauhan, berjalan menghampiri.Sagara langsung melirik ke arah pria muda yang baru saja datang."Rang, Rangga!" Tiara nampak terkejut melihat kedatangan Rangga.Spontan Sagara memicingkan matanya melihat kedatangan Rangga. Ia sangat yakin, pria ini pasti mantan pacar istrinya saat SMA. Wajahnya sama persis dengan album di foto milik istrinya.Dengan nafas tersengal , Rangga berhasil menahan sang mantan. "Ha...ha...halo...Tia." panggilan akrab yang dulu, Rangga berupaya mengatur nafasnya."Rangga, lama tidak jumpa." sapa T
Setelah selesai berkonsultasi dengan sang dokter psikiater, Sagara membawa sang istri ke sebuah mall."Honey, tunggulah disini dulu, ada klien yang tiba-tiba mau bertemu denganku, ini kartu kredit untukmu, gunakanlah sesuka hatimu." ucap Sagara sembari memberikan kartu hitam kepada istrinya."Mas, ketemu kliennya lama?" tanya Tiara, mengingat malam ini, ia dan suaminya masih menginap di rumah orangtuanya. Tiara tidak ingin pulang malam-malam membuat kedua orangtuanya jadi menunggu hingga larut."Tenang saja, metting ku cuma sampai jam tiga sore kok. habis itu kita makan malam di rumah orangtuamu." "Hmm, baiklah, nanti aku akan menunggu mas di sebuah cafe." Tiara setuju dan tersenyum pada suaminya.Setelah sepakat, Tiara pun keluar dari dalam mobil suaminya. Ia langsung masuk ke dalam mall, dan berbelanja banyak barang untuk keluarganya."Mama pasti suka sama tas branded ini, ah iya aku harus berikan hadiah jam tangan untuk papa dan Yunus." ucap Tiara dengan riang saat berbelanja di d
Tut....Tut...Tut....Tut. suara alat rekam jantung di rumah sakit, Roger terbaring lemah di ranjang rumah sakit, untuk bernafas saja butuh tabung oksigen, pelan-pelan ia membuka kelopak matanya, lalu melihat sekeliling. Matanya membulat saat melihat sosok mantan istrinya duduk di sebelah sedang menatapnya sinis, "Ini di rumah sakit!! Apa Anakku sudah di tangkap polisi? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya pelan menatap Grace mantan istrinya. "Kamu ini!! Semakin tua malah semakin jahat!! Tega sekali kamu, ingin memenjarakan putramu sendiri, apa kau sudah tidak waras...!! Mau membunuh menantu juga cucumu!!" umpat Grace dengan kemarahan membuncah. Ingin sekali ia mengakhiri kehidupan si tua bangka yang sedang tidak berdaya ini, agar tidak lagi-lagi mengganggu kehidupan pernikahan putranya. "Apa maksudmu! Sagara tidak jadi dipenjara!" ujarnya dengan suara parau. BUGH...!! Grace memukul perutnya dengan keras Tit....tit....tit.....tit....tit!!! Alat rekam jantung langsung b
Mobil sedan di laju dengan kecepatan tinggi, Alfred berupaya sampai secepatnya mungkin di rumah sakit terdekat. Tiara menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin intens. "Aaaggh... Sakit sekali." pekik Tiara, berkeringat sangat banyak. Sagara pun panik, ia terus menggenggam erat tangan Tiara. "Tenang, Honey, sebentar lagi akan sampai..." ucap Sagara dengan suara penuh ketegangan, hatinya terus berdebar-debar. Alfred memacu kendaraan menuju rumah sakit dengan hati yang cemas namun penuh harapan. Sepanjang perjalanan, Tiara menggenggam tangan Sagara erat, mencoba mencari kenyamanan dalam sentuhan suaminya. ***** Malam ini, Rangga, tengah menjalani shift malam di rumah sakit. Akhir-akhir ini baik pekerjaan dan hubungan dengan sang istri sedang berjalan dengan baik, Rangga bisa lembur seperti dulu, karena Sonya mulai sering menemani putrinya. Namun tiba-tiba telepon dari ruang perawatan datang. Kring... Kring... Kring... "Dokter Rangga!! Kami membutuhkan
