Share

Bab 4 Persiapan Pernikahan

(Flashback.)

Setelah mendapatkan restu dari kedua orangtua mereka. Sagara yang tidak sabar, langsung mempercepat proses pendaftaran pernikahan mereka ke KUA.

Satu hari telah berlalu, setelah pendaftaran pernikahan mereka, pagi ini Tiara sedang berdandan dengan terburu-buru di meja rias kamarnya, karena Sagara akan segera menjemputnya untuk memilih gaun pengantin, sembilan hari lagi ia akan segera menikah dengan kekasihnya.

"Tiara...~, Sagara sudah datang tuh..." seru Yanti ibu Tiara.

"Mama..., bisa tolong bantu Tiara catok rambut dong.." ujar Tiara yang sedang panik, karena masih berdandan, ia tidak mau mengecewakan calon suaminya.

"Kamu sih...,mama bangunin dari tadi gak mau bangun-bangun.." keluh Yanti, sudah dua jam yang lalu ia membangunkan putrinya, namun tetap saja anak gadisnya membenamkan diri kedalam selimut.

Semalam Tiara kesulitan tidur, karena masih tidak percaya, dirinya akan menikah secepatnya ini. Keraguan Tiara semakin menjadi-jadi, ia merasa kalau pernikahannya dilakukan secara kilat dan terlalu terburu-buru.

"Ma...mama gak ngerasa aneh, kok mas Sagara mau cepat-cepat nikah sama aku, padahal keluarga kita bukan siapa-siapa beda sekali dengan keluarga mas Sagara, rumah orangtuanya saja seperti istana kerajaan..." Tiara merenggut, sambil memandangi dirinya di cermin, dibandingkan wanita lain atau teman-temannya sebayanya, Tiara paling tidak pandai bersolek, dandanannya selalu sederhana, gaya pakaiannya juga casual, sebenarnya apa yang membuat Sagara begitu tertarik dan sangat ingin menikahinya.

"Anggap saja itu keberuntungan hidupmu nak..., toh kita juga sangat butuh dana darinya, mungkin saja orang tua Sagara sangat menginginkan seorang cucu, calon suamimu juga sudah berumur 30 tahun, jadi gak heran dong kalau Sagara dituntut untuk segera punya anak." ujar Yanti menebak-nebak.

"Hmm...iya juga sih." Tiara sependapat dengan ibunya.

"Cekrek..." Tiara keluar dari kamarnya, dengan dandanan yang sudah rapi

Terlihat Sagara sedang duduk santai di ruang tamu sambil sibuk dengan Hp-nya, walaupun dandanan casual tetap saja ia terlihat sangat tampan.

"Ma...maaf sudah membuat kamu lama menunggu.." Tiara merasa tidak enak, karena dirinya telat bangun.

Mata Sagara langsung menatap calon istrinya, walaupun memakai pakaian sederhana dan biasa. Tiara tetap saja terlihat cantik. Apalagi kalau sudah jadi nyonya.

"Gak masalah Honey.. , ayo kita segera berangkat~." ujar Sagara langsung beranjak dari atas sofa.

Mereka berdua berpamitan dahulu ke Yanti, lalu berangkat bersama menuju butik ke ternama.

Sesampainya di butik.

"Coba kamu berputar sedikit ke kanan" ujar Sagara, matanya terus memerhatikan calon istrinya dalam balutan gaun pengantin.

Ini sudah gaun kedelapan, Tiara sangat kelelahan, wajahnya jadi tampak murung.

"Be..begini..." Tiara mencoba berputar pelan-pelan, rok gaun pengantinnya sangat berat, dari tadi ia terkaget-kaget melihat harga gaun-gaun yang ia coba, sangatlah mahal sampai dua digit, Tiara jadi takut kalau-kalau ia tanpa sengaja merusak gaunnya.

"Hmm.., sepertinya ada yang kurang deh." Sagara belum merasa puas melihat penampilan Tiara. "Mba..., bisa tolong ambilkan gaun yang body fit sama bentuk tubuhnya calon istri saya, saya tidak suka rok yang terlalu lebar dan besar, kurang cocok sama calonku." perintah Sagara kepada karyawan butik.

"Baik pak."

"Hah...~." Tiara hanya bisa menghela nafas, sebenarnya ia ingin memilih sendiri namun entah mengapa, calon suaminya tidak mengijinkan. Namun Tiara tidak ingin melawan, toh..., semua biaya pernikahan ini dari Sagara.

Tidak lama, dua mbak pegawai toko datang, membawakan gaun keluaran terbaru, modelnya nampak lebih sederhana dan terbuka daripada gaun-gaun yang sebelumnya, namun harganya amat sangat mahal dibandingkan yang lain.

"Ih...!!" Tiara memekik saat melihat harganya, kulitnya langsung merinding serasa melihat penampakan yang belum pernah ia lihat.

"Prok....prok...prok..." Sagara bertepuk tangan, saat melihat Tiara memakainya gaun yang body fit. Wajah tampannya tersenyum berseri-seri seperti sedang melihat sebuah mahakarya yang indah.

"Yang ini, sangat cocok sama kamu...."

