Share

Bab 5

Nathan mengernyitkan dahi, terkejut melihat wanita yang berhasil ia selamatkan semalam duduk di kursi dekan, tampak begitu sangat santai seolah itu kursinya sendiri.

"Kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu sudah berjanji tidak akan mengganggu hidupku, setelah aku menyelamatkanmu?"

"Setelah apa yang telah kamu perbuat padaku, beraninya kamu berkata demikian?! Dasar pria tidak bertanggung jawab!" sindir Adelina dengan nada sinis.

Nathan mengerjapkan matanya, mencoba memahami maksud Adelina. "Apa maksudmu, Nona?"

"Jangan berpura-pura tidak mengerti!”

Adelina mengepalkan tangannya, tapi tampak wajahnya yang cantik merona saat mengingat bagaimana dirinya terbangun tanpa busana. Dan setelah terbangun, hal pertama yang muncul di benak Adelina adalah … bagaimana Nathaniel menyentuh tubuhnya dan membuatnya mendesah.

Ditempatnya, Nathan berusaha menjelaskan, "Nona, semalam kamu terkena racun dan obat perangsang, jika aku tidak melakukan pengobatan …."

BRAK!

Mendengar Nathan mengungkit masalah obat perangsang, amarah Adelina memuncak dan dia memukul meja dengan keras, memotong perkataan pria itu, "Beraninya kamu menyebut hal hina itu sebagai pengobatan! Tidakkah kau merasa malu atau berdosa sedikit pun setelah apa yang kamu lakukan padaku!?"

Ekspresi Nathan berubah bingung, dia mulai menganggap wanita di depannya itu aneh dan sakit jiwa. Padahal dia sudah menyelamatkannya, tetapi Adelina malah marah-marah!

"Hina? Aku hanya membantumu, kenapa harus merasa berdosa? Apa setelah membantumu, kau ingin aku berlutut dan berterima kasih padamu?" tanya pria itu, wajahnya tak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun.

"Membantu? Kamu jelas-jelas mengambil kesempatan dalam kesempitan!"

Alis Nathan tertaut. Sekarang, dia yakin apa yang dirinya dan Adelina bicarakan adalah dua hal yang berbeda. Karena … Nathan sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan wanita tersebut!

"Nona, sepertinya ada kesalahpahaman di sini."

"Kesalahpahaman apa!?" raung Adelina penuh emosi. "Setelah mengusir pria itu, kamu malah memanfaatkan situasiku yang sedang tak sadarkan diri dan ... dan ...."

Ucapan Adelina terhenti, terbawa rasa malu dan kesal karena menurutnya kejadian semalam sangat memalukan untuk seorang wanita sekelas dirinya.

Dengan tangan mengepal erat di atas meja dan wajah memerah karena emosi, Adelina menatap Nathan yang seolah-olah tidak merasa bersalah sedikit pun setelah merusak kehormatannya.

Melihat mata Adelina yang berkaca-kaca dan wajah cantiknya yang tampak terhina, Nathan langsung menjelaskan situasinya sebelum keadaan semakin memburuk. "Nona, jangan berpikir sembarangan. Selain mengobati racun yang mengancammu, aku sama sekali tidak menyentuhmu."

Adelina menatap Nathan dengan tatapan penuh curiga dan sinisme. "Ah, pencuri mana yang mengaku perbuatan buruknya! Kau pikir aku percaya begitu saja?" sergahnya dengan nada meremehkan. “Kalau memang tidak menyentuhku, bagaimana bisa keesokan harinya aku—”

Ingin berkata ‘tidak berbusana’, Adelina merasa malu dan menelan kembali kalimatnya.

Sementara itu, Nathan menjawab dengan jengkel, mulai tidak sabar. "Jika kau tidak percaya padaku, periksakan saja dirimu ke dokter. Dengan begitu, kebenaran akan terungkap dan kau akan yakin bahwa aku tidak berbohong."

Adelina memasang ekspresi tidak percaya. “Apa kau gila?”

Memeriksakan diri ke dokter? Apa pria itu sadar kalau usulannya bisa merusak reputasi Adelina kalau sampai tersebar ke publik!? Bahkan dengan keterlibatan Adelina dengan dokter obgyn saja bisa menimbulkan isu besar di kalangan atas! Namanya bisa terpampang jelas di berbagai media!

Dengan sikap acuh tak acuh yang diiringi sedikit rasa kesal, Nathan menjawab. "Solusi sudah kuberikan, tapi kau sendiri yang tidak mau menerimanya. Jadi, jangan libatkan aku dalam masalahmu. Aku permisi."

Ketidakpedulian Nathan membuat Adelina terperangah. Seumur-umur, baru kali ini dia menghadapi seseorang yang berani begitu kurang ajar padanya.

Akhirnya, sebuah ancaman pun Adelina utarakan, "Kalau kau pergi, percaya atau tidak aku akan mengirimmu ke kamp militer agar kau disiksa oleh orang-orang keluargaku!"

Di saat ini, langkah Nathan berhenti. Dia langsung menoleh dan menatap kesal sosok Adelina.

Adelina Sergaf adalah wanita yang memiliki aura otoritatif dan menarik, hal itu tidak terlepas dari latar belakang keluarganya yang sangat dihormati di kota Bibes.

Mendiang ayahnya, seorang jenderal besar, telah meninggalkan warisan kehormatan yang tidak hanya membuat nama keluarga Sergaf dikenang, tetapi juga memberi Adelina kekuatan dalam setiap kata dan tindakannya.

Meskipun ia tidak mengikuti jejak ayahnya dalam karir militer, Adelina dikenal memiliki kepribadian yang tegas dan tidak mudah digoyahkan, sebab itulah di usianya yang masih tergolong muda, ia sudah mampu mendirikan sebuah perusahan sendiri.

Hal ini membuat para anggota militer yang mengenal jasa ayahnya tidak hanya memberikan penghormatan, tapi juga melihat Adelina sebagai seseorang yang pantas diperhitungkan.

Jadi, ancaman dari Adelina bukan hanya omong kosong belaka, tetapi sesuatu yang memiliki berat dan konsekuensi nyata bagi siapa pun yang berani melawannya.

Sedangkan, bagi Nathan yang sedang bersembunyi dari publik dan pemerintahan, ini jelas hal yang sangat berbahaya, melebihi penjara kecil di kota Bibes!

Ekspresi wajah Nathan berubah menjadi gelap. Dia berbalik perlahan, menatap Adelina dengan tatapan tajam. "Apa yang sebenarnya kau inginkan, dariku?" tanyanya dengan nada dingin dan penuh kepastian.

Adelina tersenyum miring, melihat ketakutan yang mulai muncul di wajah Nathan karena ancamannya. Dia merasa puas, menyadari bahwa pria itu kini ada di bawah kendalinya.

Dengan anggun, Adelina melangkah mendekat, lalu berkata lembut namun penuh keyakinan. "Aku ingin kamu menjadi tunanganku."

Mendengar perkataan itu, Nathan terperangah. "Apa?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status