Kondisi di dapur baik-baik saja, tidak ada yang pecah. Mereka bertiga saling menatap, kemudian Anita masuk ke dapur untuk memastikan. Dia melihat ke kolong meja yang ada di dapur, kemudian Dia tersenyum.
"Ada apa, Kak?" tanya Akila, Dia yang kelihatan khawatir.
"Ternyata ada tikus, sepertinya Dia tidak sengaja melompat ke sini. Ada piring aluminium di sini," tutur Anita.
"Huh." Kenya dan Akila menghembuskan nafasnya, Mereka mendahului kembali ke meja makan.
Anita memindahkan tikus tersebut ke luar, kemudian Dia bergabung bersama Akila dan Kenya. Mereka terlihat sesekali bercanda, setelah selesai makan.
"Kil, Kamu gak cari tempat PKL?" tanya Kenya, Dia mengkhawatirkan Akila.
"Pengen, sih. Kak Anita, gimana?" tanya Akila pada Anita.
"Sebenarnya bisa, Kil. Tapi, kayaknya di sini engga ada tempat PKL yang Kamu mau. Di mana ya?" tanya Anita.
"Kalau memang belum berani melepas Akila, sepertinya bisa pelatihan lewat online. Aku punya teman, gimana sama Dia saja? Online juga kok, jadi Kila gak perlu ke luar rumah dan pulang malam." Akila terlihat antusias mendengar ucapan dari Kenya.
"Selama itu baik buat Akila, Aku selalu dukung," ucap Anita, Dia menanggapi saran dari Kenya dengan terbuka.
"Wah, tapi Aku pengen banget mencoba hal baru. Sebentar, Kak—kila mau telpon teman. Boleh,'kan?" tanya Akila pada Anita, Dia selalu meminta pendapat Anita, jika hal itu kemungkinan menyangkut Mereka.
"Boleh, sih. Selama teman Kamu tidak memberitahu Mama-Papa kalau Kita tinggal di sini," jawab Anita, Dia pasti khawatir Mereka akan membawa keduanya pulang.
"Memangnya, kenapa Kalian tidak mau Mereka tahu?" tanya Kenya, Dia bertanya dengan sangat hati-hati supaya Akila dan Anita tidak tersinggung.
"Jadi, Bibi Ratih pernah bilang. Mama-Papa pernah membicarakan perceraian, karena Papa memiliki wanita lain. Kita gak tahu dan gak pengen tahu, yang Kami mau hanya Keluarga yang utuh dan harmonis seperti dulu. Namun, Mereka sudah pisah tempat tinggal, belum pisah secara hukum." Anita menarik nafasnya, seperti ada sesuatu yang begitu berat.
"Papa mau nikahi wanita itu, tapi Mama gak setuju. Papa juga gak mau bercerai, jadi Papa gak mau pisah sama Kami. Mama ingin membagi Kamu." Akila yang akhirnya melanjutkan cerita tersebut, barulah Kenya mengangguk.
"Aku mengerti sekarang, karena Kalian tidak mau Mama-Papa pisah, makanya Kalian kabur dari rumah. Aku sangat bangga mengenal Kalian." Kenya memeluk Akila dan Anita.
"Ya, sudah. Aku ke belakang rumah dulu, ada ayunan yang bisa kupakai." Akila pergi lewat pintu belakang, sementara Kenya menelpon temannya yang sebagai admin di sebuah perusahaan, karena Akila akan PKL(Praktek Kerja Lapangan).
Baru saja Akila sampai di belakang rumah, angin tiba-tiba berhembus cukup kencang—sampai menerbangkan debu. Akila menutup wajahnya, karena takut matanya kemasukan debu. Setelah angin tersebut hilang, barulah Akila menelpon temannya.
"Halo Sa," sapa Akila, Dia duduk di ayunan.
"Halo, Kil apa kabar?" tanya Rosa dari seberang.
"Aku baik, Sa jangan kasih tahu Mama-Papaku ya. Sepertinya Aku akan mulai PKL, tapi tidak bisa satu tempat denganmu." Akila menceritakan semuanya pada Rosa, karena Rosa adalah sahabat dekatnya.
"Iya, Kil. Aku mengerti, Kamu yang semangat ya. Pokoknya harus tetap ceria, kalau ada apa-apa telpon ya," ucap Rosa.
"Iya, Kamu tahu tentang Galang?" tanya Akila.
"Galang? Dia jurusan sistem informasi,'kan?" tanya Rosa.
