Kenya melihat satu persatu alamat Nusa Indah, lalu Dia sampai di depan alamat yang sama seperti yang diberikan oleh Bibi Ratih. Dari luar memang tidak terlihat seperti kos, lebih mirip dengan rumah. Tempatnya asri dan bersih, kemudian Kenya menelpon Anita.
"Halo," jawab Anita.
"Aku ada di depan rumah Kamu," ucap Kenya.
"Siapa Kak?" tanya Akila.
"Kenya," jawabnya.
"Nit, Aku gak bakal kasih tahu sama Mama-Papa Kamu. Aku khawatir," ucap Kenya.
"Iya, sebentar." terlihat Anita ke luar dan membukakan pagar pada Kenya.
Kenya memeluk Anita dengan haru, begitu juga Anita. Akila juga ikut keluar, Dia membantu Kenya membawa barang-barang. Mereka duduk di ruang tamu, Anita membawakan cemilan untuk Kenya.
"Eh, ini Aku sempat beli soto buat Kalian." Kenya memberikan soto dan teh lemon pada Anita.
"Repot banget sih, pakai bawa ginian." Anita menerima soto tersebut.
"Udah lama Kita gak kumpul bareng," ucap Kenya.
"Iya, sorry, ya Aku sempat matiin telpon. Gak ada maksud buat menghindar," tutur Anita.
"Aku ngerti kok, Kalian yang sabar ya. Pasti ada jalan keluarnya," ucap Kenya.
"Kak Key nginep di sini aja," ucap Akila.
"Iya, Key." Anita melempar senyum.
"Siap Nona-nona," canda Kenya.
Malam harinya Kenya tidur bersama Anita dan Akila, karena tempat tidur yang cukup luas. Tepat pukul 12 malam, Kenya bangun untuk minum air.
"Untung Anita naruh air di sini." Kenya hampir saja minum air tersebut, namun tiba-tiba ada yang memegang tangannya.
Kenya menoleh, namun tidak menemukan siapapun. Bulu kuduk Kenya terlihat merinding, Dia menghela nafasnya. Langkah kakinya terhenti, lantaran ada yang menahannya.
"Lepas," ucap Kenya, Dia berusaha melepaskan kakinya yang terasa di pegang kuat.
Saat Kenya berusaha melepaskan kakinya, tiba-tiba saja Dia terjatuh. Kenya mundur, Dia berusaha bangun, namun kakinya di tarik."tolong!"
"Kak, bangun!" teriak Akila, Dia mengguncang tubuh Kenya.
"Aa! Hah…hah..hah." Kenya pucat pasi, Dia berkeringat dingin.
"Key, Kamu pasti mimpi buruk, ya?" tanya Anita, Dia mengambilkan air untuk Kenya.
"Iya, Nit. Aku mimpi buruk, terasa sangat nyata." Kenya terlihat ketakutan, kemudian Anita dan Akila memeluknya.
"Jangan takut, Kita sama Kamu." Anita mengambil selimut untuk Kenya, kemudian Mereka tidur.
Pagi yang cerah bukannya membuat Kenya semangat, justru sebaliknya. Dia tampak kusam, ada bulatan hitam pada matanya atau Kita sebut—mata panda. Kenya menguap, Dia mengusap wajahnya. Dia kembali berbaring dengan selimut yang tebal, namun selimutnya di tarik.
"Kila, Kakak tahu Kamu yang narik selimut. Kakak masih ngantuk, Kil hemm." Kenya kembali menarik selimutnya, tanpa membuka matanya.
Selimut kembali di tarik, hal itu membuat Kenya tampak kesal. Saking mengantuknya, Dia bangun dengan mata tertutup dan mengambil selimut. Kembali selimutnya di tarik dari Kenya, alhasil Mereka tarik-tarikkan selimut.
"Kila, Kakak masih ngantuk." Kenya bangun, kali ini Dia membuka matanya, meski terlihat di paksakan.
Untuk sejenak Kenya tertegun, Dia melihat ke sekelilingnya, bahkan ke lantai. Kenya mengigit jarinya, Dia melompat dari kasur dan lari sampai kepalanya kejedut pintu.
"Aduh." Kenya memegang kepalanya, kemudian kembali lari, hingga sampai di halaman rumah.
"Kamu, kenapa Key?" tanya Anita, Dia melihat Kenya sampai keringatan.
"Kak Key, pagi-pagi keringetan. Habis joging, ya?" tanya Akila. Sontak Dia mendapatkan cubitan dari Anita.
