Home / Rumah Tangga / Akad Kedua Sang Perwira / Nota Perhiasan Milik Siapa?

Share

Nota Perhiasan Milik Siapa?

Author: Ziana Abia
last update Last Updated: 2025-01-03 13:47:51

Kasus Bu Rompis sedikit banyak sudah mengganggu pikiran Vina. Kabar terakhir yang Vina dengar, Pak Rompis diminta memilih antara karir atau istri. Karena perselingkuhan istri dianggap sudah mencoreng nama baik Instansi dan juga Satuan. Padahal Vina juga sudah memprediksi akan hal tersebut, tapi tetap saja ada rasa kesal di hati. Apalagi Vina tahu penggrebekan itu sendiri memang bagian dari rencana Bu Rompis. Disatu sisi Vina tak rela perceraian mereka harus terjadi dengan mengorbankan nama baik dan harga diri pihak istri yang terpaksa melakukan hal itu. Tapi di sisi lain, mengingat sulitnya proses cerai di dinas, Vina sangat paham bagaimana putus asanya pihak istri, hingga akhirnya memutuskan hal yang diluar dugaan.

"Bu, maaf, ini ada nota terselip di baju PDH Bapak." suara Riri membuyarkan lamunan Vina. Diambilnya kertas nota dari tangan Riri. Tertulis nama salah satu toko perhiasan di kertas itu.

"Pembelian perhiasan emas 50 gram?" batin Vina. "Apa Bang Adimas habis beli perhiasan? Untuk siapa sampai sebanyak ini?" Lagi-lagi Vina hanya bisa berkata dalam hati. Rasa curiga terbersit di hati,

"Ri, kalau Bapak nanya soal nota ini, kamu jawab aja ngga tahu ya!"

"Baik Bu!" jawab Riri lalu beranjak meninggalkan Vina.

Vina melihat nota itu dengan perasaan tak menentu. Pikiran buruk kembali menghampiri, "kali ini perempuan mana lagi Bang?" batin Vina. Beberapa kali dikhianati membuatnya mudah curiga.

Tak mau menduga-duga terlalu lama, Vina memutuskan untuk mendatangi toko perhiasan itu hari itu juga. Letaknya memang cukup jauh dari rumah dinas mereka, tapi tak apalah, dari pada penasaran. Sebelum pergi Vina tak lupa pamit pada Adimas dengan alasan mau mencari bahan-bahan untuk kerajinan tangan.

"Mau kemana Bu?" tanya Om Yono saat melihat Vina tengah memanaskan mobil.

"Mau ke pusat kota Om, ada yang mau dicari."

"Ngga pakai supir Bu? Biar nanti saya panggil Om Trisno."

"Oh ngga usah Om, saya sendiri aja. Bilang ke Om Tris nanti tolong jemput anak-anak aja. Riri masih di PAUD ya Om?"

"Iya Bu, Riri masih nungguin Adek di PAUD."

"Ya udah Om, saya jalan dulu ya! Tadi saya sudah pamit sama Bapak."

"Baik Bu."

----

Satu jam kemudian Vina tiba disebuah Mall di pusat Kota. Setelah memarkirkan mobil segera saja Vina masuk ke dalam Mall. Sampai didalam Mall Vina langsung menanyakan letak toko perhiasan yang dimaksud pada security Mall tersebut. Setelah mendapat petunjuk, Vina bergegas kesana.

Sampai di lantai dua, toko perhiasan itu langsung bisa ditemukan. Letaknya dekat dengan eskalator.

"Selamat siang, selamat datang di boutique d'or." sapa salah seorang pegawai toko itu.

"Selamat siang." jawab Vina seraya tersenyum.

"Ada yang bisa kami bantu Mbak?" tanyanya.

"Iya Mbak, saya mau tanya, tanggal 12 bulan lalu apa ada yang beli perhiasan ini disini Mbak?" tanya Vina sambil menyodorkan nota ke pegawai itu.

"Kalau dari nota dan tanggalnya yang tertulis memang ini dibeli di toko kami Mbak. Apa ada kendala?"

"Apa bisa saya tahu, siapa yang membeli Mbak?"

"Wah, agak susah Mbak, karena banyak yang sudah membeli disini. Lagipula kami tidak bisa memberi identitas client kami."

"Kalau lihat CCTV bisa ngga?" tanya Vina tak putus asa

"Maaf Bu, CCTV kami tidak bisa kami buka sembarangan, kecuali ada surat perintah dari petugas kepolisian. Karena bagaimanapun identitas client kami rahasia sifatnya."

"Ya sudah Mbak, terima kasih ya. Maaf sudah mengganggu." Kata Vina dengan ekspresi dengan kecewa.

"Iya Mbak, maaf kami tidak bisa membantu." kata pegawai itu dengan sedikit tak enak hati.

Karena merasa tak ada perlu lagi, Vina langsung pamit kepada pelayanan toko itu. Namun tiba- tiba saja,

Bruk!!!

Vina yang melangkah dengan terburu-buru tanpa memperhatikan tiba-tiba saja menabrak seseorang.