"Iya, Dia PKL di mana?" tanya Akila pada Rosa.
"Lho, kok Galang? Jangan-jangan…." Rosa diam untuk sejenak, kemudian Dia terdengar tertawa.
"Sa, jangan tertawa dong. Iya, memang Aku sama Dia lagi dekat," tutur Akila, Dia terlihat malu-malu.
"Sejak kapan? Kok, gak pernah bilang?" tanya Rosa, Dia terdengar seperti menginterogasi Akila.
"Hemm, sebenarnya sudah dua bulan dekat. Memang Kita gak pacaran, tapi Galang bilang, baik Aku atau Dia gak boleh dekat sama orang lain," tutur Akila.
"Oh, bagus dong. Jangan-jangan Dia bakal langsung nikahin Kamu," ucap Rosa.
"Jangan ngomong gitu, masih bocil." Akila berdiri, Dia masuk ke rumah dan rebahan di kamarnya.
"Bocil sudah lewat, kali hahaha." tawa Rosa membuat Akila harus menjauhkan sedikitpun telephonnya.
"Duh, Sa tawamu itu sungguh terlalu… hahahaha, kenapa diam Sa?" tanya Akila.
"Kil, Kita sudah delapan belas tahun, kali," ucap Rosa.
"Ya-ya, Sa—Kamu lagi di mana sekarang?" tanya Akila pada Rosa.
"Ini lagi di taman, nungguin Mama. Katanya Dia lagi nyamperin temannya, lama juga sih. Btw, Kamu lagi di rumah? Kok…ter…ara" suara Rosa terputus-putus.
"Halo, Sa. Sepertinya signalnya ada gangguan, halo." telepon dari Rosa terputus, sehingga pembicaraan Mereka berakhir sampai di sana.
"Yah, kok terputus sih." di tempat lain, Rosa terlihat kesal.
"Rosa." Mamanya Rosa—Sania menghampiri Rosa dengan wanita yang seumuran dengannya.
"Ma," ucap Rosa, Dia melihat Wanita di samping Sania.
"Sa, kenalin ini Tante Devi." Devi memeluk Rosa.
"Wah, Kamu semakin cantik. Sepertinya Rosa tidak mengenaliku," ucap Devi, Dia masih memeluk Rosa.
"Kakak sendiri jarang berkunjung, sekalinya berkunjung. Sudah mau menikah lagi," ucap Sania.
"Jangan bicarakan itu,'kan jadi malu." Devi berbisik pada Sania.
"Hah?! Nikah?" batin Rosa, Dia hanya tersenyum mendengarnya.
"Ya, sudah yuk Kita cari makan dulu." Sania dan Devi mengobrol di mobil, sementara Rosa sibuk dengan handphonenya.
"Sania, dengar-dengar Rosa PKL, ya?" tanya Devi, sesekali Dia melihat ke spion.
"Iya, Dia PKL. Harusnya sama temannya, tapi sekarang sendirian," jawab Sania.
"Gak sendiri, Tante. Ada teman-teman Rosa, kok. Mama saja yang terlalu khawatir," ucap Rosa.
"Kamu anak Mama satu-satunya, tentu saja Mama khawatir." Devi tersenyum mendengar ucapan dari Sania.
"Iya, itu benar. Rendy anak laki-laki saja Aku jaga dengan sangat baik, apalagi Rosa. Rosa, Kamu pasti tidak ingat dengan Kakak sepupumu. Namanya Rendy," tutur Devi pada Rosa.
"Aku sama sekali tidak ingat, Tante. Mungkin, karena sudah lama Kita bertemu," ucap Rosa, Dia tidak sengaja menjatuhkan handphonenya.
"Kenapa, Sa?" tanya Sania.
"Gak sengaja menjatuhkan handphone, Ma," jawab Rosa, Dia sedikit membungkuk, kemudian mengambil handphonenya,"aaa!"
"Ada apa Rosa?" tanya Sania, Dia terlihat khawatir padanya.
"Tidak, bukan apa-apa." Rosa berusaha bersikap tenang, kemudian perlahan melihat ke bawah—tidak ada apapun.
"Mungkin, cuma perasaanku saja. Tapi, kok rasanya ada yang memegang tanganku?" batin Rosa, Dia menggeleng, kemudian Mendengarkan lagu lewat earphone.
Skip
Kenya naik ke lantai atas, kemudian Dia menghampiri Akila yang sedang asik bermain catur di handphonenya. Sampai-sampai tidak menyadari kedatangan Kenya, kemudian. "Kila!"
