"Tuan..." sapa Linda saat melihat kedatangan Sagara dan Alferd.Wanita itu datang mengenakan gaun tipis bewarna pink salem, dengan belahan dada yang rendah, tidak segan-segan memperlihatkan belahan pay udaranya yang besar dan berisi, tentu saja hasil operasi.Linda berlari menghampiri Sagara, lalu memeluk erat tubuh tegap yang bagaikan jiwa tanpa raga itu, Linda menempelkan seperti perangko pada Sagara, membuat para pelayan yang melihatnya merasa mual."Terimakasih bunganya, ini indah sekali", Linda langsung kegirangan saat menerima buket bunga dari Sagara, hatinya melompat kesenangan, berharap bisa segera mengambil seluruh cinta dari Sagara secepat mungkin.Sebelumnya Linda pernah gagal menjerat Sagara dengan tubuh seksinya, malam dimana Sagara dibuat mabuk berat. Di kamar hotel Linda mencoba merangsang adik Sagara, namun adik kecil itu tidak juga mau bangun, ditambah lagi Sagara yang tidak melakukan apa-apa, pria itu hanya berbaring kaku seperti batang pohon, hingga akhirnya Linda m
*Hari pernikahan kedua.Tiga puluh menit lagi, Tiara akan berjalan menuju altar dan mengucap janji pernikahan untuk kedua kalinya.Disebuah taman hotel, Tiara berdiri sendirian sambil memegangi perutnya, dirinya sudah di dandani cantik dengan gaun pernikahan pilihannya sendiri.Suasana hati di hari pernikahan yang kedua ini, sangat berbeda dengan pernikahan pertamanya. Tiara sedikit merasa tertekan karena semuanya dilakukan dengan terburu-buru, demi anaknya. Dari pagi hingga siang ini, perutnya terasa sedikit sakit."Apa si bayi lagi protes ya." pikir Tiara."Sayang." sapa Rangga yang baru datang.Tiara pun menoleh padanya."Ga-, kamu ganteng banget." Tiara tersenyum sumringah, menatap Rangga dengan pakaian tuxedo warna hitam."Ayo kita berfoto dulu, sebelum naik ke altar..." ajak Rangga menuntun Tiara berjalan ke arah gazebo, gazebo itu sudah dihiasi banyak bunga. Tiara dan Rangga berfoto prewedding disana, keduanya bergandengan tangan, dan saling merangkul.Disisi lain, ada dua oran
*Flashback.Tiga bulan sebelumnya."Anda mau pindah ke Jerman!" Alfred terkejut."Iya, aku sudah memutuskan untuk tinggal menetap disana, ada kenangan yang mau aku lupakan, kalau terus berada disini rasanya sesak." lirih Sagara, matanya menatap sendu ke sekeliling kamar tidurnya, bayang-bayang mantan istri masih sering menghantui kamar ini walaupun sudah berlalu beberapa bulan.Kenangan bersama Tiara membuat Sagara kesulitan tidur ataupun beraktivitas, ia terus dihantui oleh rasa bersalah, ingatan saat dirinya menyiksa Tiara bermunculan seperti sebuah hukuman bagi jiwanya."Hmm, haruskah paman ikut denganmu kesana?" Alfred begitu khawatir, karena Sagara akan hidup sendirian di negeri bir, ia takut kalau-kalau Sagara mengakhiri hidupnya disana karena rasa frustasi dan depresi paska perceraian."Paman tak perlu khawatir berlebihan, aku tidak akan tinggal sendirian disana, kebetulan Sabrina akan berkuliah disana." seru Sagara, saat melihat wajah Alfred yang tampak sedang banyak pikiran.