"Aduh, kok di cubit?" tanya Akila, Dia seolah kesakitan padahal Anita hanya mencubitnya pelan.
"Kamu, sih yang aneh. Mana mungkin Kenya joging—Dia aja baru bangun, omong-omong ada apa Key?" tanya Anita, Dia mendekati Kenya.
"Hemmm, gak ada apa-apa. Mungkin…aduh kepalaku sakit." Kenya memegang kepalanya, lalu Anita membantunya untuk berjalan.
"Key, sepertinya Kamu sakit. Kita ke dokter ya, sepertinya ada puskesmas di dekat sini," ucap Anita. Saat Dia melihat wajah Kenya, namun Kenya menggeleng.
"Gak perlu, Aku cuma…masih ingat mimpi buruk yang tadi malam." Kenya tidak menceritakan semua yang Dia alami.
"Kamu mimpi apa, sih Key?" tanya Anita, Dia tampaknya penasaran dengan mimpi Kenya, karena membuat Kenya hampir sakit.
"Aku mimpi ada yang narik kakiku," tutur Kenya, Dia baru menceritakan mimpinya.
"Ada yang narik? Jangan-jangan cowok… hahahaha." Kenya yang diam dan Anita yang tertawa, Dia menanggapi cerita Kenya dengan candaan.
"Anita, Aku serius. Aku mimpi buruk," ucap Kenya, Dia terlihat begitu lucu.
"Oh, sayang…cup…cup…cup." Anita kembali membuat Kenya manyun, ujung-ujungnya Dia bercanda.
"Ih, Anita gak asik." Kenya pergi ke luar, Dia menemui Akila yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah.
"Eh, Kak Key. Kakak sehat?" tanya Akila.
"Sehat, tapi Kil. Emangnya Kamu merasa aman tinggal di sini?" tanya Kenya, Dia ikut mengambil selang dan menyiram tanaman.
"Maksudnya Kakak?" tanya Akila, Dia sepertinya belum mengerti akan pertanyaan yang diajukan oleh Kenya.
"Memangnya Kamu gak pernah mimpi buruk atau apa gitu?" tanya Kenya, Dia tidak langsung mengatakannya pada Akila.
"Kalau mimpi buruk, sih engga pernah. Cuma, waktu pertama kali pindah ke sini…ada suara jatuh aja. Pas di lihat gak ada apa-apa, tuh,'kan jadi merinding nyeritainnya." Akila mengusap kedua tangannya, karena bulu kuduknya merinding.
"Iya, ya. Kakak juga ikutan merinding." Kenya juga ikut mengusap tangannya.
"Kak Key, jangan ngomongin gitu. Akila takut, Kak." Akila membuang selang air, kemudian Dia malah lari ke dalam.
"Kil, tunggu." Kenya yang awalnya akan ikut lari, Dia berbalik.
"Itu siapa di balik pohon?" batinnya.
"Siapa di sana?!" teriak Kenya.
"Kil, kok lari? Itu Kenya kenapa teriak-teriak?" tanya Anita pada Akila.
"Gak tahu, tadi Aku cuma takut-takutin Kak Key." mendengar penjelasan dari Akila, kemudian Anita lari ke luar.
"Kenya, ada apa?" tanyanya, Dia melihat ke arah Kenya memandang.
"Aku melihat ada orang di balik pohon itu, tapi sudah tidak ada," tutur Kenya.
"Mungkin cuma perasaan Kamu, ya, sudah. Ayo masuk ke dalam, makanan sudah siap." Anita membawa Kenya masuk ke dalam, Dia menyajikan makanan, namun Kenya masih saja merenung.
"Kak Key," ucap Akila, Dia memandang Kenya yang masih diam.
"Key…Kenya!" teriak Anita.
"Aa, iya, ada apa?" tanya Kenya, Dia baru menyahut setelah Anita meninggikan volume.
"Jangan melamun Key, makan dulu." Anita menambah laut pada piring Kenya.
"Aku melamun?" tanya Kenya, Dia terlihat kebingungan.
"Iya, tadi Kakak melamun. Makanya sebelum tidur doa, biar gak di ganggu hantu." baru saja Akila mengatakan hal itu pada Kenya.
"Prang!" suara piring pecah di dapur.
"Itu yang jatuh piring atau apa, ya?" tanya Anita.
"Tunggu Kak, jangan-jangan itu pencuri." Akila menahan Anita yang akan pergi ke dapur.
