"Pak, tolong Adik Saya," ucap Anita pada Warga.
"Ya, sudah. Ayo Kita susul sebelum terlambat." Warga yang ronda lari mengejar Akila diikuti oleh Kenya dan Anita.
"Akila tunggu!" teriak Kenya, Dia panik saat melihat Akila hampir saja melompat ke sumur tersebut.
Akila berhenti di pinggir, Dia masih membelakangi semua orang. Mendapatkan kesempatan untuk menolongnya, kemudian Anita menarik Akila, sehingga Akila jatuh menimpa Anita dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Pak, tolong." Anita meminta tolong, sehingga warga membantu mengangkat Akila. Untungnya lagi, Akila memakai baju yang utuh.
Warga berhenti di depan rumah Anita, Mereka saling menoleh. Kenya terlihat memperhatikan sikap Mereka, kemudian Kenya menghampirinya.
"Pak, kenapa diam? Ayo, bantu sebentar bawa masuk Akila ke dalam." Kenya memecah keheningan.
"Maaf sebelumnya, apa Kalian bertiga tinggal di sini?" tanya salah seorang warga.
"Iya," jawab Anita dan Kenya.
"Memangnya kenapa, Pak?" tanya Kenya, Dia melihat raut wajah ketakutan pada warga yang ronda.
"Sebaiknya, Kalian tidur di rumah Saya saja. Jangan khawatir ada Istri dan anak-anak, nanti Saya nginep di rumah Sanip. Dia belum berkeluarga, supaya Kalian aman." sebelum Anita dan Kenya mengiyakan, warga sudah membawa Akila ke rumah Pak Abas.
"Ini siapa, Pak?" tanya Bu Tuti—Istrinya Pak Abas.
"Kami dari kota Bu," jawab Kenya.
"Sebentar saja ceritanya, bawa Mereka masuk Bu." Warga yang lainnya pulang ke rumah masing-masing, sementara Pak Abas dan Pak Sanip masih ada di rumah.
"Apa Akila akan baik-baik saja?" tanya Anita, Dia sebagai kakak tentunya cemas melihat keadaan Adiknya.
"Aku yakin, Dia akan baik-baik saja." Kenya berusaha menenangkan Anita.
"Mereka ini tinggal di rumah kosong itu," tutur Pak Abas.
"Di rumah angker itu?" bisik Bu Tuti.
"Iya," jawab Pak Abas.
"Kok berani tinggal di sana?" tanya Bu Tuti pada Anita dan Kenya.
"Sebelumnya perkenalkan Bu, nama Saya Kenya dan ini Anita. Memangnya ada apa dengan rumah itu?" tanya Kenya, Dia penasaran.
"Bukan apa-apa," jawab Bu Tuti, Dia terlihat menyembunyikan sesuatu.
"Pasti, Bu Tuti memiliki alasan menanyakan hal itu. Kira-kira apa ya?" batin Kenya.
"Begini saja Bu, Bapak akan nginep di rumah Pak Sanip. Biar Mereka tidur di sini," tutur Pak Abas.
"Ya, sudah. Ayo Kenya—Anita." Bu Tuti mengantarkan Mereka ke sebelah kamar tempat Akila tidur.
"Kenya, Kamu merasa ada yang aneh gak, sih? Kenapa Akila tiba-tiba lari ke sumur itu?" tanya Anita, Dia baru ngeh dengan semua kejadian malam ini.
"Nit…." Kenya diam sejenak, Dia tidak jadi bicara. Hal itu membuat Anita menatapnya heran, kemudian Anita hendak menghadap ke arah yang Kenya lihat.
"Jangan lihat Nit." Kenya memegang wajah Anita supaya tidak melihat ke arah jendela.
Tok…tok…tok
Suara jendela di ketuk dari luar. Kenya menarik tangan Anita dan membawanya bersembunyi di sudut ruangan, hal itu cukup menyembunyikan Mereka dari arah jendela di kamar tersebut."Memangnya ada apa Key?" bisik Anita, Dia juga terlihat ketakutan, meski tidak tahu apa-apa.
"Ada seseorang yang berdiri di luar," bisik Kenya, Dia meremas tangannya sendiri.
"Orang? Kalau begitu Kita beritahu saja Bu Tuti," bisik Anita.
"Jangan." Kenya mencegah Anita menemui Bu Tuti.
