Tiga hari Tiara dirawat di rumah sakit, hingga kondisinya kian membaik. Selama masa pemulihan, Sagara terus mendampingi istrinya. Menjaga dan memperhatikan Tiara sepanjang waktu, namun kondisi mental Tiara belum benar-benar pulih sepenuhnya. Tiara sering kali melemparkan piring saat Sagara memberinya makan. Tiara menjadi seperti orang yang penuh ketakutan, jemarinya sering bergetar saat memegang alat makan. Setelah menjalani perawatan selama dua minggu, Sagara dan Tiara akhirnya menerima konseling pernikahan, keduanya sama-sama mulai memperbaiki Kembali hubungan suami istri yang sudah retak selama tiga bulan sebelumnya. Konseling terus dilakukan secara rutin, terutama untuk Sagara yang harus lebih bisa mengendalikan amarah dan pikiran negatif yang seringkali muncul dalam benaknya. Alfred memberikan kesempatan kedua pada Sagara. Ia sudah lama menganggap Sagara layaknya seperti anak kandung. Alfred menutup mulutnya rapat-rapat, jangan sampai nyonya besar Grace tahu soal masalah rumah
Kendaraan roda dua milik Yanti, sampai di persimpangan kios kecil yang menjual aneka bahan masakan. Kedatangan anak dan menantunya yang tiba-tiba, membuat Yanti keluar sore-sore, ingin menyiapkan hidangan spesial, terutama kepada menantunya yang seorang anak keluarga konglomerat. "Eh ada bu Yanti,,,,,tumben sore-sore keluar rumah buat belanja sayur." ujar salah satu emak-emak yang sudah lama menjadi tetangganya. "Halo bu Dian,,,, iya nih. Kebetulan anak sama mantu saya tiba-tiba datang ke rumah, jadi harus masak yang banyak deh." seru Yanti dengan wajah berseri-seri, ia sangat bersemangat mau menjamu menantunya dengan masakannya yang spesial. "Ooh ya,,,,,menantu konglomerat mu, mau bertamu ke gubuk kecilmu!!" Dian nampak tercengang. Kemudian menggoyangkan tangan kanannya, sembari memamerkan gelang dan cincin emas yang baru dibelikan suami. Yanti pun jadi mengerenyitkan dahi saat melihat gerakan tangan Bu Dian, 'Oh. ceritanya dia mau balas dendam gara-gara kemarin aku pakai ta
'Kukuruyukkkk!!'Pagi subuh telah tiba, suara ayam berkokok membuat Tiara terbangun dari tidurnya, suara ayam yang ia rindukan di suasana pagi-pagi buta. Rumah orangtuanya masih terletak di pinggiran kota Jakarta, suasananya masih asri, masih banyak pepohonan dan perkebunan. Rata-rata tetangganya memiliki pekarangan rumah yang cukup luas, jadi beberapa dari mereka memelihara ayam.Berbeda jauh dengan suasana istana milik suami, tiap pagi tidak ada suara ayam berkokok. Sebagai nyonya rumah pun, Tiara tidak tahu menahu siapa tetangganya. Bahkan melihat mereka saja tidak pernah.Sambil memikirkan itu semua, Tiara membuka perlahan kedua matanya, Samar-samar ia melihat langit-langit kamar tidur kediaman orangtuanya.Sebuah tangan tegas masih mengurungnya. Tiara mau bergerak kesamping namun tidak bisa. Sagara tidur sambil memeluknya. Maklum ukuran tempat tidur saat ini, setengah ranjang king size. Mau tidak mau harus tidur merapat dengan suaminya.Tiara menyingkirkan tangan Sagara. Satu kak
"Rangga! Kamu ngapain pergi kesana!" teriak Dian yang panik, segera mengejar anaknya yang tiba-tiba saja keluar dan berjalan cepat menuju kerumunan ibu-ibu."Aduh! Bahaya! Anak gua bisa jadi bahan gunjingan tetangga!" gumam Dian, namun tidak berani menyusul putranya..."Sudah ya tante, kami ijin pamit, mau beli sarapan." Tiara pamit, menggandeng tangan suaminya agar segera pergi dari kerumunan para ibu-ibu yang masih ingin berfoto ria."Tiara!"panggil Rangga dari kejauhan, berjalan menghampiri.Sagara langsung melirik ke arah pria muda yang baru saja datang."Rang, Rangga!" Tiara nampak terkejut melihat kedatangan Rangga.Spontan Sagara memicingkan matanya melihat kedatangan Rangga. Ia sangat yakin, pria ini pasti mantan pacar istrinya saat SMA. Wajahnya sama persis dengan album di foto milik istrinya.Dengan nafas tersengal , Rangga berhasil menahan sang mantan. "Ha...ha...halo...Tia." panggilan akrab yang dulu, Rangga berupaya mengatur nafasnya."Rangga, lama tidak jumpa." sapa T