*Flashback.Hatinya mendingin, jiwanya penuh rasa kecewa. Dentuman keras dari perkataan Tiara, mengobrak-abrik sosok monsters dalam jiwa Sagara.Penghianat cinta membelah jiwanya jadi berkeping-keping. Sagara ingin berteriak marah, namun tak ia lakukan. Rasa penyesalan dan rasa rindu akan belaian sang istri telah menaklukkan monster itu.Namun apa daya tidak ada yang bisa ia lakukan, Tiara telah mencintai pria lain, bahkan sampai memiliki seorang anak darinya.Sagara bisa saja menggunakan uangnya untuk membunuh mereka, atau merebut kembali Tiara dari Rangga, mengurungnya dalam istana dingin, memasung kedua kakinya agar tak bisa berlari kabur.Tapi Sagara tak kuasa melakukan itu semua, ia memilih untuk menanggung rasa sakit atas perbuatannya. Hidup tanpa Tiara, itulah hukuman atas perbuatannya kejinya. Membayangkan kehidupan Tiara dengan Rangga dan juga anak mereka. Kebahagiaan mereka menjadi penderitaan bagi Sagara, entah sampai kapan penderitaan ini akan berakhir.'Aku harus mencari
Dua bulan Kemudian.Pagi-pagi sekali, Rangga membawa istrinya ke rumah sakit, sejak subuh dini hari. Tiara terus merasa mulas, tanda akan adanya kehadiran sang buah hati."Uugghh!! Hmmp, hmmp!!" sejak subuh, Tiara terus meringis kesakitan, ia sedang mengalami kontraksi, keringatnya tak berhenti bercucuran.Ia duduk berbaring lemas di ranjang kamar rumah sakit, Rangga terus duduk di dekatnya, ditemani seorang bidan yang mengawasi pembukaan Tiara."Tenang sayang, yang kuat ya, bertahanlah." seru Rangga sambil mengusap lembut keringat di dahi Tiara."I-iya, huhuhuhu." seru Tiara lirih, sambil terengah-engah, sembari merasa keheranan pada suaminya yang tidak terlihat panik sama sekali, mungkin karena Rangga seorang dokter kandungan, jadi sudah banyak pengalaman menangani pasien yang melahirkan secara normal dan juga caesar."Dokter, ini sudah pembukaan 4 ." ucap seorang bidan yang membantu persalinan Tiara."Oke. Sayang tarik nafas yang dalam, tahan sebentar, ikuti aku ya." seru Rangga me
"Hue, hue..." suara imut nan lucu bayi laki-laki, Satria kecil sedang berbaring tenang di pembaringan baby box rumah sakit."Oww, cucuku, kamu mirip sekali dengan Tiara sewaktu masih bayi." Yanti sungguh terharu, akhirnya punya cucu, bahagia rasanya bisa melihat cucu laki-laki, yang lahir dengan sehat."Hei, kamu salah, cucuku lebih mirip Rangga sewaktu bayi", dengus Dian, yang ikut juga menjenguk cucunya.Dari dulu kedua emak-emak ini memang tidak pernah akur, walaupun sudah menjadi besan.'Gak mungkin mirip Rangga lah.' batin Yanti sembari tersenyum sinis ke arah besan yang menyebalkan. Pasalnya kedua orangtua Rangga tak tahu kalau itu bukan anak putranya."Terimakasih, kalian semua sudah mau datang jauh-jauh dari jakarta untuk menengokku Satria." seru Rangga tersenyum sumringah, ia masih memakai jubah putih, mendampingi Tiara, sebagai seorang dokter dan juga suami."Aku sangat bersyukur, karena semuanya berjalan lancar sampai hari ini." Theo tersenyum bahagia, sejak semalam ia tak
*Kota Berlin.'Gluk gluk gluk.'Sagara sedang meneguk bir kaleng, sambil duduk merebahkan tubuhnya diatas sofa tv, jemarinya tak henti-henti terus memencet tombol remote televisi, ia memindahkan channel siaran berulangkali.Akhir-akhir ini suasana hati Sagara sedang tidak baik-baik saja. Tiap malam Sagara mengalami kesulitan tidur, walaupun sudah berobat ke dokter psikiater, tetap saja hatinya tidak merasa tenang, ia sendiri tidak mengerti kenapa bisa jadi seperti ini.'Klang.'Suara bir kaleng kosong sengaja ia jatuhkan di lantai keramik rumah barunya. Setelah itu, Sagara membuka lagi kaleng minuman yang baru, kemudian meneguk habis isinya, hal ini terus menerus ia lakukan.Cekrek.Pintu kamar Sagara dibuka, Sabrina datang membawa nampan berisi makanan."Kak, ayo makan dulu, nanti sakit." titah Sabrina, caranya bicara mirip sekali dengan Grace ibu mereka.Namun Sagara tak menjawab, ia hanya melirik sekilas pada adik tirinya."Taruh saja di meja, nanti aku makan", ucap Sagara ketus."
