Prang!!
Suara tersebut mengejutkan Anita, Dia melihat di sekitarnya. Anita menatap pintu di depannya, karena penasaran Dia membuka pintu tersebut.
"Ini gudang, tadi Aku berada di ruang tamu. Apa ketiduran terus jalan sambil tidur,ya?" tanya Anita, Dia melihat keadaannya.
Anita mengambil sapu, Dia membersihkan gudang tersebut seorang diri. Secara spontan Anita menoleh, Dia seperti orang ketakutan. Anita memegang sapunya cukup erat, entah apa penyebabnya?
"Kayaknya tadi ada yang menyentuh bahuku?" gumam Anita.
"Anita."
"Siapa itu?" tanya Anita, Dia mundur perlahan, namun tubuhnya terdorong.
"Aw, siapa? Jangan main-main!" teriak Anita, Dia meraih saklar lampu.
Dia terlihat kesal, karena tidak bisa menghidupkan lampu ganda, kemudian Anita menaruh sapunya. Dia meraih pintu gudang, tetapi tidak bisa di buka. Anita tidak berani melihat ke belakang, Dia mengusap lehernya.
"Kenapa udara tiba-tiba dingin di sini?" gumamnya.
"Anita."
Anita menutup telinganya, Dia terlihat berkeringat. Kaki kanan Anita seperti di tarik ke belakang, spontan Anita memegang gagang pintu. Dia seperti ingin berteriak, namun tidak mengeluarkan suara.
"Hiks…hiks…hik." Anita terlihat sangat terkejut, ketika mendengar suara tangisan itu.
"Jangan ganggu," batin Anita, Dia berusaha berteriak meminta tolong, namun suaranya tidak juga ke luar.
Tangan Anita terlepas dari gagang pintu, Dia terlempar ke belakang dan membentur tembok. Anita memegang keningnya, Dia melihat ke depan.
"Aaaaa!" teriak Anita.
"Itu bukannya suara Anita?" tanya Kenya, Dia beranjak dari tempat tidur.
"Suara Kak Anita? Masa sih, Kak?" tanya Akila.
"Ayo, Kil." Kenya menarik tangan Akila, Mereka lari melewati tangga menuju lantai bawah, meski tidak terlalu tinggi—Mereka tetap berhati-hati.
"Itu laptopnya Kak Anita, lalu Dia di mana?" tanya Akila.
"Benar juga, tadi Aku mendengar suara teriakan Anita. Memangnya Kamu tidak dengar?" tanya Kenya memastikan.
"Tidak sama sekali, mungkin Kila terlalu sibuk main catur online. Tapi, Kak Anita sedang membuat proyeknya. Dia engga mungkin ke luar rumah," tutur Akila.
"Kalau begitu, Kita cari di sekitar sini dulu." Kenya dan Akila memeriksa ke dapur.
"Lho, itu Kak Anita. Sepertinya Dia sedang masak," ucap Akila.
"Kok? Sepertinya, Kakak salah dengar." Kenya memperhatikan Anita yang membelakangi Mereka di dapur.
"Ayo, Kak. Kita ke atas," ucap Akila.
"Iya." dengan ragu-ragu Kenya melangkah, Dia sempat melihat ke belakang.
"Mungkin Aku kecapean," batin Kenya, Dia mengikuti Akila dari belakang.
Di kamar, Kenya tampak berpikir. Dia sesekali duduk, kemudian berdiri. Hingga, sore hari Anita belum juga datang dari lantai bawah. Bahkan, saat makan siang Anita tidak memasak. Anita pergi ke belakang rumah, Dia tidak ikut makan. Hal itu membuat Akila dan Kenya saling memandang.
"Kamu merasa ada yang aneh, gak Kil?" tanya Kenya pada Akila.
"Iya, sih Kak. Kenapa Kak Anita tidak mau ikut makan?" tanya Akila, Dia berdiri dari kursi.
"Mau ke mana Kil?" tanya Kenya, saat melihat Akila. Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Kenya, justru Akila melangkah begitu saja.
Kenya terlihat kebingungan, lalu Dia mengikuti Akila. Hampir saja Akila menabrak pintu, untunglah Kenya menariknya, sehingga hal itu tidak sampai terjadi.
"Kila!" teriak Kenya.
"Iya, Kak." Akila menatap Kenya, Dia terlihat bingung.
