Tiga bulan kemudian,"Sayang tunggu dulu." panggil Tiara pada suaminya yang hendak berangkat untuk bekerja.Langkah Sagara pun terhenti, lalu menoleh ke arah istrinya."Lihat dasi kamu tuh, agak miring. Aku betulkan ya." Tiara berseru dengan riang."Oke honey." Sagara pun tersenyum, ia berdiri diam, sambil senyam-senyum menatap istrinya yang makin menggemaskan."Oke sudah rapi." seru Tiara. Lalu tiba-tiba berjinjit.'Cups.'Ia memberikan kecupan sayang di bibir suaminya.Hanya kecupan singkat namun mampu membuat hati Sagara berbunga-bunga, padahal masih pagi, tapi Sagara sudah merasa kegerahan."Honey, kebetulan ada barang yang tertinggal di kamar, ayo temani aku ke atas." ajak Sagara dengan senyum penuh arti.Tiara yang polos, tidak paham maksud tersembunyi suaminya, langsung saja berjalan mengikuti sang suami, masuk ke lift, yang menuju kamar pribadi mereka.'Cekrek.'Suara pintu kamar di tutup.Dengan cepat Sagara langsung memeluk istrinya dari belakang. Bibirnya bermain di tekuk l
Sehabis pulang dari acara perusahaan, Sagara dan Tiara langsung naik keatas, berdua segera memasuki kamar tidur mereka. Untuk melepas lelah.Walaupun sepanjang acara tidak banyak melakukan aktivitas fisik, namun cukup melelahkan bagi Sagara dan Tiara. Sebagai seorang CEO perusahaan Mahendra, Sagara harus berbicara dan bercengkrama dengan semua petinggi perusahaan, ditambah lagi sang ayah, Roger. Tiba-tiba meminta Sagara untuk mengambil alih perusahaan yang sedang berkembang pesat di Amerika.Tiara pun lumayan lelah, karena sepanjang acara ia harus terus menjaga ekspresinya tersenyum ramah, ceria, dan berpikir kerasa saat ada tamu yang berbicara bahasa inggris. Walaupun sebelum mendatangi acara Tiara sudah belajar dengan paman Alfred, namun tetap saja ia tidak begitu lancar berbicara bahasa asing.Untung saja sang ibu mertua Grace, sangat memahami situasi Tiara. Memang menjadi seorang istri CEO perusahaan tidaklah mudah, berbelanja perhiasan dan baju branded hanyalah sebuah kesenangan
Dua bulan telah berlalu,"Selamat pagi nyonya." sapa Alferd, yang baru saja bersiap untuk bekerja, seperti biasanya pria paruh baya yang selalu rajin bekerja ini, mengecek kondisi dapur dahulu."Pagi paman." Tiara menyapa balik dengan nada riang, sembari tangan kanannya mengaduk sup di dalam panci."Wah nyonya, pagi-pagi buta begini, anda sedang masak apa?, aromanya tercium enak sekali." tanya Alfred, saat melihat cairan putih kental dengan kacang taburan polong di dalamnya.Tiara sengaja bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan, biasanya para pelayan dan koki yang menyiapkan sarapan, Tiara hanya memilihkan menu dan mengarahkan para pelayan menata meja makan."Aku sedang belajar membuat masakan kesukaan suamiku, kemarin baru saja mempelajari resepnya." jawab Tiara malu-malu, selalu merasa masakannya belum sempurna."Segala masakan yang dibuat dengan cinta pasti hasilnya akan enak sekali, tuan Sagara sungguh beruntung punya istri yang sangat penyayang." seru Alfred memberikan s
'Tak.'Suara nyaring dari gerakan jari Roger, lalu salah satu wanita bergaun merah maju datang, membuka tutup botol wine, buih dari gas asam pun muncul keluar, aroma yang khas dan nikmat dari fermentasi anggur pun langsung tercium keseluruhan ruangan.Pakaiannya amat sangat minim, sungguh dapat memanjakan mata pria manapun, Sagara berupaya tak teralihkan, kedua matanya ia fokuskan pada piring yang sudah di tata di depan matanya.Wanita bergaun merah berjalan lenggak-lenggok menuangkan cairan anggur wine. Sagara langsung memejamkan kedua mata saat si wanita mendekat dan hendak menuangkan anggur pada gelasnya.Tiara pun ikut merasa risih, sekaligus iri karena tubuh wanita itu amat seksi seperti gitar spanyol.Hati Roger malahan senang melihat sang anak dan menantunya menjadi salah tingkah saat di dekati salah satu mainannya. Dirinya memang sengaja ingin memecah belah mereka."Thank you manis." Roger tersenyum, lalu memukul pelan bokong wanita itu.Sejak tadi Tiara menelan kasar salivany