Setelah selesai berkonsultasi dengan sang dokter psikiater, Sagara membawa sang istri ke sebuah mall."Honey, tunggulah disini dulu, ada klien yang tiba-tiba mau bertemu denganku, ini kartu kredit untukmu, gunakanlah sesuka hatimu." ucap Sagara sembari memberikan kartu hitam kepada istrinya."Mas, ketemu kliennya lama?" tanya Tiara, mengingat malam ini, ia dan suaminya masih menginap di rumah orangtuanya. Tiara tidak ingin pulang malam-malam membuat kedua orangtuanya jadi menunggu hingga larut."Tenang saja, metting ku cuma sampai jam tiga sore kok. habis itu kita makan malam di rumah orangtuamu." "Hmm, baiklah, nanti aku akan menunggu mas di sebuah cafe." Tiara setuju dan tersenyum pada suaminya.Setelah sepakat, Tiara pun keluar dari dalam mobil suaminya. Ia langsung masuk ke dalam mall, dan berbelanja banyak barang untuk keluarganya."Mama pasti suka sama tas branded ini, ah iya aku harus berikan hadiah jam tangan untuk papa dan Yunus." ucap Tiara dengan riang saat berbelanja di d
"Honey...kamu masih di Cafe...?? Aku baru saja selesai meeting..." Sagara berjalan memasuki mall sambil menelepon istrinya."Oke aku lagi otw jalan kesana, kamu lagi sama siapa..??" tanya Sagara ditelepon, sekilas mendengar suara orang lain"Oo..teman, ya sudah tunggu saja disana, aku jemput" lanjut Sagara, lalu mematikan ponselnya.Sagara pun mempercepat langkahnya, tidak sabar ingin segera pulang dan menikmati masakan ibu mertuanya, mengingat hubungan mereka mulai semakin membaik dan intim seperti sediakala...'Cring.' suara bell pintu cafe di saat Sagara membuka pintu, dan langsung melihat keberadaan istrinya."Selamat datang." sapa pelayan Cafe.Namun langkah kaki Sagara terhenti, saat melihat tiara sedang duduk berdua saja dengan mantannya Rangga, pria yang ia temui tadi pagi saat mau membeli sarapan.Istrinya terlihat sedang asik sekali mengobrol dengan si mantan, mereka tertawa bercanda. Sudah lama Sagara tidak melihat senyum cerah dari wajah Tiara, seketika hatinya jadi tera
Tiga bulan kemudian,"Sayang tunggu dulu." panggil Tiara pada suaminya yang hendak berangkat untuk bekerja.Langkah Sagara pun terhenti, lalu menoleh ke arah istrinya."Lihat dasi kamu tuh, agak miring. Aku betulkan ya." Tiara berseru dengan riang."Oke honey." Sagara pun tersenyum, ia berdiri diam, sambil senyam-senyum menatap istrinya yang makin menggemaskan."Oke sudah rapi." seru Tiara. Lalu tiba-tiba berjinjit.'Cups.'Ia memberikan kecupan sayang di bibir suaminya.Hanya kecupan singkat namun mampu membuat hati Sagara berbunga-bunga, padahal masih pagi, tapi Sagara sudah merasa kegerahan."Honey, kebetulan ada barang yang tertinggal di kamar, ayo temani aku ke atas." ajak Sagara dengan senyum penuh arti.Tiara yang polos, tidak paham maksud tersembunyi suaminya, langsung saja berjalan mengikuti sang suami, masuk ke lift, yang menuju kamar pribadi mereka.'Cekrek.'Suara pintu kamar di tutup.Dengan cepat Sagara langsung memeluk istrinya dari belakang. Bibirnya bermain di tekuk l
Sehabis pulang dari acara perusahaan, Sagara dan Tiara langsung naik keatas, berdua segera memasuki kamar tidur mereka. Untuk melepas lelah.Walaupun sepanjang acara tidak banyak melakukan aktivitas fisik, namun cukup melelahkan bagi Sagara dan Tiara. Sebagai seorang CEO perusahaan Mahendra, Sagara harus berbicara dan bercengkrama dengan semua petinggi perusahaan, ditambah lagi sang ayah, Roger. Tiba-tiba meminta Sagara untuk mengambil alih perusahaan yang sedang berkembang pesat di Amerika.Tiara pun lumayan lelah, karena sepanjang acara ia harus terus menjaga ekspresinya tersenyum ramah, ceria, dan berpikir kerasa saat ada tamu yang berbicara bahasa inggris. Walaupun sebelum mendatangi acara Tiara sudah belajar dengan paman Alfred, namun tetap saja ia tidak begitu lancar berbicara bahasa asing.Untung saja sang ibu mertua Grace, sangat memahami situasi Tiara. Memang menjadi seorang istri CEO perusahaan tidaklah mudah, berbelanja perhiasan dan baju branded hanyalah sebuah kesenangan