"Kalau Aku beritahu, pasti Anita akan ketakutan." Kenya dan Anita tanpa sadar tertidur di di pojok ruangan sampai pagi.
Bu Tuti yang terbangun mengecek keberadaan Akila, namun saat Dia membuka pintu—Akila tidak ada di kamarnya. Bu Tuti berlari dan mengetuk pintu kamar Kenya.
"Nak Kenya, Nak Anita. Buka pintunya, gawat!" teriak Bu Tuti.
"Bu Tuti." Kenya bangun, lalu membuka pintu.
"Gawat, Nak Kenya." Bu Tuti terlihat pucat pasi.
"Gawat kenapa?" tanya Kenya, Dia menunggu ucapan Bu Tuti.
"Itu, kenapa Anita tidur di sana?" tanya Bu Tuti, Dia belum mengatakan apapun.
"Panjang ceritanya, memangnya apanya yang gawat, Bu?" tanya Kenya kembali.
"Akila tidak ada di kamarnya," jawab Bu Tuti.
"Apa?!" Kenya sangat terkejut mendengarnya.
"Bagaimana ini, Nak?" tanya Bu Tuti, tentu saja sebagai pemilik rumah, Dia merasa takut, apalagi Tamunya menghilang.
"Sebentar Bu." Kenya membangunkan Anita.
"Ada apa Key? Ini di mana?" tanya Anita, sepertinya Dia masih belum sadar sepenuhnya dari tidur.
"Ini rumahnya Bu Tuti, Kamu ingat,'kan?" tanya Kenya pada Anita.
"Hemm, iya. Aduh Aku masih ngantuk." Anita mengusap wajahnya.
"Nit, Akila hilang," ucap Kenya. Anita langsung menangis mendengarnya.
"Kok bisa Key? Bu, bagaimana ceritanya?" tanya Anita, Dia tampak terpukul.
"Waktu Ibu masuk ke kamarnya, Dia sudah tidak ada. Padahal kunci kamarnya masih Ibu bawa." Bu Tuti memperlihatkan kunci kamar tersebut, Kenya sepertinya tahu ada yang aneh dengan kejadian ini.
"Tunggu dulu, sebaiknya Kita coba pulang ke rumah." Kenya mendahului, kemudian di susul oleh Anita dan Ibu Tuti. Pak Abas yang baru pulang, tidak sengaja melihat Mereka pergi, lalu menyusulnya.
"Bu, tunggu. Ada apa?" tanya Pak Abas.
"Akila menghilang Pak, padahal kunci masih ada di Ibu. Aneh,'kan? Ayo Kita susul Kenya dan Anita," ucap Bu Tuti.
"Sebaliknya jangan, Bu." Pak Abas mencegah Bu Tuti yang akan menyusul Anita dan Kenya.
"Lho, kenapa Pak?" tanya Bu Tuti.
"Sebaiknya Kita jangan ikut campur dengan urusan Mereka," jawab Pak Abas.
"Tapi, Pak. Kasihan Mereka," ucap Bu Tuti.
"Kita hanya mampu menolong sampai di sini, tapi kalau masuk ke rumah itu. Bapak takut, kalau Ibu kerasukan lagi. Bapak takut Kita mengalami hal sama seperti dulu." Pak Abas menarik tangan Bu Tuti dan membawanya pulang.
"Key, tunggu." Anita memegang tangan Kenya untuk menghentikannya.
"Nit, Aku punya feeling kalau Akila pasti ada di rumah. Ayo Nit." Kenya menarik tangan Anita, kemudian Mereka melanjutkan perjalanan.
Tin…tin…tin
Suara klakson mobil mengangetkan Kenya dan Anita. Mereka segera menepi, kemudian mobil tersebut berhenti di depan Mereka. Anita menggenggam tangan Kenya erat, menyadarinya Kenya memperhatikan mobil tersebut."Itu mobilnya Tante Devi," gumam Kenya.
"Bagaimana ini Key?" tanya Anita, Dia tampak khawatir.
"Jangan takut, Aku akan melindungi Kamu." Kenya membawa Anita kabur dari tempat tersebut, sebelum Devi ke luar dari mobil.
"Ke mana Mereka?" tanya Devi pada supirnya.
"Sepertinya Mereka kabur Nyonya," jawab supirnya.