“Apa yang kau lakukan?!” ucap Sagara yang marah pada wanita berbaju merah, tiba-tiba datang menghampiri dan berbuat tak senonoh.Wanita itu menduduki tubuh Sagara yang kini telah di pengaruhi alkohol.Tak hanya menduduki tubuh Sagara, tangannya mulai membuka dasi yang disusul pelepasan kancing kemeja putih milik Sagara.Pinggulnya pun bergerak maju mundur untuk merangsang tubuh bagian bawah milik Sagara.“Ck, menyingkir dari tubuhku!” ucap Sagara, lalu mendorong kasar tubuh wanita itu, hingga bokongnya mencium lantai.“Hahaha, kenapa kamu menolaknya? Padahal kau juga lagi butuh, lihat saja sudah bereaksi begitu, biarkan dia membantu mu!" Roger tertawa nyaring, ia sengaja menyuruh salah satu wanita mainannya untuk menggoda putranya sendiri.Rencana licik Roger telah berhasil, diam-diam ia telah masukan obat perangsang ke dalam gelas anggur Sagara. Saat ini Sagara sedang dalam pengaruh alkohol dan obat perangsang, sebentar lagi ia akan kehilangan kontrol, lalu mengecewakan istrinya.Nam
"TIARA!"Yanti memekik terbangun dari mimpi buruknya."Astaga sayang! bikin kaget aja, kamu kenapa." seru Theo yang ikut terbangun, tak biasa Yanti bermimpi buruk kecuali itu sebuah pertanda.Yanti tersadar dirinya baru saja bermimpi buruk, sejenak ia duduk di bibir ranjang, memegangi kepala yang tiba-tiba pusing, dalam mimpi ia melihat putrinya yang sedang di siksa oleh seorang."Kenapa sayang? mimpi apa sampai keringat dingin begitu?" tanya Theo sembari memberikan segelas air putih pada istrinya.Yanti pun melirik suaminya, ia merasa enggan menceritakan soal mimpinya, takut sang suami bersikap lebay, itu kan hanya mimpi."Gak apa-apa kok pa, sepertinya aku cuma bermimpi buruk saja." jawab Yanti lesu, entah kenapa ia merasakan adanya firasat buruk."Mimpi apa kamu, ayo ceritakan?" Theo jadi penasaran."Mama cuma mimpi di kejar ular besar aja, yah namanya mimpi, udah yuk kita tidur lagi." ajak Yanti, tidak mau membahas panjang lebar."Eh! Tunggu kamu mimpi di kejar ular!" muka Theo la
"TIDAK!!"Tiara berterima putus asa, melihat hasil test kehamilan selalu garis dua, sudah berulang kali ia mencoba, hasilnya tetap sama.Kini ia sadar kalau dirinya tengah hamil mengandung anak suaminya. Kehadiran sang buah hati yang selalu ia nantikan bersama suaminya sejak bulan lalu, namun sang buah hati hadir disaat yang tak tepat.Perasaan getir kian menghantui jiwa Tiara, Paman Alfred menyarankan agar Tiara memberitahukan soal kehamilan dirinya pada Sagara. Namun ada rasa enggan, Hati kecilnya mengatakan 'Jangan..!!'...Keesokan pagi harinya.Tiara sedang duduk di meja makan, para pelayan menyiapkan sarapan seperti biasanya tanpa memandang curiga soal hubungan Nyonya dan Tuan mereka sedang tak baik-baik saja.Sagara pun nampak diam, hanya memandangi piring dengan roti panggang yang ada diatasnya."Mas, ayo di makan, nanti dingin." ucap Tiara berusaha tersenyum walaupun ada plester yang menempel di bibir dan dekat matanya, Tiara mencoba bersikap ramah seperti biasa.Hati Sagara
Tiara baru saja selesai melakukan visum. Namun Alfred segera menyuruh dia untuk menunggunya didalam mobil."Anda yakin! Saya bisa bantu lapor ke polisi kalau anda mau!" ucap tegas sang dokter yang ditemui Alfred."Maaf tapi untuk sementara ini, mau kami selesaikan secara kekeluargaan saja." ujar Alfred mencari alasan agar bisa cepat pergi."Tidak bisa pak! Anda ini kan ayahnya, masa tega membiarkan kemalangan menimpa putri anda. Mana bisa diselesaikan secara kekeluargaan, lihat hasil visum ini! Sudah parah sekali, apalagi kondisi putri anda sedang hamil 4 minggu, untung saja bayinya masih bisa bertahan." umpat sang dokter wanita sembari memijit pelipisnya.Alfred menelan kasar salivanya saat sang dokter menjelaskan kondisi mengenaskan yang dialami Tiara. Bagian kewanitaannya bengkak dan mengeluarkan sedikit darah, lalu terdapat banyak bekas gigitan di area dada hingga punggung. Belum lagi lebam di bagian pipi, mulut, dan dekat mata, pergelangan juga agak bengkak karena ikatan yang ken