Sore hari, sinar mentari meredup di ufuk barat. Di kaki gunung puncak pass, Tiara dan Rangga berdiri di balkon, saling memeluk, memandang tenggelamnya sang surya, begitu indah.Kedua insan sedang menikmati alam yang berpihak pada mereka, untuk merasakan kebahagiaan duniawi. Tangan Rangga tidak mau lepas dari rangkulan bahu Tiara, begitu pun Tiara memeluk pinggang suaminya."Aku bahagia sekali bisa berduaan begini sama kamu, selama ini kita bertiga terus."Lalu Rangga menyatukan keningnya dengan sang istri, dibawah terbenamnya sinar mentari, bewarna jingga kemerahan. Mereka berdua tak mau melepaskan moment indah ini, keduanya sepakat berlibur honeymoon, setelah melewati masa nifas."Aku pun sangat bahagia Ga-, aku bersyukur kamu mau menerimaku apa adanya, semoga kita bisa bahagia selamanya seperti ini", ucap Tiara menatap suaminya penuh damba.Matahari tak nampak lagi, langit pun menjadi gelap. Rangga menggendong Tiara, membuat tubuh Tiara jadi lebih tinggi darinya. Lalu ia berjalan pe
Tut....Tut...Tut....Tut. suara alat rekam jantung di rumah sakit, Roger terbaring lemah di ranjang rumah sakit, untuk bernafas saja butuh tabung oksigen, pelan-pelan ia membuka kelopak matanya, lalu melihat sekeliling. Matanya membulat saat melihat sosok mantan istrinya duduk di sebelah sedang menatapnya sinis, "Ini di rumah sakit!! Apa Anakku sudah di tangkap polisi? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya pelan menatap Grace mantan istrinya. "Kamu ini!! Semakin tua malah semakin jahat!! Tega sekali kamu, ingin memenjarakan putramu sendiri, apa kau sudah tidak waras...!! Mau membunuh menantu juga cucumu!!" umpat Grace dengan kemarahan membuncah. Ingin sekali ia mengakhiri kehidupan si tua bangka yang sedang tidak berdaya ini, agar tidak lagi-lagi mengganggu kehidupan pernikahan putranya. "Apa maksudmu! Sagara tidak jadi dipenjara!" ujarnya dengan suara parau. BUGH...!! Grace memukul perutnya dengan keras Tit....tit....tit.....tit....tit!!! Alat rekam jantung langsung b
Mobil sedan di laju dengan kecepatan tinggi, Alfred berupaya sampai secepatnya mungkin di rumah sakit terdekat. Tiara menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin intens. "Aaaggh... Sakit sekali." pekik Tiara, berkeringat sangat banyak. Sagara pun panik, ia terus menggenggam erat tangan Tiara. "Tenang, Honey, sebentar lagi akan sampai..." ucap Sagara dengan suara penuh ketegangan, hatinya terus berdebar-debar. Alfred memacu kendaraan menuju rumah sakit dengan hati yang cemas namun penuh harapan. Sepanjang perjalanan, Tiara menggenggam tangan Sagara erat, mencoba mencari kenyamanan dalam sentuhan suaminya. ***** Malam ini, Rangga, tengah menjalani shift malam di rumah sakit. Akhir-akhir ini baik pekerjaan dan hubungan dengan sang istri sedang berjalan dengan baik, Rangga bisa lembur seperti dulu, karena Sonya mulai sering menemani putrinya. Namun tiba-tiba telepon dari ruang perawatan datang. Kring... Kring... Kring... "Dokter Rangga!! Kami membutuhkan