"Jadi, ternyata benar. Anita tinggal di sini." Devi tersenyum penuh arti, kemudian Dia kembali masuk ke mobilnya dan pergi dari sana.
"Tante Devi sudah pergi," ucap Kenya.
"Kenapa Tante Devi bisa ada di sini? Apa Dia sengaja, ya mencariku?" tanya Anita.
"Entahlah, pokoknya Kamu jangan khawatir. Ayo, Kita pergi dari sini." Kenya dan Anita kembali ke jalan yang tadi, Mereka mempercepat langkah, hingga memasuki halaman rumah.
"Kok, udaranya dingin banget di sini? Sebelumnya Aku merasa biasa saja," ucap Anita.
To be continue
"Memangnya di sini biasanya tidak sedingin ini?" tanya Kenya, Dia mencari tahu lebih banyak mengenai tempat itu dari Anita."Biasanya tidak." Anita membuka pintu, diikuti oleh Kenya.Sesudah memasuki rumah, udara dingin kembali menyeruak. Dingin yang tak biasa dan membuat bulu kuduk Kenya sampai merinding, padahal masih pagi. Mereka menaiki tangga, pintu kamar terkunci."Kenapa pintunya terkunci? Sebelumnya Kita sama-sama keluar,'kan?" tanya Anita, Dia tampak bingung."Permisi." Kenya mengetuk pintu."Kak Key!" teriak dari dalam."Itu…itu suara Akila. Kila, buka pintunya ini kakak." Anita mengetuk pintu, Dia sampai menangis, karena terharu dapat menemukan Akila."Kak Anita—Kak Key." Akila membuka pintu dan memeluk Mereka, Dia terlihat menangis juga."Akila—Kamu dari mana saja?" tanya Anita, Dia tidak berhenti me
"Kak Rendy mengakhiri telephon, ya, Kak?" tanya Akila, Dia juga terlihat kesal dengan cara Rendy, padahal sebelum menanyakan perihal musik yang terlalu keras itu, tidak ada istilah signal buruk."Iya, Kil. Bagaimana Kita akan menyampaikannya pada Anita? Dia pasti akan sedih mendengarnya." Aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan, supaya Anita tidak sedih. Kalau hanya ngomong, sih tak ada sulitnya. Tapi, Aku mengerti sekali berada di posisinya."Kak, daripada Kita menyembunyikan ini. Lebih baik Kita bilang saja dengan jujur, dari awal Mereka pacaran. Kak Rendy memang terlihat kurang beres." Pasti Akila kesal pada Rendy, itu mungkin menjadi penyebab, Dia mengatakan hal tersebut tentang Rendy."Hem, mungkin memang tidak ada signal di sana. Tidak boleh salah menilai, sebelum melihat secara langsung. Tapi, apa alasannya Rendy tidak bisa datang?"
"Jadi, apa bisa di bilang itu bentuk permintaan maafnya?" tanyaku pada Anita, namun Dia belum menjawabnya.Anita terlihat murung, Dia duduk di sebelahku. Perlahan, namun pasti air matanya mengalir deras. Aku dan Akila tidak mampu berkata-kata, biarlah Anita membuang sampah di dalam dirinya untuk saat ini.Selain masalah dengan Rendy dan keluarganya, ada yang membuatku sangat takut. Bulu kudukku kembali merinding, ketika kuingat bagaimana kuntilanak itu mencekik Anita dan melemparku. Aku ingat sorot kemarahan itu, tapi kenapa? Apa Dia penunggu di sini? Jika, kuntilanak yang pernah Aku mimpikan hadir dan menyerangku, apakah kuntilanak yang menyelamatkanku dalam mimpi itu juga ada?Aku sibuk dengan alam pikiranku sendiri, kemudian Aku melihat Anita membuang hadiah yang diberikan oleh Rendy. Aku dan Akila saling menatap, Kami ha
"Ada apa dengan Kenya?" tanya Anita pada Akila."Entahlah, Kak. Sepertinya Kak Kenya tampak bingung, Aku akan menghampirinya." Akila datang menghampiriku, Dia menepuk pundakku sehingga Aku tersadar dari lamunanku."Akila," Aku bicara dengan gugup."Ada apa, Kak? Kau terlihat gelisah," ucap Akila, Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya."Bukan apa-apa, ayo Kita ke sana." Aku menarik tangan Akila, Kami tidak bicara apapun setelahnya."Aku sudah selesai makan," ucap Anita, Dia masih sempat selfi."Bagaimana kalau Kita beli beberapa makanan, baksonya enak." Akila tersenyum, Dia menatap Anita."Ya, sudah beli saja. Tapi, Key artinya Kamu bawa mobil sendiri, dong?" tanya Anit
"Di mana Bapak yang tadi?" Aku kebingungan mencarinya, sementara Mereka menatapku dengan tatapan 'siapa Dia?' Apa yang harus Aku lakukan sekarang?"Itu siapa?" dapat kudengar ucapan Mereka."Permisi, apa Kalian sedang berkemah di sini?" tanyaku, Mereka mengangguk."Iya, Kami sedang kemah. Kakak siapa dan apa mau kemah juga?" seorang gadis dengan rambut dikuncir bertanya dan mendekatiku."Sebenarnya tidak. Aku tersesat, bolehkah Aku bergabung dengan Kalian?" tanyaku, yang kemudian mendapatkan persetujuan dari Mereka."Boleh, ayo masuklah ke tenda. Nanti akan kubawakan makanan." Aku mengikuti gadis yang tadi menanyaiku."Siapa namamu?" Dia tersenyum, kemudian menatapku. 