Tiara hanya bisa tersenyum pasrah karena sudah merasa lelah. "Aku gak suka belahan dadanya rendah banget." Saat Tiara melihat cermin, bagian leher pada gaun pengantinnya amat rendah, menunjukan belahan dada yang ingin tumpah, Tiara merasa sangat tidak nyaman memakainya.

Tapi Sagara tidak peduli dan malah cepat-cepat berjalan menuju kasir, sedangkan Tiara ditinggal begitu saja, dalam balutan gaun pengantin, seketika hati Tiara terasa perih, ia merasa kecewa melihat sikap acuh tak acuh calon suaminya.

Setelah memilih cincin, perhiasan dan perlengkapan lainnya. Sagara mengantarkan calon istrinya pulang ke rumah. Ia dengan lembut mencium kening Tiara. Selama berpacaran mereka tidak pernah berciuman, hanya berpegangan tangan dan cium kening. Hal inilah yang mungkin tidak dimiliki pria lain, pikir Tiara.

"Bruk...~." Tiara merebahkan tubuhnya diatas sofa ruang tamu.

Harusnya ia merasa senang setelah menikah dengan Sagara akan mendapatkan semua fasilitas mewah dari suaminya. Tapi melihat sikap calon suaminya yang suka semaunya sendiri tanpa melibatkan dirinya, membuat Tiara jadi takut menjalani pernikahan dengan seorang Sagara.

"Ooh iya.. Tiara, tadi siang baru saja datang satu kardus undangan pernikahan kalian, kalau ada waktu kamu tuliskan nama-nama teman kamu dan alamat rumah mereka ya, nanti mama dan papa yang akan antarkan undangan nya, kamu fokus saja lakukan persiapan nikah." seru Yanti memecah lamunan Tiara.

"I...iya...ma..." jawab Tiara dengan lesu. Walaupun dalam hatinya ia terus mengeluh, namun ia tidak akan membatalkan pernikahan ini, toh memang keluarganya sedang butuh masalah uang untuk biaya kuliah adiknya yang akan segera lulus sekolah. Kalau masalah sikap Sagara, toh..., Tiara masih bisa bersabar menghadapinya, yang terpenting keluarganya bisa bahagia dan tidak stress lagi karena masalah ekonomi.

Hari demi hari telah berlalu, semua persiapan pernikahan sudah dilakukan secara matang, walaupun tidak mengundang banyak tamu namun acaranya akan diadakan disebuah gedung hotel yang mewah. Seluruh anggota keluarga ayah dan ibunya yang dari luar kota juga akan turut hadir besok.

"Hah...~." Tiara menghela nafas, sambil memandangi langit-langit kamarnya, dua koper dan satu dus barang-barangnya sudah siap untuk dikirim besok ke rumah Sagara.

"Uuhh..." gumam Tiara, ia belum bisa tidur, karena besok sudah hari pernikahannya, ia terus kepikiran dan membayangkannya diusianya yang ke 20 tahun ini, sudah jadi seorang nyonya seorang CEO yang muda dan tampan.

"Hehe..." Tiara terkekeh, mencoba menghibur dirinya, sebentar lagi ia akan hidup enak dan senang-senang dengan uang suaminya setiap hari.

"Tok..tok..tok..tok.." Tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk.

"Iya masuk.."

"Astaga anak gadis, mana boleh duduk kayak gitu, tutup kaki kamu...!!" pekik Yanti berkacak pinggang, saat baru masuk melihat gaya rebahan anak gadisnya yang gak tau malu.

Tiara langsung nurut, ia merapatkan kedua kakinya. "Mama kenapa malam-malam begini datang kemari..??" tanya Tiara, jarang sekali ibunya menemui dirinya tengah malam.

"Mama cuma mau ajarkan kamu itu." ujar Yanti dengan wajah malu-malu.

"Ajarin apa..??"

"Tips and Trik malam pengantin.."

"A a gh..!! mama...!!!" teriak Tiara langsung menutup kedua telinganya.

"Jangan malu-malu begitu dong, sudah jadi tugas kamu melayani suamimu di ranjang, jangan buat suamimu merasa kecewa besok." Titah Yanti pada putrinya.

"Tapi Tiara belum siap ma..., dari kemarin juga gak kepikiran soal itu." keluh Tiara, memang dari kemarin ia hanya sibuk pergi ke salon mempercantik diri.

"Kalaupun gak kepikiran, tetap saja besok malam kamu akan melakukan malam pertama dengan suamimu."

"I...iya sih ma..." kata-kata ibunya benar, selama ini memang dirinya tidak pernah mencari tahu soal begituan.

"Minggir, kamu duduk di kursi sana, biar mama peragakan contohnya...." ujar Yanti, menyuruh Tiara beranjak dari atas ranjang.

Tiara pun terpaksa menerima kelas malam dadakan dari sang ibu yang sudah sangat pengalaman. Tiara terus memperhatikan peragaan ibunya, yang sedang bergaya di atas ranjang tidurnya.

Malam itu, Tiara benar-benar serasa sedang melihat dunia lain, Yanti dengan semangat mencontohkan berbagai gaya posisi tubuh saat bercinta, di depan anak gadisnya yang masih polos.

Bersambung......

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status