"Terus Kita harus bagaimana?" tanya Anita.
"Sapu," ucap Kenya, Mereka mengambil sapu dan berjalan mengendap-endap mengintip dapur.
To be continue
Kondisi di dapur baik-baik saja, tidak ada yang pecah. Mereka bertiga saling menatap, kemudian Anita masuk ke dapur untuk memastikan. Dia melihat ke kolong meja yang ada di dapur, kemudian Dia tersenyum."Ada apa, Kak?" tanya Akila, Dia yang kelihatan khawatir."Ternyata ada tikus, sepertinya Dia tidak sengaja melompat ke sini. Ada piring aluminium di sini," tutur Anita."Huh." Kenya dan Akila menghembuskan nafasnya, Mereka mendahului kembali ke meja makan.Anita memindahkan tikus tersebut ke luar, kemudian Dia bergabung bersama Akila dan Kenya. Mereka terlihat sesekali bercanda, setelah selesai makan."Kil, Kamu gak cari tempat PKL?" tanya Kenya, Dia mengkhawatirkan Akila."Pengen, sih. Kak Anita, gimana?" tanya Akila pada Anita."Sebenarnya bisa, Kil. Tapi, kayaknya di sini engga ada tempat PKL yang Kamu mau. Di mana ya?" tanya Anita."Kalau memang belum berani melepas Akila, sepertinya bisa pelatihan lewa
Prang!!Suara tersebut mengejutkan Anita, Dia melihat di sekitarnya. Anita menatap pintu di depannya, karena penasaran Dia membuka pintu tersebut."Ini gudang, tadi Aku berada di ruang tamu. Apa ketiduran terus jalan sambil tidur,ya?" tanya Anita, Dia melihat keadaannya.Anita mengambil sapu, Dia membersihkan gudang tersebut seorang diri. Secara spontan Anita menoleh, Dia seperti orang ketakutan. Anita memegang sapunya cukup erat, entah apa penyebabnya?"Kayaknya tadi ada yang menyentuh bahuku?" gumam Anita."Anita.""Siapa itu?" tanya Anita, Dia mundur perlahan, namun tubuhnya terdorong."Aw, siapa? Jangan main-main!" teriak Anita, Dia meraih saklar lampu.Dia terlihat kesal, karena tidak bisa menghidupkan lampu ganda, kemudian Anita menaruh sapunya. Dia meraih pintu gudang, tetapi tidak bisa di buka. Anita tidak berani melihat ke belakang, Dia mengusap lehernya."Kenapa udara tiba-tiba dingin di sin
Akila dan Anita mendengar teriakkan dari Kenya, kemudian Mereka berdua lari ke lantai atas. Anita mengentuk pintu kamar mandi, namun Kenya tidak membukanya."Kenya, are you okay?" tanya Anita dari luar."Hah…hah…hah." Aku melihat ulat, sekarang tidak ada apa-apa." Kenya buru-buru mengganti pakaiannya, Dia ke luar dan memeluk Anita."Ada apa Key? Sepertinya Kamu sakit," ucap Anita, Dia menyentuh kening Kenya."Tidak, Aku hanya lelah. Mungkin, imunku sedang turun. Aku akan tidur, Kila temani Kakak ya," ucap Kenya pada Akila."Iya, Kak." setelah memastikan semuanya baik-baik saja, kemudian Anita mandi. Akila main catur online, sembari menunggu Anita selesai.Kenya membuka matanya, anehnya Dia berada di tempat yang begitu asing. Ada sesosok bayangan hitam melewatinya, Dia melihat ke sekelilingnya. "Anita! Akila!"Tidak ada yang menyahut, lantaran tempatnya seperti hutan dan semuanya hampir gelap gulita. Kenya m
"Pak, tolong Adik Saya," ucap Anita pada Warga."Ya, sudah. Ayo Kita susul sebelum terlambat." Warga yang ronda lari mengejar Akila diikuti oleh Kenya dan Anita."Akila tunggu!" teriak Kenya, Dia panik saat melihat Akila hampir saja melompat ke sumur tersebut.Akila berhenti di pinggir, Dia masih membelakangi semua orang. Mendapatkan kesempatan untuk menolongnya, kemudian Anita menarik Akila, sehingga Akila jatuh menimpa Anita dalam keadaan tidak sadarkan diri."Pak, tolong." Anita meminta tolong, sehingga warga membantu mengangkat Akila. Untungnya lagi, Akila memakai baju yang utuh.Warga berhenti di depan rumah Anita, Mereka saling menoleh. Kenya terlihat memperhatikan sikap Mereka, kemudian Kenya menghampirinya."Pak, kenapa diam? Ayo, bantu sebentar bawa masuk Akila ke dalam." Kenya memecah keheningan."Maaf sebelumnya, apa Kalian bertiga tingg