"Kamu kenapa?" tanya Kenya, Dia menepuk pipi Akila.
"Aw, Aku tidak apa-apa. Memangnya Kila kenapa?" justru Akila yang bertanya balik pada Kenya.
"Jadi, tadi itu Kamu." Kenya diam, Dia melihat pintu di depannya.
"Ini tempat apa ya? Kila baru tahu ada, eh…ini gudang." Kila melihat tulisan yang sudah usang di atas pintu.
"Kil, sepertinya pintu ini tidak di kunci." Kenya menyentuh gagang pintu dan benar saja, pintunya dapat di buka dengan sangat mudah.
"Kok gelap?" tanya Akila.
"Sebentar, Kita cari saklar dulu." Kenya dan Akila berpegangan tangan, kemudian Mereka mengikuti arah dinding dan berhasil menemukan saklar, lampu pun hidup.
"Kak Anita!" teriak Akila, Mereka lari dan melihat Anita.
"Ini Anita, lalu yang tadi di luar…siapa?" batin Kenya.
"Kil, ayo bawa Anita." Mereka mengangkat Anita, namun Kenya jatuh. Alhasil Akila dan Anita juga ikut jatuh.
"Aduh." Anita memegang kepalanya, Dia membuka matanya perlahan.
"Nita, ya, ampun. Maafin Aku, tadi tidak sengaja jatuh. Kila maafin Kakak, ya." Kenya terlihat merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, Kak. Mungkin lantainya, kok ada air. Kak Anita bawa air ke sini?" tanya Akila.
"Tidak, Aku tidak membawa air ke sini. Tadi, apa kepalaku terluka? Pasti, banyak darah." tiba-tiba Anita histeris, kemudian Kenya dan Akila membawanya ke luar dari gudang. Mereka duduk di sofa, sementara Akila memeluk Anita.
"Sadar, Nit! Tidak ada darah di kening Kamu!" teriak Kenya, barulah Anita diam.
"Tapi, tadi ada darah." Anita mengusap wajahnya, Dia memeluk Akila.
"Benar, Kak. Tidak ada darah, tapi aneh ya. Kak Key, bukannya Kita mau mencari Kak Anita? Aku rasa Kita masih ada di sini, kenapa tiba-tiba ada di gudang. Terus, bukannya Kak Anita ada belakang rumah?" tanya Akila, begitu banyak pertanyaan yang sepertinya berkecamuk.
"Kil, jangan nakut-nakutin deh. Kakak juga gak tahu tiba-tiba ada di depan gudang, jadi langsung bersih-bersih dan tadi itu…apa yang terjadi ya?" tanya Anita, Dia berusaha mengingat-ingat.
"Hem, sudahlah mungkin itu hanya kebetulan. Nit, Kamu belum makan. Makan dulu, gih." Anita mengangguk, kemudian Dia sendiri makan, sedangkan Akila dan Kenya sama-sama termenung.
"Kak, kok Akila takut ya. Apa jangan-jangan rumah ini." Kenya buru-buru menutup mulut Akila, sebelum Dia mengucapkannya.
"Semoga saja tidak, mungkin ini hanya kebetulan. Pasti Anita pingsan saat bersih-bersih, karena Dia belum makan. Kamu sudah bicarakan dengan teman Kamu?" tanya Kenya, Dia mengalihkan pembicara.
"Sudah, tapi telephon terputus. Pasti signalnya yang buruk. Kak Key, tinggal di sini saja. Lebih lama Kak, biar Kila ada temannya saat Kak Anita kerja." Kila memasang muka memelas, karena melihat itu Kenya sepertinya kasihan padanya.
"Sepertinya Aku memang harus tinggal di sini, karena Aku ingin memastikan, apakah rumah ini angker atau hanya perasaanku saja?" batin Kenya.
"Okay, Kakak akan tinggal di sini untuk beberapa Minggu ke depan. Tapi, Kakak juga akan beli bahan makanan dan sebagainya. Kamu dan Kak Anita tidak boleh melarang Kakak, bagaimana?" tanya Kenya pada Akila.
"Kak, boleh,'kan?" tanya Akila, Dia meminta persetujuan dari Anita.
"Banget! Senang kalau rame," jawab Anita, Dia masih makan dengan lahap.
"Hore, Kak Key bakal tinggal di sini." Akila berjingkrak seperti anak kecil, sehingga Kenya dan Anita tersenyum melihatnya.