Sikap yang Anita tunjukkan terkesan dingin. Kenya mendekatinya, namun Anita menatap lurus ke depan. Tatapan begitu kosong, lalu Gendis mendekat."Kak," gumam Gendis."Ini Anita, dia salah satu sahabatku." Kenya yang seolah mengerti akan maksud dari Gendis langsung memperkenalkan Anita pada Gendis dkk."Tapi, kenapa tatapannya kosong seperti itu?" bisik Gendis yang tidak berani menatap mata Anita."Anita, kamu baik-baik saja?" tanya Kenya.Angin berhembus, kabut langsung menyelimuti hutan.Tiba-tiba suara petir dengan bersamaan terdengar cekikikan,"kikikikik!"Gendis dan Kenya berpegangan tangan, begitu juga dengan Sena, Mila, Gandi, Doni, dan Asegaf. Semuanya seolah menjadi malam, semakin mencekam dengan udara yan
Akila yang baru sadar terlihat ketakutan. Tiba-tiba vas bunga jatuh, sehingga membuat Akila lari keluar dari rumah. "Kenapa aku di sini?" gumam Akila."Akila!" teriak Kenya.Kenya berlari menghampiri Akila, dia memeluk Akila. Awan mulai mendung, kemudian Kenya mengajak Akila masuk ke rumah."Ke—kenapa kita ke tempat ini lagi, kak?" tanya Akila ketakutan."Kil, kamu masih ingat?" tanya Kenya sedikit merasa cemas."Iya, aku ingat. Kak Anita…." Akila sama sekali tidak melanjutkan ucapannya, setelah melihat Anita.Akila memeluk pinggang Kenya, jelas Kenya dapat merasakan ketakutan yang saat ini Akila rasakan."Tenang, Kil. Everything will be okay," gumam Kenya.&nbs
Bruak!Suara sesuatu jatuh di atas, hingga membuat Anita terkejut. Dia baru saja pindah ke rumah barunya yang terletak di Jalan Nusa Indah 7A, yaitu di Singaraja."Ada apa Kak?" tanya Akila."Kayak ada yang jatuh," jawabnya."Masa sih, emangnya ada kucing?" tanya Akila."Ah Kamu ada-ada saja." Anita naik ke atas, diikuti oleh Akila."Kok aneh ya? Gak ada apa-apa." Anita memegang lehernya."Kakak yakin mau tinggal di sini?" tanya Akila."Iya, La. Lagian Kamu, kan PKLnya dekat tempat ini. Engga ada ruginya juga kalau beli rumah, walaupun gak sebesar rumah Kita di Kota Swadaya." Anita dan Akila turun dengan melewati tangga."Iya, sih. Andai aja Mama sama Papa gak pisah," ucap Akila."Udah ya La, Kamu jangan pikirin itu lagi. Kita sebagai Anak memang ingin yang terbaik, tapi Mereka udah milih yang terbaik
Akila yang baru sadar terlihat ketakutan. Tiba-tiba vas bunga jatuh, sehingga membuat Akila lari keluar dari rumah. "Kenapa aku di sini?" gumam Akila."Akila!" teriak Kenya.Kenya berlari menghampiri Akila, dia memeluk Akila. Awan mulai mendung, kemudian Kenya mengajak Akila masuk ke rumah."Ke—kenapa kita ke tempat ini lagi, kak?" tanya Akila ketakutan."Kil, kamu masih ingat?" tanya Kenya sedikit merasa cemas."Iya, aku ingat. Kak Anita…." Akila sama sekali tidak melanjutkan ucapannya, setelah melihat Anita.Akila memeluk pinggang Kenya, jelas Kenya dapat merasakan ketakutan yang saat ini Akila rasakan."Tenang, Kil. Everything will be okay," gumam Kenya.&nbs
Sikap yang Anita tunjukkan terkesan dingin. Kenya mendekatinya, namun Anita menatap lurus ke depan. Tatapan begitu kosong, lalu Gendis mendekat."Kak," gumam Gendis."Ini Anita, dia salah satu sahabatku." Kenya yang seolah mengerti akan maksud dari Gendis langsung memperkenalkan Anita pada Gendis dkk."Tapi, kenapa tatapannya kosong seperti itu?" bisik Gendis yang tidak berani menatap mata Anita."Anita, kamu baik-baik saja?" tanya Kenya.Angin berhembus, kabut langsung menyelimuti hutan.Tiba-tiba suara petir dengan bersamaan terdengar cekikikan,"kikikikik!"Gendis dan Kenya berpegangan tangan, begitu juga dengan Sena, Mila, Gandi, Doni, dan Asegaf. Semuanya seolah menjadi malam, semakin mencekam dengan udara yan