"Aaaa! Yah, waktunya habis. Kak Kenya! Aku bakal balas Kakak." Akila mengambil bantal guling dan Mereka bercanda saling lempar, sehingga merebahkan diri di kasur.
Anita yang sedang sibuk di depan layar laptopnya, tiba-tiba kakinya melangkah sendiri. Dia berjalan dengan tatapan kosong, kemudian masuk ke gudang.
To be continue
Prang!!Suara tersebut mengejutkan Anita, Dia melihat di sekitarnya. Anita menatap pintu di depannya, karena penasaran Dia membuka pintu tersebut."Ini gudang, tadi Aku berada di ruang tamu. Apa ketiduran terus jalan sambil tidur,ya?" tanya Anita, Dia melihat keadaannya.Anita mengambil sapu, Dia membersihkan gudang tersebut seorang diri. Secara spontan Anita menoleh, Dia seperti orang ketakutan. Anita memegang sapunya cukup erat, entah apa penyebabnya?"Kayaknya tadi ada yang menyentuh bahuku?" gumam Anita."Anita.""Siapa itu?" tanya Anita, Dia mundur perlahan, namun tubuhnya terdorong."Aw, siapa? Jangan main-main!" teriak Anita, Dia meraih saklar lampu.Dia terlihat kesal, karena tidak bisa menghidupkan lampu ganda, kemudian Anita menaruh sapunya. Dia meraih pintu gudang, tetapi tidak bisa di buka. Anita tidak berani melihat ke belakang, Dia mengusap lehernya."Kenapa udara tiba-tiba dingin di sin
Akila dan Anita mendengar teriakkan dari Kenya, kemudian Mereka berdua lari ke lantai atas. Anita mengentuk pintu kamar mandi, namun Kenya tidak membukanya."Kenya, are you okay?" tanya Anita dari luar."Hah…hah…hah." Aku melihat ulat, sekarang tidak ada apa-apa." Kenya buru-buru mengganti pakaiannya, Dia ke luar dan memeluk Anita."Ada apa Key? Sepertinya Kamu sakit," ucap Anita, Dia menyentuh kening Kenya."Tidak, Aku hanya lelah. Mungkin, imunku sedang turun. Aku akan tidur, Kila temani Kakak ya," ucap Kenya pada Akila."Iya, Kak." setelah memastikan semuanya baik-baik saja, kemudian Anita mandi. Akila main catur online, sembari menunggu Anita selesai.Kenya membuka matanya, anehnya Dia berada di tempat yang begitu asing. Ada sesosok bayangan hitam melewatinya, Dia melihat ke sekelilingnya. "Anita! Akila!"Tidak ada yang menyahut, lantaran tempatnya seperti hutan dan semuanya hampir gelap gulita. Kenya m
"Pak, tolong Adik Saya," ucap Anita pada Warga."Ya, sudah. Ayo Kita susul sebelum terlambat." Warga yang ronda lari mengejar Akila diikuti oleh Kenya dan Anita."Akila tunggu!" teriak Kenya, Dia panik saat melihat Akila hampir saja melompat ke sumur tersebut.Akila berhenti di pinggir, Dia masih membelakangi semua orang. Mendapatkan kesempatan untuk menolongnya, kemudian Anita menarik Akila, sehingga Akila jatuh menimpa Anita dalam keadaan tidak sadarkan diri."Pak, tolong." Anita meminta tolong, sehingga warga membantu mengangkat Akila. Untungnya lagi, Akila memakai baju yang utuh.Warga berhenti di depan rumah Anita, Mereka saling menoleh. Kenya terlihat memperhatikan sikap Mereka, kemudian Kenya menghampirinya."Pak, kenapa diam? Ayo, bantu sebentar bawa masuk Akila ke dalam." Kenya memecah keheningan."Maaf sebelumnya, apa Kalian bertiga tingg
"Memangnya di sini biasanya tidak sedingin ini?" tanya Kenya, Dia mencari tahu lebih banyak mengenai tempat itu dari Anita."Biasanya tidak." Anita membuka pintu, diikuti oleh Kenya.Sesudah memasuki rumah, udara dingin kembali menyeruak. Dingin yang tak biasa dan membuat bulu kuduk Kenya sampai merinding, padahal masih pagi. Mereka menaiki tangga, pintu kamar terkunci."Kenapa pintunya terkunci? Sebelumnya Kita sama-sama keluar,'kan?" tanya Anita, Dia tampak bingung."Permisi." Kenya mengetuk pintu."Kak Key!" teriak dari dalam."Itu…itu suara Akila. Kila, buka pintunya ini kakak." Anita mengetuk pintu, Dia sampai menangis, karena terharu dapat menemukan Akila."Kak Anita—Kak Key." Akila membuka pintu dan memeluk Mereka, Dia terlihat menangis juga."Akila—Kamu dari mana saja?" tanya Anita, Dia tidak berhenti me