"Aku duluan mandi, ya." Kenya pergi ke kamar Mereka, karena tempat tidur yang cukup besar dan muat lebih dari tiga orang.
Kenya mengambil pakaian ganti, kemudian Dia masuk ke kamar mandi. Kenya menyalakan shower dan mandi dengan tenang.
"Aaaaa! Ulat!" teriak Kenya.
To be continue
Akila dan Anita mendengar teriakkan dari Kenya, kemudian Mereka berdua lari ke lantai atas. Anita mengentuk pintu kamar mandi, namun Kenya tidak membukanya."Kenya, are you okay?" tanya Anita dari luar."Hah…hah…hah." Aku melihat ulat, sekarang tidak ada apa-apa." Kenya buru-buru mengganti pakaiannya, Dia ke luar dan memeluk Anita."Ada apa Key? Sepertinya Kamu sakit," ucap Anita, Dia menyentuh kening Kenya."Tidak, Aku hanya lelah. Mungkin, imunku sedang turun. Aku akan tidur, Kila temani Kakak ya," ucap Kenya pada Akila."Iya, Kak." setelah memastikan semuanya baik-baik saja, kemudian Anita mandi. Akila main catur online, sembari menunggu Anita selesai.Kenya membuka matanya, anehnya Dia berada di tempat yang begitu asing. Ada sesosok bayangan hitam melewatinya, Dia melihat ke sekelilingnya. "Anita! Akila!"Tidak ada yang menyahut, lantaran tempatnya seperti hutan dan semuanya hampir gelap gulita. Kenya m
"Pak, tolong Adik Saya," ucap Anita pada Warga."Ya, sudah. Ayo Kita susul sebelum terlambat." Warga yang ronda lari mengejar Akila diikuti oleh Kenya dan Anita."Akila tunggu!" teriak Kenya, Dia panik saat melihat Akila hampir saja melompat ke sumur tersebut.Akila berhenti di pinggir, Dia masih membelakangi semua orang. Mendapatkan kesempatan untuk menolongnya, kemudian Anita menarik Akila, sehingga Akila jatuh menimpa Anita dalam keadaan tidak sadarkan diri."Pak, tolong." Anita meminta tolong, sehingga warga membantu mengangkat Akila. Untungnya lagi, Akila memakai baju yang utuh.Warga berhenti di depan rumah Anita, Mereka saling menoleh. Kenya terlihat memperhatikan sikap Mereka, kemudian Kenya menghampirinya."Pak, kenapa diam? Ayo, bantu sebentar bawa masuk Akila ke dalam." Kenya memecah keheningan."Maaf sebelumnya, apa Kalian bertiga tingg
"Memangnya di sini biasanya tidak sedingin ini?" tanya Kenya, Dia mencari tahu lebih banyak mengenai tempat itu dari Anita."Biasanya tidak." Anita membuka pintu, diikuti oleh Kenya.Sesudah memasuki rumah, udara dingin kembali menyeruak. Dingin yang tak biasa dan membuat bulu kuduk Kenya sampai merinding, padahal masih pagi. Mereka menaiki tangga, pintu kamar terkunci."Kenapa pintunya terkunci? Sebelumnya Kita sama-sama keluar,'kan?" tanya Anita, Dia tampak bingung."Permisi." Kenya mengetuk pintu."Kak Key!" teriak dari dalam."Itu…itu suara Akila. Kila, buka pintunya ini kakak." Anita mengetuk pintu, Dia sampai menangis, karena terharu dapat menemukan Akila."Kak Anita—Kak Key." Akila membuka pintu dan memeluk Mereka, Dia terlihat menangis juga."Akila—Kamu dari mana saja?" tanya Anita, Dia tidak berhenti me
"Kak Rendy mengakhiri telephon, ya, Kak?" tanya Akila, Dia juga terlihat kesal dengan cara Rendy, padahal sebelum menanyakan perihal musik yang terlalu keras itu, tidak ada istilah signal buruk."Iya, Kil. Bagaimana Kita akan menyampaikannya pada Anita? Dia pasti akan sedih mendengarnya." Aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan, supaya Anita tidak sedih. Kalau hanya ngomong, sih tak ada sulitnya. Tapi, Aku mengerti sekali berada di posisinya."Kak, daripada Kita menyembunyikan ini. Lebih baik Kita bilang saja dengan jujur, dari awal Mereka pacaran. Kak Rendy memang terlihat kurang beres." Pasti Akila kesal pada Rendy, itu mungkin menjadi penyebab, Dia mengatakan hal tersebut tentang Rendy."Hem, mungkin memang tidak ada signal di sana. Tidak boleh salah menilai, sebelum melihat secara langsung. Tapi, apa alasannya Rendy tidak bisa datang?"