"Di mana Bapak yang tadi?" Aku kebingungan mencarinya, sementara Mereka menatapku dengan tatapan 'siapa Dia?' Apa yang harus Aku lakukan sekarang?"Itu siapa?" dapat kudengar ucapan Mereka."Permisi, apa Kalian sedang berkemah di sini?" tanyaku, Mereka mengangguk."Iya, Kami sedang kemah. Kakak siapa dan apa mau kemah juga?" seorang gadis dengan rambut dikuncir bertanya dan mendekatiku."Sebenarnya tidak. Aku tersesat, bolehkah Aku bergabung dengan Kalian?" tanyaku, yang kemudian mendapatkan persetujuan dari Mereka."Boleh, ayo masuklah ke tenda. Nanti akan kubawakan makanan." Aku mengikuti gadis yang tadi menanyaiku."Siapa namamu?" Dia tersenyum, kemudian menatapku. 
"Ada apa dengan Kenya?" tanya Anita pada Akila."Entahlah, Kak. Sepertinya Kak Kenya tampak bingung, Aku akan menghampirinya." Akila datang menghampiriku, Dia menepuk pundakku sehingga Aku tersadar dari lamunanku."Akila," Aku bicara dengan gugup."Ada apa, Kak? Kau terlihat gelisah," ucap Akila, Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya."Bukan apa-apa, ayo Kita ke sana." Aku menarik tangan Akila, Kami tidak bicara apapun setelahnya."Aku sudah selesai makan," ucap Anita, Dia masih sempat selfi."Bagaimana kalau Kita beli beberapa makanan, baksonya enak." Akila tersenyum, Dia menatap Anita."Ya, sudah beli saja. Tapi, Key artinya Kamu bawa mobil sendiri, dong?" tanya Anit
"Jadi, apa bisa di bilang itu bentuk permintaan maafnya?" tanyaku pada Anita, namun Dia belum menjawabnya.Anita terlihat murung, Dia duduk di sebelahku. Perlahan, namun pasti air matanya mengalir deras. Aku dan Akila tidak mampu berkata-kata, biarlah Anita membuang sampah di dalam dirinya untuk saat ini.Selain masalah dengan Rendy dan keluarganya, ada yang membuatku sangat takut. Bulu kudukku kembali merinding, ketika kuingat bagaimana kuntilanak itu mencekik Anita dan melemparku. Aku ingat sorot kemarahan itu, tapi kenapa? Apa Dia penunggu di sini? Jika, kuntilanak yang pernah Aku mimpikan hadir dan menyerangku, apakah kuntilanak yang menyelamatkanku dalam mimpi itu juga ada?Aku sibuk dengan alam pikiranku sendiri, kemudian Aku melihat Anita membuang hadiah yang diberikan oleh Rendy. Aku dan Akila saling menatap, Kami ha
"Kak Rendy mengakhiri telephon, ya, Kak?" tanya Akila, Dia juga terlihat kesal dengan cara Rendy, padahal sebelum menanyakan perihal musik yang terlalu keras itu, tidak ada istilah signal buruk."Iya, Kil. Bagaimana Kita akan menyampaikannya pada Anita? Dia pasti akan sedih mendengarnya." Aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan, supaya Anita tidak sedih. Kalau hanya ngomong, sih tak ada sulitnya. Tapi, Aku mengerti sekali berada di posisinya."Kak, daripada Kita menyembunyikan ini. Lebih baik Kita bilang saja dengan jujur, dari awal Mereka pacaran. Kak Rendy memang terlihat kurang beres." Pasti Akila kesal pada Rendy, itu mungkin menjadi penyebab, Dia mengatakan hal tersebut tentang Rendy."Hem, mungkin memang tidak ada signal di sana. Tidak boleh salah menilai, sebelum melihat secara langsung. Tapi, apa alasannya Rendy tidak bisa datang?"