"Kak Rendy mengakhiri telephon, ya, Kak?" tanya Akila, Dia juga terlihat kesal dengan cara Rendy, padahal sebelum menanyakan perihal musik yang terlalu keras itu, tidak ada istilah signal buruk."Iya, Kil. Bagaimana Kita akan menyampaikannya pada Anita? Dia pasti akan sedih mendengarnya." Aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan, supaya Anita tidak sedih. Kalau hanya ngomong, sih tak ada sulitnya. Tapi, Aku mengerti sekali berada di posisinya."Kak, daripada Kita menyembunyikan ini. Lebih baik Kita bilang saja dengan jujur, dari awal Mereka pacaran. Kak Rendy memang terlihat kurang beres." Pasti Akila kesal pada Rendy, itu mungkin menjadi penyebab, Dia mengatakan hal tersebut tentang Rendy."Hem, mungkin memang tidak ada signal di sana. Tidak boleh salah menilai, sebelum melihat secara langsung. Tapi, apa alasannya Rendy tidak bisa datang?"
"Jadi, apa bisa di bilang itu bentuk permintaan maafnya?" tanyaku pada Anita, namun Dia belum menjawabnya.Anita terlihat murung, Dia duduk di sebelahku. Perlahan, namun pasti air matanya mengalir deras. Aku dan Akila tidak mampu berkata-kata, biarlah Anita membuang sampah di dalam dirinya untuk saat ini.Selain masalah dengan Rendy dan keluarganya, ada yang membuatku sangat takut. Bulu kudukku kembali merinding, ketika kuingat bagaimana kuntilanak itu mencekik Anita dan melemparku. Aku ingat sorot kemarahan itu, tapi kenapa? Apa Dia penunggu di sini? Jika, kuntilanak yang pernah Aku mimpikan hadir dan menyerangku, apakah kuntilanak yang menyelamatkanku dalam mimpi itu juga ada?Aku sibuk dengan alam pikiranku sendiri, kemudian Aku melihat Anita membuang hadiah yang diberikan oleh Rendy. Aku dan Akila saling menatap, Kami ha
"Ada apa dengan Kenya?" tanya Anita pada Akila."Entahlah, Kak. Sepertinya Kak Kenya tampak bingung, Aku akan menghampirinya." Akila datang menghampiriku, Dia menepuk pundakku sehingga Aku tersadar dari lamunanku."Akila," Aku bicara dengan gugup."Ada apa, Kak? Kau terlihat gelisah," ucap Akila, Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya."Bukan apa-apa, ayo Kita ke sana." Aku menarik tangan Akila, Kami tidak bicara apapun setelahnya."Aku sudah selesai makan," ucap Anita, Dia masih sempat selfi."Bagaimana kalau Kita beli beberapa makanan, baksonya enak." Akila tersenyum, Dia menatap Anita."Ya, sudah beli saja. Tapi, Key artinya Kamu bawa mobil sendiri, dong?" tanya Anit
"Di mana Bapak yang tadi?" Aku kebingungan mencarinya, sementara Mereka menatapku dengan tatapan 'siapa Dia?' Apa yang harus Aku lakukan sekarang?"Itu siapa?" dapat kudengar ucapan Mereka."Permisi, apa Kalian sedang berkemah di sini?" tanyaku, Mereka mengangguk."Iya, Kami sedang kemah. Kakak siapa dan apa mau kemah juga?" seorang gadis dengan rambut dikuncir bertanya dan mendekatiku."Sebenarnya tidak. Aku tersesat, bolehkah Aku bergabung dengan Kalian?" tanyaku, yang kemudian mendapatkan persetujuan dari Mereka."Boleh, ayo masuklah ke tenda. Nanti akan kubawakan makanan." Aku mengikuti gadis yang tadi menanyaiku."Siapa namamu?" Dia tersenyum, kemudian menatapku. 