"Memangnya di sini biasanya tidak sedingin ini?" tanya Kenya, Dia mencari tahu lebih banyak mengenai tempat itu dari Anita."Biasanya tidak." Anita membuka pintu, diikuti oleh Kenya.Sesudah memasuki rumah, udara dingin kembali menyeruak. Dingin yang tak biasa dan membuat bulu kuduk Kenya sampai merinding, padahal masih pagi. Mereka menaiki tangga, pintu kamar terkunci."Kenapa pintunya terkunci? Sebelumnya Kita sama-sama keluar,'kan?" tanya Anita, Dia tampak bingung."Permisi." Kenya mengetuk pintu."Kak Key!" teriak dari dalam."Itu…itu suara Akila. Kila, buka pintunya ini kakak." Anita mengetuk pintu, Dia sampai menangis, karena terharu dapat menemukan Akila."Kak Anita—Kak Key." Akila membuka pintu dan memeluk Mereka, Dia terlihat menangis juga."Akila—Kamu dari mana saja?" tanya Anita, Dia tidak berhenti me
"Kak Rendy mengakhiri telephon, ya, Kak?" tanya Akila, Dia juga terlihat kesal dengan cara Rendy, padahal sebelum menanyakan perihal musik yang terlalu keras itu, tidak ada istilah signal buruk."Iya, Kil. Bagaimana Kita akan menyampaikannya pada Anita? Dia pasti akan sedih mendengarnya." Aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan, supaya Anita tidak sedih. Kalau hanya ngomong, sih tak ada sulitnya. Tapi, Aku mengerti sekali berada di posisinya."Kak, daripada Kita menyembunyikan ini. Lebih baik Kita bilang saja dengan jujur, dari awal Mereka pacaran. Kak Rendy memang terlihat kurang beres." Pasti Akila kesal pada Rendy, itu mungkin menjadi penyebab, Dia mengatakan hal tersebut tentang Rendy."Hem, mungkin memang tidak ada signal di sana. Tidak boleh salah menilai, sebelum melihat secara langsung. Tapi, apa alasannya Rendy tidak bisa datang?"
"Jadi, apa bisa di bilang itu bentuk permintaan maafnya?" tanyaku pada Anita, namun Dia belum menjawabnya.Anita terlihat murung, Dia duduk di sebelahku. Perlahan, namun pasti air matanya mengalir deras. Aku dan Akila tidak mampu berkata-kata, biarlah Anita membuang sampah di dalam dirinya untuk saat ini.Selain masalah dengan Rendy dan keluarganya, ada yang membuatku sangat takut. Bulu kudukku kembali merinding, ketika kuingat bagaimana kuntilanak itu mencekik Anita dan melemparku. Aku ingat sorot kemarahan itu, tapi kenapa? Apa Dia penunggu di sini? Jika, kuntilanak yang pernah Aku mimpikan hadir dan menyerangku, apakah kuntilanak yang menyelamatkanku dalam mimpi itu juga ada?Aku sibuk dengan alam pikiranku sendiri, kemudian Aku melihat Anita membuang hadiah yang diberikan oleh Rendy. Aku dan Akila saling menatap, Kami ha
"Ada apa dengan Kenya?" tanya Anita pada Akila."Entahlah, Kak. Sepertinya Kak Kenya tampak bingung, Aku akan menghampirinya." Akila datang menghampiriku, Dia menepuk pundakku sehingga Aku tersadar dari lamunanku."Akila," Aku bicara dengan gugup."Ada apa, Kak? Kau terlihat gelisah," ucap Akila, Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya."Bukan apa-apa, ayo Kita ke sana." Aku menarik tangan Akila, Kami tidak bicara apapun setelahnya."Aku sudah selesai makan," ucap Anita, Dia masih sempat selfi."Bagaimana kalau Kita beli beberapa makanan, baksonya enak." Akila tersenyum, Dia menatap Anita."Ya, sudah beli saja. Tapi, Key artinya Kamu bawa mobil sendiri, dong?" tanya Anit
Akila yang baru sadar terlihat ketakutan. Tiba-tiba vas bunga jatuh, sehingga membuat Akila lari keluar dari rumah. "Kenapa aku di sini?" gumam Akila."Akila!" teriak Kenya.Kenya berlari menghampiri Akila, dia memeluk Akila. Awan mulai mendung, kemudian Kenya mengajak Akila masuk ke rumah."Ke—kenapa kita ke tempat ini lagi, kak?" tanya Akila ketakutan."Kil, kamu masih ingat?" tanya Kenya sedikit merasa cemas."Iya, aku ingat. Kak Anita…." Akila sama sekali tidak melanjutkan ucapannya, setelah melihat Anita.Akila memeluk pinggang Kenya, jelas Kenya dapat merasakan ketakutan yang saat ini Akila rasakan."Tenang, Kil. Everything will be okay," gumam Kenya.&nbs