"Teganya paman! Kenapa berbuat seperti ini!! dasar penghianat!!" teriak Tiara, saat di bawa paksa oleh paman Alfred untuk masuk ke dalam bangunan istana Roger. "Ssstt... Maafkan paman Tiara, paman terpaksa melakukan ini semua, tolong jangan melawan dan banyak bergerak, ingat kondisi bayi dalam perutmu." ujar Alfred mengingatkan. "Hiks hiks hiks." Tiara terus menangis, berharap sang paman bisa menolong suaminya. Eh!! dirinya malah terjebak, ternyata paman Alfred kembali berpihak pada ayah mertuanya yang bejat, dan itu semua ia lakukan demi harta kekayaan yang dijanjikan oleh Roger. Sangat tidak di sangka-sangka jerat harta kekayaan memang bisa mengubah hati dan pikiran seseorang yang tadinya baik jadi nekad. Sambil menahan Tiara di ruangan lain, Alfred menghela nafas panjang, saat ini Tiara sangat membencinya, namun ya... terpaksa ia lakukan, hanya untuk sementara waktu, kalau bukan karena Sagara yang merancang semua rencana ini, ia tidak akan mau terlibat lagi dengan rencana ja
Kediaman Roger yang bagaikan sebuah istana kerajaan, pilar-pilar menjulang tinggi di sepanjang lorong pintu masuk rumahnya, suasana gelap dan dingin, tidak ada kehangatan di rumah ini. Tuk...tuk...tuk. Suara tongkat Roger, karena kondisi kesehatan yang semakin memburuk kini dirinya harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Lalu keempat bodyguard bertubuh besar mengikutinya di belakang, dua diantaranya sedang menggotong tubuh putranya yang masih pingsan. "Beraninya dia mengelabui ku selama ini, dasar anak tidak tahu diuntung!!" pekiknya sembari memasuki sebuah ruangan kamar. Bruk...!! Tubuh Sagara di jatuhkan di lantai, Roger duduk di kursi sambil memandangi putranya dengan perasaan marah, sudah lama ia menahan diri untuk merasakan momen ini, kalau bukan karena Alfred ia tidak akan menahan dirinya. Beberapa saat... Sagara mulai membuka kelopak matanya pelan-pelan, saat kesadarannya kembali, ia mengerejap berkali-kali mencoba menetralkan penglihatannya. Sungguh terkejut
Waktu berlalu cepat, kini usia kandungan Tiara mulai memasuki usia 9 bulan, perutnya sudah sangat besar, ia menikmati masa kehamilannya dengan damai bersama suami, satria dan keluarganya. Layaknya sebuah keluarga yang bahagia tanpa ada gangguan. "Halo adik cantikku..., jangan lama-lama di dalam, kamu tidak pegal di dalam sana, pasti sempit kan, lebih baik temani kakakmu main puzzle disini..." celoteh Satria, terus saja berbicara pada adiknya sambil mengelus perut ibunya. "Sabar nak, bulan depan, adikmu baru keluar dari perut mama, sayang." Tiara tertawa geli, gemas sekali melihat tingkah lucu Satria yang penuh semangat menyambut adik perempuannya. "Satia udah gak sabar mama, bosen main sendirian terus, papa juga sibuk kerja, mama juga gak bisa temani Satria main gara-gara dedek bayi masih di dalam perut," keluh Satria, mengerutkan dahi. "Sabar ya Nak, Papa kamu lagi ada proyek besar, kalau kamu bosan kamu kan bisa ajak teman sekolahmu main kesini atau kamu main ke rumah dia, na
BUGH...!! BUGH...!! BUGH...!! Sagara dan Rangga saling baku hantam. "Hentikan aduh!!" teriak Tiara yang panik, mau melerai tapi takut, karena dirinya sedang hamil. "Huhuhu, huaa...hiks." Satria menangis sambil memeluk ibunya. Sonya segera mencari petugas hotel, meminta bantuan agar ada yang memisahkan mereka. "Apa sih masalahmu!" kedua tangan Sagara menahan kepalan tangan Rangga yang mau mendarat di wajahnya. Rangga yang tidak menyerah menjatuhkan diri, lalu keduanya berguling-guling di lantai. BUGH!! Kali ini Sagara berhasil menghajar balik Rangga. Rangga terhuyung lalu berusaha berdiri, "Kamu gak pantas, untuknya...!!" teriak Rangga, menatap Sagara dengan penuh kebencian. "Apa hak-mu melarang Tiara rujuk lagi denganku, terimakasih kamu sudah berselingkuh, aku dan Tiara jadi bisa menikah!" umpat Sagara. "Aaagghh!!" teriakkan kekesalan Rangga membuncah, dengan cepat menyerang balik orang yang paling ia benci. "Uugghh...!! Sagara berhasil menangkis pukulan, n