Akila yang baru sadar terlihat ketakutan. Tiba-tiba vas bunga jatuh, sehingga membuat Akila lari keluar dari rumah. "Kenapa aku di sini?" gumam Akila."Akila!" teriak Kenya.Kenya berlari menghampiri Akila, dia memeluk Akila. Awan mulai mendung, kemudian Kenya mengajak Akila masuk ke rumah."Ke—kenapa kita ke tempat ini lagi, kak?" tanya Akila ketakutan."Kil, kamu masih ingat?" tanya Kenya sedikit merasa cemas."Iya, aku ingat. Kak Anita…." Akila sama sekali tidak melanjutkan ucapannya, setelah melihat Anita.Akila memeluk pinggang Kenya, jelas Kenya dapat merasakan ketakutan yang saat ini Akila rasakan."Tenang, Kil. Everything will be okay," gumam Kenya.&nbs
Sikap yang Anita tunjukkan terkesan dingin. Kenya mendekatinya, namun Anita menatap lurus ke depan. Tatapan begitu kosong, lalu Gendis mendekat."Kak," gumam Gendis."Ini Anita, dia salah satu sahabatku." Kenya yang seolah mengerti akan maksud dari Gendis langsung memperkenalkan Anita pada Gendis dkk."Tapi, kenapa tatapannya kosong seperti itu?" bisik Gendis yang tidak berani menatap mata Anita."Anita, kamu baik-baik saja?" tanya Kenya.Angin berhembus, kabut langsung menyelimuti hutan.Tiba-tiba suara petir dengan bersamaan terdengar cekikikan,"kikikikik!"Gendis dan Kenya berpegangan tangan, begitu juga dengan Sena, Mila, Gandi, Doni, dan Asegaf. Semuanya seolah menjadi malam, semakin mencekam dengan udara yan
"Di mana Bapak yang tadi?" Aku kebingungan mencarinya, sementara Mereka menatapku dengan tatapan 'siapa Dia?' Apa yang harus Aku lakukan sekarang?"Itu siapa?" dapat kudengar ucapan Mereka."Permisi, apa Kalian sedang berkemah di sini?" tanyaku, Mereka mengangguk."Iya, Kami sedang kemah. Kakak siapa dan apa mau kemah juga?" seorang gadis dengan rambut dikuncir bertanya dan mendekatiku."Sebenarnya tidak. Aku tersesat, bolehkah Aku bergabung dengan Kalian?" tanyaku, yang kemudian mendapatkan persetujuan dari Mereka."Boleh, ayo masuklah ke tenda. Nanti akan kubawakan makanan." Aku mengikuti gadis yang tadi menanyaiku."Siapa namamu?" Dia tersenyum, kemudian menatapku. 
"Ada apa dengan Kenya?" tanya Anita pada Akila."Entahlah, Kak. Sepertinya Kak Kenya tampak bingung, Aku akan menghampirinya." Akila datang menghampiriku, Dia menepuk pundakku sehingga Aku tersadar dari lamunanku."Akila," Aku bicara dengan gugup."Ada apa, Kak? Kau terlihat gelisah," ucap Akila, Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya."Bukan apa-apa, ayo Kita ke sana." Aku menarik tangan Akila, Kami tidak bicara apapun setelahnya."Aku sudah selesai makan," ucap Anita, Dia masih sempat selfi."Bagaimana kalau Kita beli beberapa makanan, baksonya enak." Akila tersenyum, Dia menatap Anita."Ya, sudah beli saja. Tapi, Key artinya Kamu bawa mobil sendiri, dong?" tanya Anit
"Jadi, apa bisa di bilang itu bentuk permintaan maafnya?" tanyaku pada Anita, namun Dia belum menjawabnya.Anita terlihat murung, Dia duduk di sebelahku. Perlahan, namun pasti air matanya mengalir deras. Aku dan Akila tidak mampu berkata-kata, biarlah Anita membuang sampah di dalam dirinya untuk saat ini.Selain masalah dengan Rendy dan keluarganya, ada yang membuatku sangat takut. Bulu kudukku kembali merinding, ketika kuingat bagaimana kuntilanak itu mencekik Anita dan melemparku. Aku ingat sorot kemarahan itu, tapi kenapa? Apa Dia penunggu di sini? Jika, kuntilanak yang pernah Aku mimpikan hadir dan menyerangku, apakah kuntilanak yang menyelamatkanku dalam mimpi itu juga ada?Aku sibuk dengan alam pikiranku sendiri, kemudian Aku melihat Anita membuang hadiah yang diberikan oleh Rendy. Aku dan Akila saling menatap, Kami ha
"Kak Rendy mengakhiri telephon, ya, Kak?" tanya Akila, Dia juga terlihat kesal dengan cara Rendy, padahal sebelum menanyakan perihal musik yang terlalu keras itu, tidak ada istilah signal buruk."Iya, Kil. Bagaimana Kita akan menyampaikannya pada Anita? Dia pasti akan sedih mendengarnya." Aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan, supaya Anita tidak sedih. Kalau hanya ngomong, sih tak ada sulitnya. Tapi, Aku mengerti sekali berada di posisinya."Kak, daripada Kita menyembunyikan ini. Lebih baik Kita bilang saja dengan jujur, dari awal Mereka pacaran. Kak Rendy memang terlihat kurang beres." Pasti Akila kesal pada Rendy, itu mungkin menjadi penyebab, Dia mengatakan hal tersebut tentang Rendy."Hem, mungkin memang tidak ada signal di sana. Tidak boleh salah menilai, sebelum melihat secara langsung. Tapi, apa alasannya Rendy tidak bisa datang?"