Sikap yang Anita tunjukkan terkesan dingin. Kenya mendekatinya, namun Anita menatap lurus ke depan. Tatapan begitu kosong, lalu Gendis mendekat."Kak," gumam Gendis."Ini Anita, dia salah satu sahabatku." Kenya yang seolah mengerti akan maksud dari Gendis langsung memperkenalkan Anita pada Gendis dkk."Tapi, kenapa tatapannya kosong seperti itu?" bisik Gendis yang tidak berani menatap mata Anita."Anita, kamu baik-baik saja?" tanya Kenya.Angin berhembus, kabut langsung menyelimuti hutan.Tiba-tiba suara petir dengan bersamaan terdengar cekikikan,"kikikikik!"Gendis dan Kenya berpegangan tangan, begitu juga dengan Sena, Mila, Gandi, Doni, dan Asegaf. Semuanya seolah menjadi malam, semakin mencekam dengan udara yan
"Di mana Bapak yang tadi?" Aku kebingungan mencarinya, sementara Mereka menatapku dengan tatapan 'siapa Dia?' Apa yang harus Aku lakukan sekarang?"Itu siapa?" dapat kudengar ucapan Mereka."Permisi, apa Kalian sedang berkemah di sini?" tanyaku, Mereka mengangguk."Iya, Kami sedang kemah. Kakak siapa dan apa mau kemah juga?" seorang gadis dengan rambut dikuncir bertanya dan mendekatiku."Sebenarnya tidak. Aku tersesat, bolehkah Aku bergabung dengan Kalian?" tanyaku, yang kemudian mendapatkan persetujuan dari Mereka."Boleh, ayo masuklah ke tenda. Nanti akan kubawakan makanan." Aku mengikuti gadis yang tadi menanyaiku."Siapa namamu?" Dia tersenyum, kemudian menatapku. 
"Ada apa dengan Kenya?" tanya Anita pada Akila."Entahlah, Kak. Sepertinya Kak Kenya tampak bingung, Aku akan menghampirinya." Akila datang menghampiriku, Dia menepuk pundakku sehingga Aku tersadar dari lamunanku."Akila," Aku bicara dengan gugup."Ada apa, Kak? Kau terlihat gelisah," ucap Akila, Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya."Bukan apa-apa, ayo Kita ke sana." Aku menarik tangan Akila, Kami tidak bicara apapun setelahnya."Aku sudah selesai makan," ucap Anita, Dia masih sempat selfi."Bagaimana kalau Kita beli beberapa makanan, baksonya enak." Akila tersenyum, Dia menatap Anita."Ya, sudah beli saja. Tapi, Key artinya Kamu bawa mobil sendiri, dong?" tanya Anit
"Jadi, apa bisa di bilang itu bentuk permintaan maafnya?" tanyaku pada Anita, namun Dia belum menjawabnya.Anita terlihat murung, Dia duduk di sebelahku. Perlahan, namun pasti air matanya mengalir deras. Aku dan Akila tidak mampu berkata-kata, biarlah Anita membuang sampah di dalam dirinya untuk saat ini.Selain masalah dengan Rendy dan keluarganya, ada yang membuatku sangat takut. Bulu kudukku kembali merinding, ketika kuingat bagaimana kuntilanak itu mencekik Anita dan melemparku. Aku ingat sorot kemarahan itu, tapi kenapa? Apa Dia penunggu di sini? Jika, kuntilanak yang pernah Aku mimpikan hadir dan menyerangku, apakah kuntilanak yang menyelamatkanku dalam mimpi itu juga ada?Aku sibuk dengan alam pikiranku sendiri, kemudian Aku melihat Anita membuang hadiah yang diberikan oleh Rendy. Aku dan Akila saling menatap, Kami ha
"Kak Rendy mengakhiri telephon, ya, Kak?" tanya Akila, Dia juga terlihat kesal dengan cara Rendy, padahal sebelum menanyakan perihal musik yang terlalu keras itu, tidak ada istilah signal buruk."Iya, Kil. Bagaimana Kita akan menyampaikannya pada Anita? Dia pasti akan sedih mendengarnya." Aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan, supaya Anita tidak sedih. Kalau hanya ngomong, sih tak ada sulitnya. Tapi, Aku mengerti sekali berada di posisinya."Kak, daripada Kita menyembunyikan ini. Lebih baik Kita bilang saja dengan jujur, dari awal Mereka pacaran. Kak Rendy memang terlihat kurang beres." Pasti Akila kesal pada Rendy, itu mungkin menjadi penyebab, Dia mengatakan hal tersebut tentang Rendy."Hem, mungkin memang tidak ada signal di sana. Tidak boleh salah menilai, sebelum melihat secara langsung. Tapi, apa alasannya Rendy tidak bisa datang?"