Hanya suara jangkrik yang terdengar dimalam sunyi, tidak ada seorang pun disini, kedua insan terus melangkah bersama dalam suasana yang gelap. Sagara menarik tangan istrinya menuju kolam renang yang gemerlap yang memantulkan cahaya bulan. Segalanya jadi begitu romantis ditemani cahaya bulan dan suara jangkrik. Tidak pakai lama, Tiara menghempaskan bokongnya di kursi malas yang empuk. ia duduk bersandar sambil mengangkat satu kaki hingga seluruh jenjang kakinya yang indah terpampang jelas. Sambil mencondongkan tubuhnya, Tiara tersenyum menggoda, ia menyeringai nakal ke arah suaminya yang dari tadi sedang merasa kegerahan. "Honey, kenapa akhir-akhir ini kamu terus saja menggodaku..." ucap Sagara, ia duduk di samping sang istri sambil merangkul mesra. "Memangnya salah jika aku menggoda suamiku sendiri..." Tiara menaruh kedua lengannya di bahu Sagara, sambil menatap lekat mata biru yang mempesona itu. "Salah..., karena kamu sedang hamil, tapi selalu mencoba memancing sisi liark
Acara resepsi pernikahan Bobby diadakan di sebuah taman hotel bintang 5. Pemandangan yang memukau menyambut setiap tamu yang datang. Langit senja yang cerah dan pepohonan hijau di sekitar taman menciptakan suasana yang elegan dan hangat.Suara musik lembut terdengar dari sudut taman, memberikan sentuhan romantis yang semakin memperindah suasana.Meja-meja panjang terhias dengan bunga-bunga segar, menyajikan hidangan lezat yang mengundang selera. Makanan dan minuman pun tersedia dengan limpah.Setiap hidangan terasa istimewa, mulai dari hidangan pembuka yang menggoda, hingga hidangan utama yang memanjakan lidah. Pelayan-pelayan yang ramah menyajikan minuman beraneka rasa, menyempurnakan kebahagiaan malam itu."Reny, Hana..." sapa Sonya pada kedua sahabatnya.Reny, yang duduk di samping Hana, berdiri dan tercengang, tidak percaya akhirnya bisa bertemu Sonya si pelakor.Sosok yang selama ini menjadi topik pembicaraan di antara mereka. Sonya, seorang teman yang tega menusuk dari belakang,
Di pagi hari yang cerah, suara gemericik air shower jatuh, Sagara lebih dahulu membersihkan dirinya didalam kamar mandi. Tidak berselang lama, Tiara datang dan ikut bergabung masuk, ia pun memeluk suaminya dari belakang."Mandikan aku Mas." ucapnya dengan nada manja.Tubuh Sagara pun bergetar mendengar permintaan istrinya, semakin hari Tiara semakin bersikap manja padanya, apa mungkin ini karena bawaan si bayi? Pikirnya.Sagara berbalik badan lalu mencium lembut kening sang istri. Ritual mandi bersama pun mereka lakukan seperti biasa, suara de sa ha n dan er ang an bersahut-sahutan memenuhi suasana di hari pagi yang cerah.Setelah puas bersenggama, keduanya berpindah masuk ke bathtub yang sudah terisi dengan air hangat.Sagara memangku sang istri sambil terus menciumi pipi chubby Tiara, lalu kedua tangannya mengelus lembut perut sang istri yang mulai buncit. "Perutmu mulai besar, pay udaramu juga besar..." bisiknya menggoda."Ulahmu Mas, minta susu tiap malam." celetuk Tiara."Hmm, ak