"Memangnya di sini biasanya tidak sedingin ini?" tanya Kenya, Dia mencari tahu lebih banyak mengenai tempat itu dari Anita."Biasanya tidak." Anita membuka pintu, diikuti oleh Kenya.Sesudah memasuki rumah, udara dingin kembali menyeruak. Dingin yang tak biasa dan membuat bulu kuduk Kenya sampai merinding, padahal masih pagi. Mereka menaiki tangga, pintu kamar terkunci."Kenapa pintunya terkunci? Sebelumnya Kita sama-sama keluar,'kan?" tanya Anita, Dia tampak bingung."Permisi." Kenya mengetuk pintu."Kak Key!" teriak dari dalam."Itu…itu suara Akila. Kila, buka pintunya ini kakak." Anita mengetuk pintu, Dia sampai menangis, karena terharu dapat menemukan Akila."Kak Anita—Kak Key." Akila membuka pintu dan memeluk Mereka, Dia terlihat menangis juga."Akila—Kamu dari mana saja?" tanya Anita, Dia tidak berhenti me
"Pak, tolong Adik Saya," ucap Anita pada Warga."Ya, sudah. Ayo Kita susul sebelum terlambat." Warga yang ronda lari mengejar Akila diikuti oleh Kenya dan Anita."Akila tunggu!" teriak Kenya, Dia panik saat melihat Akila hampir saja melompat ke sumur tersebut.Akila berhenti di pinggir, Dia masih membelakangi semua orang. Mendapatkan kesempatan untuk menolongnya, kemudian Anita menarik Akila, sehingga Akila jatuh menimpa Anita dalam keadaan tidak sadarkan diri."Pak, tolong." Anita meminta tolong, sehingga warga membantu mengangkat Akila. Untungnya lagi, Akila memakai baju yang utuh.Warga berhenti di depan rumah Anita, Mereka saling menoleh. Kenya terlihat memperhatikan sikap Mereka, kemudian Kenya menghampirinya."Pak, kenapa diam? Ayo, bantu sebentar bawa masuk Akila ke dalam." Kenya memecah keheningan."Maaf sebelumnya, apa Kalian bertiga tingg
Akila dan Anita mendengar teriakkan dari Kenya, kemudian Mereka berdua lari ke lantai atas. Anita mengentuk pintu kamar mandi, namun Kenya tidak membukanya."Kenya, are you okay?" tanya Anita dari luar."Hah…hah…hah." Aku melihat ulat, sekarang tidak ada apa-apa." Kenya buru-buru mengganti pakaiannya, Dia ke luar dan memeluk Anita."Ada apa Key? Sepertinya Kamu sakit," ucap Anita, Dia menyentuh kening Kenya."Tidak, Aku hanya lelah. Mungkin, imunku sedang turun. Aku akan tidur, Kila temani Kakak ya," ucap Kenya pada Akila."Iya, Kak." setelah memastikan semuanya baik-baik saja, kemudian Anita mandi. Akila main catur online, sembari menunggu Anita selesai.Kenya membuka matanya, anehnya Dia berada di tempat yang begitu asing. Ada sesosok bayangan hitam melewatinya, Dia melihat ke sekelilingnya. "Anita! Akila!"Tidak ada yang menyahut, lantaran tempatnya seperti hutan dan semuanya hampir gelap gulita. Kenya m