"Memangnya di sini biasanya tidak sedingin ini?" tanya Kenya, Dia mencari tahu lebih banyak mengenai tempat itu dari Anita."Biasanya tidak." Anita membuka pintu, diikuti oleh Kenya.Sesudah memasuki rumah, udara dingin kembali menyeruak. Dingin yang tak biasa dan membuat bulu kuduk Kenya sampai merinding, padahal masih pagi. Mereka menaiki tangga, pintu kamar terkunci."Kenapa pintunya terkunci? Sebelumnya Kita sama-sama keluar,'kan?" tanya Anita, Dia tampak bingung."Permisi." Kenya mengetuk pintu."Kak Key!" teriak dari dalam."Itu…itu suara Akila. Kila, buka pintunya ini kakak." Anita mengetuk pintu, Dia sampai menangis, karena terharu dapat menemukan Akila."Kak Anita—Kak Key." Akila membuka pintu dan memeluk Mereka, Dia terlihat menangis juga."Akila—Kamu dari mana saja?" tanya Anita, Dia tidak berhenti me
"Pak, tolong Adik Saya," ucap Anita pada Warga."Ya, sudah. Ayo Kita susul sebelum terlambat." Warga yang ronda lari mengejar Akila diikuti oleh Kenya dan Anita."Akila tunggu!" teriak Kenya, Dia panik saat melihat Akila hampir saja melompat ke sumur tersebut.Akila berhenti di pinggir, Dia masih membelakangi semua orang. Mendapatkan kesempatan untuk menolongnya, kemudian Anita menarik Akila, sehingga Akila jatuh menimpa Anita dalam keadaan tidak sadarkan diri."Pak, tolong." Anita meminta tolong, sehingga warga membantu mengangkat Akila. Untungnya lagi, Akila memakai baju yang utuh.Warga berhenti di depan rumah Anita, Mereka saling menoleh. Kenya terlihat memperhatikan sikap Mereka, kemudian Kenya menghampirinya."Pak, kenapa diam? Ayo, bantu sebentar bawa masuk Akila ke dalam." Kenya memecah keheningan."Maaf sebelumnya, apa Kalian bertiga tingg
Akila dan Anita mendengar teriakkan dari Kenya, kemudian Mereka berdua lari ke lantai atas. Anita mengentuk pintu kamar mandi, namun Kenya tidak membukanya."Kenya, are you okay?" tanya Anita dari luar."Hah…hah…hah." Aku melihat ulat, sekarang tidak ada apa-apa." Kenya buru-buru mengganti pakaiannya, Dia ke luar dan memeluk Anita."Ada apa Key? Sepertinya Kamu sakit," ucap Anita, Dia menyentuh kening Kenya."Tidak, Aku hanya lelah. Mungkin, imunku sedang turun. Aku akan tidur, Kila temani Kakak ya," ucap Kenya pada Akila."Iya, Kak." setelah memastikan semuanya baik-baik saja, kemudian Anita mandi. Akila main catur online, sembari menunggu Anita selesai.Kenya membuka matanya, anehnya Dia berada di tempat yang begitu asing. Ada sesosok bayangan hitam melewatinya, Dia melihat ke sekelilingnya. "Anita! Akila!"Tidak ada yang menyahut, lantaran tempatnya seperti hutan dan semuanya hampir gelap gulita. Kenya m