"Jadi, apa bisa di bilang itu bentuk permintaan maafnya?" tanyaku pada Anita, namun Dia belum menjawabnya.Anita terlihat murung, Dia duduk di sebelahku. Perlahan, namun pasti air matanya mengalir deras. Aku dan Akila tidak mampu berkata-kata, biarlah Anita membuang sampah di dalam dirinya untuk saat ini.Selain masalah dengan Rendy dan keluarganya, ada yang membuatku sangat takut. Bulu kudukku kembali merinding, ketika kuingat bagaimana kuntilanak itu mencekik Anita dan melemparku. Aku ingat sorot kemarahan itu, tapi kenapa? Apa Dia penunggu di sini? Jika, kuntilanak yang pernah Aku mimpikan hadir dan menyerangku, apakah kuntilanak yang menyelamatkanku dalam mimpi itu juga ada?Aku sibuk dengan alam pikiranku sendiri, kemudian Aku melihat Anita membuang hadiah yang diberikan oleh Rendy. Aku dan Akila saling menatap, Kami ha
"Ada apa dengan Kenya?" tanya Anita pada Akila."Entahlah, Kak. Sepertinya Kak Kenya tampak bingung, Aku akan menghampirinya." Akila datang menghampiriku, Dia menepuk pundakku sehingga Aku tersadar dari lamunanku."Akila," Aku bicara dengan gugup."Ada apa, Kak? Kau terlihat gelisah," ucap Akila, Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya."Bukan apa-apa, ayo Kita ke sana." Aku menarik tangan Akila, Kami tidak bicara apapun setelahnya."Aku sudah selesai makan," ucap Anita, Dia masih sempat selfi."Bagaimana kalau Kita beli beberapa makanan, baksonya enak." Akila tersenyum, Dia menatap Anita."Ya, sudah beli saja. Tapi, Key artinya Kamu bawa mobil sendiri, dong?" tanya Anit
"Di mana Bapak yang tadi?" Aku kebingungan mencarinya, sementara Mereka menatapku dengan tatapan 'siapa Dia?' Apa yang harus Aku lakukan sekarang?"Itu siapa?" dapat kudengar ucapan Mereka."Permisi, apa Kalian sedang berkemah di sini?" tanyaku, Mereka mengangguk."Iya, Kami sedang kemah. Kakak siapa dan apa mau kemah juga?" seorang gadis dengan rambut dikuncir bertanya dan mendekatiku."Sebenarnya tidak. Aku tersesat, bolehkah Aku bergabung dengan Kalian?" tanyaku, yang kemudian mendapatkan persetujuan dari Mereka."Boleh, ayo masuklah ke tenda. Nanti akan kubawakan makanan." Aku mengikuti gadis yang tadi menanyaiku."Siapa namamu?" Dia tersenyum, kemudian menatapku. 