"Teganya paman! Kenapa berbuat seperti ini!! dasar penghianat!!" teriak Tiara, saat di bawa paksa oleh paman Alfred untuk masuk ke dalam bangunan istana Roger. "Ssstt... Maafkan paman Tiara, paman terpaksa melakukan ini semua, tolong jangan melawan dan banyak bergerak, ingat kondisi bayi dalam perutmu." ujar Alfred mengingatkan. "Hiks hiks hiks." Tiara terus menangis, berharap sang paman bisa menolong suaminya. Eh!! dirinya malah terjebak, ternyata paman Alfred kembali berpihak pada ayah mertuanya yang bejat, dan itu semua ia lakukan demi harta kekayaan yang dijanjikan oleh Roger. Sangat tidak di sangka-sangka jerat harta kekayaan memang bisa mengubah hati dan pikiran seseorang yang tadinya baik jadi nekad. Sambil menahan Tiara di ruangan lain, Alfred menghela nafas panjang, saat ini Tiara sangat membencinya, namun ya... terpaksa ia lakukan, hanya untuk sementara waktu, kalau bukan karena Sagara yang merancang semua rencana ini, ia tidak akan mau terlibat lagi dengan rencana ja
Kediaman Roger yang bagaikan sebuah istana kerajaan, pilar-pilar menjulang tinggi di sepanjang lorong pintu masuk rumahnya, suasana gelap dan dingin, tidak ada kehangatan di rumah ini. Tuk...tuk...tuk. Suara tongkat Roger, karena kondisi kesehatan yang semakin memburuk kini dirinya harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Lalu keempat bodyguard bertubuh besar mengikutinya di belakang, dua diantaranya sedang menggotong tubuh putranya yang masih pingsan. "Beraninya dia mengelabui ku selama ini, dasar anak tidak tahu diuntung!!" pekiknya sembari memasuki sebuah ruangan kamar. Bruk...!! Tubuh Sagara di jatuhkan di lantai, Roger duduk di kursi sambil memandangi putranya dengan perasaan marah, sudah lama ia menahan diri untuk merasakan momen ini, kalau bukan karena Alfred ia tidak akan menahan dirinya. Beberapa saat... Sagara mulai membuka kelopak matanya pelan-pelan, saat kesadarannya kembali, ia mengerejap berkali-kali mencoba menetralkan penglihatannya. Sungguh terkejut
Waktu berlalu cepat, kini usia kandungan Tiara mulai memasuki usia 9 bulan, perutnya sudah sangat besar, ia menikmati masa kehamilannya dengan damai bersama suami, satria dan keluarganya. Layaknya sebuah keluarga yang bahagia tanpa ada gangguan. "Halo adik cantikku..., jangan lama-lama di dalam, kamu tidak pegal di dalam sana, pasti sempit kan, lebih baik temani kakakmu main puzzle disini..." celoteh Satria, terus saja berbicara pada adiknya sambil mengelus perut ibunya. "Sabar nak, bulan depan, adikmu baru keluar dari perut mama, sayang." Tiara tertawa geli, gemas sekali melihat tingkah lucu Satria yang penuh semangat menyambut adik perempuannya. "Satia udah gak sabar mama, bosen main sendirian terus, papa juga sibuk kerja, mama juga gak bisa temani Satria main gara-gara dedek bayi masih di dalam perut," keluh Satria, mengerutkan dahi. "Sabar ya Nak, Papa kamu lagi ada proyek besar, kalau kamu bosan kamu kan bisa ajak teman sekolahmu main kesini atau kamu main ke rumah dia, na
