Share

Bab 2

Tanpa menunggu, Nathan pergi ke Hotel Evergarden, hotel berbintang yang ada di dekat area kampus.

Menurut informasi dari Jack, Quenzi pergi ke sana bersama Dyren untuk merayakan hari jadi mereka yang pertama. Dan Nathan, dia ke sana untuk meminta penjelasan mengenai kenapa Quenzi mengkhianatinya.

Sampai di hotel, Nathan melihat Quenzi baru saja keluar dari sana selagi bergelayut manja di lengan Dyren. Di belakang keduanya, terlihat ada dua orang pengawal setia milik pria tersebut yang mengikuti.

"Terima kasih Dyren, aku suka sekali hadiahmu," ucap Quenzi manja dengan senyum malu-malu. Di tangannya, ada sejumlah kantong belanja bermerek yang barang termurahnya masing-masing bisa bernilai jutaan!

Dyren tersenyum puas dan melingkarkan tangannya di pinggang Quenzi dengan semakin intim. “Apa pun untukmu, Sayang ….”

Melihat hal itu Nathan mengepalkan tangan. Tidak pernah Quenzi menampakkan wajah sebahagia itu ketika diberikan hadiah olehnya. Padahal, dia setengah mati berjuang kerja setiap malam hingga menjelang subuh untuk berbagai hal yang wanita itu inginkan.

Saat jarak antara Quenzi dan dirinya sudah cukup dekat, Nathan pun memanggilnya, "Quenzi …."

Panggilan itu membuat Quenzi menoleh, dan seketika wanita itu membelalakkan mata terkejut. "Nathan, kenapa kamu ada di sini?!"

Mendapati Quenzi memanggil nama Nathan. Dyren mengernyitkan dahi bingung. Ia memerhatikan penampilan Nathan dari atas ke bawah.

Terlihat penampilan pemuda itu begitu biasa. Bila ditotal, seluruh barang yang Nathan kenakan tidak mungkin melebihi tiga ratus ribu!

"Kamu mengenalnya, Quenzi?" tanya Dyren sambil menatap Nathan jijik.

Quenzi menggigit bibir bawahnya, dengan ragu wanita itu menjawab, "Dia …."

"Aku kekasihnya," potong Nathan dingin.

Dyren mendengus mendengar pengakuan Nathan. "Apa kamu tidak berkaca? Mana mungkin bunga kampus Bibes International University memiliki kekasih sepertimu?"

Ekspresi Nathan tetap santai. "Kalau tidak percaya, kau bisa tanyakan saja sendiri."

Kepercayaan diri Nathan membuat senyum mengejek Dyren mengendur. Dia langsung menoleh ke samping dan bertanya, "Quenzi, tidak mungkin, ‘kan?!"

Tampak Quenzi bingung dan gelisah mau menjawab apa. Namun, akhirnya dia berkata lirih, "Dia … dia hanya mantan, Dyren! Aku tidak lagi memiliki hubungan dengannya!"

Jawaban itu membuat mata Dyren melebar. Jadi, benar keduanya pernah berhubungan!

Tidak ingin Dyren ikut jijik padanya karena Nathan, Quenzi cepat-cepat berkata, “Nathan, hubungan kita sudah berakhir! Tidak bisakah kamu berhenti menggangguku!?”

“Apa?” Nathan tampak bingung.

Quenzi berpura-pura ketakutan bercampur marah. “Apa perkataanku sebelumnya belum jelas? Bukan hanya tidak bisa membiayai keperluanku, kamu bahkan meminjam uangku dan tidak bisa mengembalikannya. Sekarang, setelah putus, haruskah kamu terus mengganggu hidupku!?"

Suara lantang Quenzi membuat orang-orang di sekeliling mereka langsung berbisik-bisik, mengatakan Nathan tidak tahu diri sebagai seorang pria.

Nathan terkejut, tidak menyangka Quenzi akan memutarbalikkan fakta seperti itu. Jelas-jelas yang selama ini menggunakan uangnya adalah wanita itu! Dan lagi, mereka masih berpacaran, tidak ada kata putus sebelum detik ini!

Di saat ini, Nathan hanya bisa mengepalkan tangan erat, menahan emosinya. “Tidak kusangka, kamu ternyata wanita seperti ini, Quenzi,” ucap Nathan dengan ekspresi penuh kekecewaan.

Ucapan Nathan yang bercampur ekspresi kekecewaan membuat Quenzi sedikit tertekan, lagi pula hubungan mereka diawali rasa sama-sama suka.