Sikap yang Anita tunjukkan terkesan dingin. Kenya mendekatinya, namun Anita menatap lurus ke depan. Tatapan begitu kosong, lalu Gendis mendekat."Kak," gumam Gendis."Ini Anita, dia salah satu sahabatku." Kenya yang seolah mengerti akan maksud dari Gendis langsung memperkenalkan Anita pada Gendis dkk."Tapi, kenapa tatapannya kosong seperti itu?" bisik Gendis yang tidak berani menatap mata Anita."Anita, kamu baik-baik saja?" tanya Kenya.Angin berhembus, kabut langsung menyelimuti hutan.Tiba-tiba suara petir dengan bersamaan terdengar cekikikan,"kikikikik!"Gendis dan Kenya berpegangan tangan, begitu juga dengan Sena, Mila, Gandi, Doni, dan Asegaf. Semuanya seolah menjadi malam, semakin mencekam dengan udara yan
Akila yang baru sadar terlihat ketakutan. Tiba-tiba vas bunga jatuh, sehingga membuat Akila lari keluar dari rumah. "Kenapa aku di sini?" gumam Akila."Akila!" teriak Kenya.Kenya berlari menghampiri Akila, dia memeluk Akila. Awan mulai mendung, kemudian Kenya mengajak Akila masuk ke rumah."Ke—kenapa kita ke tempat ini lagi, kak?" tanya Akila ketakutan."Kil, kamu masih ingat?" tanya Kenya sedikit merasa cemas."Iya, aku ingat. Kak Anita…." Akila sama sekali tidak melanjutkan ucapannya, setelah melihat Anita.Akila memeluk pinggang Kenya, jelas Kenya dapat merasakan ketakutan yang saat ini Akila rasakan."Tenang, Kil. Everything will be okay," gumam Kenya.&nbs
Sikap yang Anita tunjukkan terkesan dingin. Kenya mendekatinya, namun Anita menatap lurus ke depan. Tatapan begitu kosong, lalu Gendis mendekat."Kak," gumam Gendis."Ini Anita, dia salah satu sahabatku." Kenya yang seolah mengerti akan maksud dari Gendis langsung memperkenalkan Anita pada Gendis dkk."Tapi, kenapa tatapannya kosong seperti itu?" bisik Gendis yang tidak berani menatap mata Anita."Anita, kamu baik-baik saja?" tanya Kenya.Angin berhembus, kabut langsung menyelimuti hutan.Tiba-tiba suara petir dengan bersamaan terdengar cekikikan,"kikikikik!"Gendis dan Kenya berpegangan tangan, begitu juga dengan Sena, Mila, Gandi, Doni, dan Asegaf. Semuanya seolah menjadi malam, semakin mencekam dengan udara yan
"Di mana Bapak yang tadi?" Aku kebingungan mencarinya, sementara Mereka menatapku dengan tatapan 'siapa Dia?' Apa yang harus Aku lakukan sekarang?"Itu siapa?" dapat kudengar ucapan Mereka."Permisi, apa Kalian sedang berkemah di sini?" tanyaku, Mereka mengangguk."Iya, Kami sedang kemah. Kakak siapa dan apa mau kemah juga?" seorang gadis dengan rambut dikuncir bertanya dan mendekatiku."Sebenarnya tidak. Aku tersesat, bolehkah Aku bergabung dengan Kalian?" tanyaku, yang kemudian mendapatkan persetujuan dari Mereka."Boleh, ayo masuklah ke tenda. Nanti akan kubawakan makanan." Aku mengikuti gadis yang tadi menanyaiku."Siapa namamu?" Dia tersenyum, kemudian menatapku. 
"Ada apa dengan Kenya?" tanya Anita pada Akila."Entahlah, Kak. Sepertinya Kak Kenya tampak bingung, Aku akan menghampirinya." Akila datang menghampiriku, Dia menepuk pundakku sehingga Aku tersadar dari lamunanku."Akila," Aku bicara dengan gugup."Ada apa, Kak? Kau terlihat gelisah," ucap Akila, Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya."Bukan apa-apa, ayo Kita ke sana." Aku menarik tangan Akila, Kami tidak bicara apapun setelahnya."Aku sudah selesai makan," ucap Anita, Dia masih sempat selfi."Bagaimana kalau Kita beli beberapa makanan, baksonya enak." Akila tersenyum, Dia menatap Anita."Ya, sudah beli saja. Tapi, Key artinya Kamu bawa mobil sendiri, dong?" tanya Anit
"Jadi, apa bisa di bilang itu bentuk permintaan maafnya?" tanyaku pada Anita, namun Dia belum menjawabnya.Anita terlihat murung, Dia duduk di sebelahku. Perlahan, namun pasti air matanya mengalir deras. Aku dan Akila tidak mampu berkata-kata, biarlah Anita membuang sampah di dalam dirinya untuk saat ini.Selain masalah dengan Rendy dan keluarganya, ada yang membuatku sangat takut. Bulu kudukku kembali merinding, ketika kuingat bagaimana kuntilanak itu mencekik Anita dan melemparku. Aku ingat sorot kemarahan itu, tapi kenapa? Apa Dia penunggu di sini? Jika, kuntilanak yang pernah Aku mimpikan hadir dan menyerangku, apakah kuntilanak yang menyelamatkanku dalam mimpi itu juga ada?Aku sibuk dengan alam pikiranku sendiri, kemudian Aku melihat Anita membuang hadiah yang diberikan oleh Rendy. Aku dan Akila saling menatap, Kami ha
"Kak Rendy mengakhiri telephon, ya, Kak?" tanya Akila, Dia juga terlihat kesal dengan cara Rendy, padahal sebelum menanyakan perihal musik yang terlalu keras itu, tidak ada istilah signal buruk."Iya, Kil. Bagaimana Kita akan menyampaikannya pada Anita? Dia pasti akan sedih mendengarnya." Aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan, supaya Anita tidak sedih. Kalau hanya ngomong, sih tak ada sulitnya. Tapi, Aku mengerti sekali berada di posisinya."Kak, daripada Kita menyembunyikan ini. Lebih baik Kita bilang saja dengan jujur, dari awal Mereka pacaran. Kak Rendy memang terlihat kurang beres." Pasti Akila kesal pada Rendy, itu mungkin menjadi penyebab, Dia mengatakan hal tersebut tentang Rendy."Hem, mungkin memang tidak ada signal di sana. Tidak boleh salah menilai, sebelum melihat secara langsung. Tapi, apa alasannya Rendy tidak bisa datang?"