BUGH...!! BUGH...!! BUGH...!! Sagara dan Rangga saling baku hantam. "Hentikan aduh!!" teriak Tiara yang panik, mau melerai tapi takut, karena dirinya sedang hamil. "Huhuhu, huaa...hiks." Satria menangis sambil memeluk ibunya. Sonya segera mencari petugas hotel, meminta bantuan agar ada yang memisahkan mereka. "Apa sih masalahmu!" kedua tangan Sagara menahan kepalan tangan Rangga yang mau mendarat di wajahnya. Rangga yang tidak menyerah menjatuhkan diri, lalu keduanya berguling-guling di lantai. BUGH!! Kali ini Sagara berhasil menghajar balik Rangga. Rangga terhuyung lalu berusaha berdiri, "Kamu gak pantas, untuknya...!!" teriak Rangga, menatap Sagara dengan penuh kebencian. "Apa hak-mu melarang Tiara rujuk lagi denganku, terimakasih kamu sudah berselingkuh, aku dan Tiara jadi bisa menikah!" umpat Sagara. "Aaagghh!!" teriakkan kekesalan Rangga membuncah, dengan cepat menyerang balik orang yang paling ia benci. "Uugghh...!! Sagara berhasil menangkis pukulan, n
Hanya suara jangkrik yang terdengar dimalam sunyi, tidak ada seorang pun disini, kedua insan terus melangkah bersama dalam suasana yang gelap. Sagara menarik tangan istrinya menuju kolam renang yang gemerlap yang memantulkan cahaya bulan. Segalanya jadi begitu romantis ditemani cahaya bulan dan suara jangkrik. Tidak pakai lama, Tiara menghempaskan bokongnya di kursi malas yang empuk. ia duduk bersandar sambil mengangkat satu kaki hingga seluruh jenjang kakinya yang indah terpampang jelas. Sambil mencondongkan tubuhnya, Tiara tersenyum menggoda, ia menyeringai nakal ke arah suaminya yang dari tadi sedang merasa kegerahan. "Honey, kenapa akhir-akhir ini kamu terus saja menggodaku..." ucap Sagara, ia duduk di samping sang istri sambil merangkul mesra. "Memangnya salah jika aku menggoda suamiku sendiri..." Tiara menaruh kedua lengannya di bahu Sagara, sambil menatap lekat mata biru yang mempesona itu. "Salah..., karena kamu sedang hamil, tapi selalu mencoba memancing sisi liark
Acara resepsi pernikahan Bobby diadakan di sebuah taman hotel bintang 5. Pemandangan yang memukau menyambut setiap tamu yang datang. Langit senja yang cerah dan pepohonan hijau di sekitar taman menciptakan suasana yang elegan dan hangat.Suara musik lembut terdengar dari sudut taman, memberikan sentuhan romantis yang semakin memperindah suasana.Meja-meja panjang terhias dengan bunga-bunga segar, menyajikan hidangan lezat yang mengundang selera. Makanan dan minuman pun tersedia dengan limpah.Setiap hidangan terasa istimewa, mulai dari hidangan pembuka yang menggoda, hingga hidangan utama yang memanjakan lidah. Pelayan-pelayan yang ramah menyajikan minuman beraneka rasa, menyempurnakan kebahagiaan malam itu."Reny, Hana..." sapa Sonya pada kedua sahabatnya.Reny, yang duduk di samping Hana, berdiri dan tercengang, tidak percaya akhirnya bisa bertemu Sonya si pelakor.Sosok yang selama ini menjadi topik pembicaraan di antara mereka. Sonya, seorang teman yang tega menusuk dari belakang,
Di pagi hari yang cerah, suara gemericik air shower jatuh, Sagara lebih dahulu membersihkan dirinya didalam kamar mandi. Tidak berselang lama, Tiara datang dan ikut bergabung masuk, ia pun memeluk suaminya dari belakang."Mandikan aku Mas." ucapnya dengan nada manja.Tubuh Sagara pun bergetar mendengar permintaan istrinya, semakin hari Tiara semakin bersikap manja padanya, apa mungkin ini karena bawaan si bayi? Pikirnya.Sagara berbalik badan lalu mencium lembut kening sang istri. Ritual mandi bersama pun mereka lakukan seperti biasa, suara de sa ha n dan er ang an bersahut-sahutan memenuhi suasana di hari pagi yang cerah.Setelah puas bersenggama, keduanya berpindah masuk ke bathtub yang sudah terisi dengan air hangat.Sagara memangku sang istri sambil terus menciumi pipi chubby Tiara, lalu kedua tangannya mengelus lembut perut sang istri yang mulai buncit. "Perutmu mulai besar, pay udaramu juga besar..." bisiknya menggoda."Ulahmu Mas, minta susu tiap malam." celetuk Tiara."Hmm, ak