Sejujurnya, Quenzi akui Nathan tampan dan baik, tapi sayang … dia miskin! Dan Quenzi tidak ingin berakhir hidup dengan pria miskin!

“Jangan bersikap seakan aku yang jahat, Nathan! Pergilah! Aku tidak mau memiliki hubungan denganmu lagi!”

Amarah menggebu dalam hati Nathan, tapi … marah hanya untuk wanita seperti ini, Nathan merasa tidak layak!

Akhirnya, Nathan pun memasang ekspresi dingin dan berkata, "Aku mengerti. Kalau begitu, hubungan kita berakhir di sini. Terima kasih atas dua tahun ini. Semoga kita tidak bertemu lagi!” Dia pun berbalik untuk meninggalkan tempat tersebut.

Namun, di saat itu sebuah suara berseru lantang, "Siapa yang mengizinkanmu pergi!?"

Nathan menautkan alis dan menoleh, mendapati yang berbicara adalah Dyren. "Kalau aku ingin pergi, kenapa perlu izinmu?"

Dyren merangkul pinggang Quenzi, seakan sengaja mempertontonkan kedekatannya dengan Quenzi di hadapan Nathan. "Setelah mengganggu waktu dan menghancurkan momen hari jadianku dan Quenzi, tentu kamu harus meminta maaf! Jangan seperti tidak tahu etika!"

Quenzi berusaha menenangkan Dyren. Bukan karena rasa bersalah, tapi karena takut Nathan akan muak dan berakhir membongkar kebohongannya di depan Dyren. "Dyren, untuk apa meladeninya? Jangan menghabiskan waktu untuk orang rendahan sepertinya.”

"Tidak, Sayang. Kamu tidak mengerti. Orang yang tidak pernah diajari orang tuanya seperti dia harus diberi pelajaran etika agar–"

BUK!

Belum selesai Dyren bicara, sebuah pukulan langsung diterima di wajahnya.

“Ah!” Quenzi terkesiap saat mendapati Dyren terpelanting ke belakang dengan keras.

“Dyren!” Selagi berusaha membantu pria itu berdiri, Quenzi menatap marah ke arah Nathan.

“Nathan! Tega sekali kamu memukul Dyren!”

“Tega? Berani menyebut orang tuaku seperti itu, tindakanku ini sudah termasuk berbaik hati,” geram Nathan, matanya membara penuh amarah, membuat Quenzi langsung ketakutan.

Tidak Quenzi sangka, Nathan yang biasa tenang dan begitu sabar padanya bisa terlihat begitu mengerikan!

“Bajingan!” maki Dyren yang sudah bangkit kembali sembari mengusap darah dari sudut bibirnya. Dia langsung meraung marah kepada dua pengawalnya, "Kenapa kalian berdua diam saja? Hajar bedebah ini!"

Dua pengawal Dyren melirik satu sama lain, tampak sedikit ragu lantaran serangan Nathan tadi tidak sempat tertangkap penglihatan mereka. Namun, karena sudah diberikan perintah, mereka pun langsung melesat cepat ke arah Nathan.

“Bocah, kau sudah mencari masalah dengan orang yang salah!” ucap salah satu pengawal.

Namun–

BUK! BRAK!

“Oh, Tuhan!”

“A-apa yang terjadi?”

“Pemuda lusuh itu mengalahkan dua pengawal seorang diri!”

“Bagaimana bisa!?”

Pertanyaan demi pertanyaan melambung saat dua pengawal itu roboh tak berdaya di hadapan Nathan.

Orang biasa pasti tidak bisa mengikuti gerakan Nathan, jadi mereka tidak menyadari bahwa Nathan telah menotok beberapa titik di tubuh dua pengawal itu hingga keduanya terjatuh dengan menyedihkan!

“Apa yang kalian lakukan!? Berdiri, dasar bodoh!” Teriakan Dyren membuat Nathan beralih menatapnya tajam.

“Hiiiee!”

Tatapan Nathan yang perlahan menghampiri membuat Dyren panik. Dia terjatuh kembali ke tanah dan berusaha untuk kabur, tapi Nathan dengan cepat menangkapnya untuk meraih kerahnya.

“Awalnya, kau bisa saja pergi tanpa masalah,” ucap Nathan dengan mata membara. “Tapi tidak setelah kau menghina orang tuaku!”

Tangan Nathan terangkat, lalu dia melancarkan tinjunya ke wajah Dyren.

DOR!

"Hentikan!"

Suara tembakan yang diikuti perintah itu membuat Nathan menghentikan tinjunya tepat sebelum dia menyentuh wajah Dyren. Dia menoleh, lalu terbelalak saat melihat siapa yang datang. “Kau–”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status