"Memangnya di sini biasanya tidak sedingin ini?" tanya Kenya, Dia mencari tahu lebih banyak mengenai tempat itu dari Anita."Biasanya tidak." Anita membuka pintu, diikuti oleh Kenya.Sesudah memasuki rumah, udara dingin kembali menyeruak. Dingin yang tak biasa dan membuat bulu kuduk Kenya sampai merinding, padahal masih pagi. Mereka menaiki tangga, pintu kamar terkunci."Kenapa pintunya terkunci? Sebelumnya Kita sama-sama keluar,'kan?" tanya Anita, Dia tampak bingung."Permisi." Kenya mengetuk pintu."Kak Key!" teriak dari dalam."Itu…itu suara Akila. Kila, buka pintunya ini kakak." Anita mengetuk pintu, Dia sampai menangis, karena terharu dapat menemukan Akila."Kak Anita—Kak Key." Akila membuka pintu dan memeluk Mereka, Dia terlihat menangis juga."Akila—Kamu dari mana saja?" tanya Anita, Dia tidak berhenti me
"Pak, tolong Adik Saya," ucap Anita pada Warga."Ya, sudah. Ayo Kita susul sebelum terlambat." Warga yang ronda lari mengejar Akila diikuti oleh Kenya dan Anita."Akila tunggu!" teriak Kenya, Dia panik saat melihat Akila hampir saja melompat ke sumur tersebut.Akila berhenti di pinggir, Dia masih membelakangi semua orang. Mendapatkan kesempatan untuk menolongnya, kemudian Anita menarik Akila, sehingga Akila jatuh menimpa Anita dalam keadaan tidak sadarkan diri."Pak, tolong." Anita meminta tolong, sehingga warga membantu mengangkat Akila. Untungnya lagi, Akila memakai baju yang utuh.Warga berhenti di depan rumah Anita, Mereka saling menoleh. Kenya terlihat memperhatikan sikap Mereka, kemudian Kenya menghampirinya."Pak, kenapa diam? Ayo, bantu sebentar bawa masuk Akila ke dalam." Kenya memecah keheningan."Maaf sebelumnya, apa Kalian bertiga tingg
Akila dan Anita mendengar teriakkan dari Kenya, kemudian Mereka berdua lari ke lantai atas. Anita mengentuk pintu kamar mandi, namun Kenya tidak membukanya."Kenya, are you okay?" tanya Anita dari luar."Hah…hah…hah." Aku melihat ulat, sekarang tidak ada apa-apa." Kenya buru-buru mengganti pakaiannya, Dia ke luar dan memeluk Anita."Ada apa Key? Sepertinya Kamu sakit," ucap Anita, Dia menyentuh kening Kenya."Tidak, Aku hanya lelah. Mungkin, imunku sedang turun. Aku akan tidur, Kila temani Kakak ya," ucap Kenya pada Akila."Iya, Kak." setelah memastikan semuanya baik-baik saja, kemudian Anita mandi. Akila main catur online, sembari menunggu Anita selesai.Kenya membuka matanya, anehnya Dia berada di tempat yang begitu asing. Ada sesosok bayangan hitam melewatinya, Dia melihat ke sekelilingnya. "Anita! Akila!"Tidak ada yang menyahut, lantaran tempatnya seperti hutan dan semuanya hampir gelap gulita. Kenya m