"Memangnya di sini biasanya tidak sedingin ini?" tanya Kenya, Dia mencari tahu lebih banyak mengenai tempat itu dari Anita."Biasanya tidak." Anita membuka pintu, diikuti oleh Kenya.Sesudah memasuki rumah, udara dingin kembali menyeruak. Dingin yang tak biasa dan membuat bulu kuduk Kenya sampai merinding, padahal masih pagi. Mereka menaiki tangga, pintu kamar terkunci."Kenapa pintunya terkunci? Sebelumnya Kita sama-sama keluar,'kan?" tanya Anita, Dia tampak bingung."Permisi." Kenya mengetuk pintu."Kak Key!" teriak dari dalam."Itu…itu suara Akila. Kila, buka pintunya ini kakak." Anita mengetuk pintu, Dia sampai menangis, karena terharu dapat menemukan Akila."Kak Anita—Kak Key." Akila membuka pintu dan memeluk Mereka, Dia terlihat menangis juga."Akila—Kamu dari mana saja?" tanya Anita, Dia tidak berhenti me
"Pak, tolong Adik Saya," ucap Anita pada Warga."Ya, sudah. Ayo Kita susul sebelum terlambat." Warga yang ronda lari mengejar Akila diikuti oleh Kenya dan Anita."Akila tunggu!" teriak Kenya, Dia panik saat melihat Akila hampir saja melompat ke sumur tersebut.Akila berhenti di pinggir, Dia masih membelakangi semua orang. Mendapatkan kesempatan untuk menolongnya, kemudian Anita menarik Akila, sehingga Akila jatuh menimpa Anita dalam keadaan tidak sadarkan diri."Pak, tolong." Anita meminta tolong, sehingga warga membantu mengangkat Akila. Untungnya lagi, Akila memakai baju yang utuh.Warga berhenti di depan rumah Anita, Mereka saling menoleh. Kenya terlihat memperhatikan sikap Mereka, kemudian Kenya menghampirinya."Pak, kenapa diam? Ayo, bantu sebentar bawa masuk Akila ke dalam." Kenya memecah keheningan."Maaf sebelumnya, apa Kalian bertiga tingg
Akila dan Anita mendengar teriakkan dari Kenya, kemudian Mereka berdua lari ke lantai atas. Anita mengentuk pintu kamar mandi, namun Kenya tidak membukanya."Kenya, are you okay?" tanya Anita dari luar."Hah…hah…hah." Aku melihat ulat, sekarang tidak ada apa-apa." Kenya buru-buru mengganti pakaiannya, Dia ke luar dan memeluk Anita."Ada apa Key? Sepertinya Kamu sakit," ucap Anita, Dia menyentuh kening Kenya."Tidak, Aku hanya lelah. Mungkin, imunku sedang turun. Aku akan tidur, Kila temani Kakak ya," ucap Kenya pada Akila."Iya, Kak." setelah memastikan semuanya baik-baik saja, kemudian Anita mandi. Akila main catur online, sembari menunggu Anita selesai.Kenya membuka matanya, anehnya Dia berada di tempat yang begitu asing. Ada sesosok bayangan hitam melewatinya, Dia melihat ke sekelilingnya. "Anita! Akila!"Tidak ada yang menyahut, lantaran tempatnya seperti hutan dan semuanya hampir gelap gulita. Kenya m