"Maaf!" kata Vina pada orang yang ditabrak nya.

Orang itu menatap Vina intens, namun karena mood Vina sedang buruk, Vina tak ada niat untuk basa basi pada orang itu.

"Sekali lagi maaf ya Mbak!" kata Vina lagi, lalu tanpa menunggu jawaban bergegas pergi meninggalkan orang itu. Setelah berjalan agak jauh Vina mendengar suara orang yang memanggilnya.

"Vin!! Vina...a!" panggil sebuah suara

Yakin bahwa memang memanggilnya, Vina pun berpaling ke arah suara tersebut. Tampak perempuan yang tadi ditabraknya tengah berjalan cepat kearahnya.

"Kok dia tahu namaku?" batin Vina.

"Vina, benar kamu Vina kan?" tanya orang itu setelah sampai dihadapan Vina.

"Iya, maaf kamu siapa ya?"

"Ya ampun Vinaaaaa, masa kamu ngga ingat aku sih?" katanya dengan cemberut.

Vina masih menatapnya bingung, mencoba mengingat-ingat. Beberapa detik kemudian, samar ia teringat seseorang dimasa lalu dengan lesung pipi yang sama dengan perempuan dihadapannya ini

"Isma bukan sih?" kata Vina dengan sedikit ragu.

"Alhamdulillah, akhirnya inget juga!" katanya berseri-seri.

"Ya ampun Ismaaaa!" kata Vina heboh dan langsung memeluknya. Isma adalah salah satu teman Vina saat kuliah. Tapi semenjak lulus mereka sudah tidak pernah bertemu lagi. Terhitung hampir 20 tahun mereja tak jumpa. Wajar Vina sedikit pangling dengan wajahnya.

"Kok kita bisa ketemu disini sih Vin? Padahal ini sangat jauh dari rumah orang tua kita ya?" katanya.

"Iya Is, suamiku dinas di kota C, jadi ikut deh!" jawab Vina.

"Kota C juga jauh dari sini Vin." kata Isma.

"Iya Is, jauh." kata Vina sambil terkekeh. "Kamu sendiri kok bisa terdampar di kota ini?"

"Aku lagi nengok toko aku Vin. Sudah setengah tahun ini aku buka cabang disini. Jadi tiga bulan sekali aku kesini untuk nengokin."

"Toko? Jangan-jangan boutique d'or itu toko milik kamu ya?" tanya Vina antusias. Secercah harapan mulai terbit dihatinya.

"Iya benar, tadi kamu kesana kan? Beli apa?"

"Ngga Is, sebenarnya tadi aku mau cari informasi, tapi pegawaimu bilang ngga bisa."

"Wait! Kita cari tempat ngobrol aja yuk!" katanya.

Sepuluh menit kemudian kami sudah duduk di salah satu restoran Jepang di Mall ini

"Gimana, gimana? Coba cerita ke aku siapa tau aku bisa bantu."

Lalu Vina bercerita tentang nota perhiasan itu. Tapi ia tak menceritakan secara detail, intinya Vina hanya ingin tau siapa yang membelinya.

"Oke kalau gitu habis makan kita ke toko ya! Kita lihat CCTV nya. "

"Alhamdulillah, makasih Is!" kata Vjna tersenyum senang.

Setelah makan, mereka kembali ke toko milik Isma. Sampai di toko mereka langsung masuk ke ruangan Isma. Dari komputernya, Isma mengakses rekaman CCTV bulan lalu. Lima menit kemudian rekaman pada tanggal itu sudah bisa mereka lihat.

Tapi sayangnya, sampai rekaman selesai tak ada satupun orang yang dikenalnya terlihat.

"Kok ngga ada ya?" Vina berkata dengan nada bingung.

"Memangnya kamu cari siapa?"

"Suamiku." kata Vina pelan.

Isma menatap Vina dengan heran. "Maksud kamu, suami kamu yang punya nota ini?"

"Iya Is. Tapi kok ngga ada ya?"

"Kenapa ngga tanya langsung aja ke suamimu?" tanya Isma heran.

Vina hanya diam tak menjawab.

Isma menghela nafas sebelum akhirnya berkata, "kamu baik-baik aja kan Vin sama suami kamu? Atau kamu mencurigai sesuatu?" tanyanya.

Lagi-lagi Vina tak menjawab.

"Apa mungkin ini nota milik orang lain yang tak sengaja terbawa oleh suami kamu? Jangan terlalu cemas dulu Vin, masih banyak kemungkinan kan tentang nota itu?"

"Mungkin Is. Ya sudahlah, nanti aku cari tahu lagi." Vina berkata lirih. Harapannya yang sempat melambung kini mulai sirna.

"Gini aja deh, aku minta nomor telepon kamu Vin. Aku yakin orang yang beli perhiasan ini pasti balik lagi kesini, karena nota itu kan penting. Jadi kamu jangan tanya ke suami kamu, biar aja dia anggap hilang."

Vina mengangguk mengerti.

"Tolong banget ya Is. Sebelum masalah nota ini jelas, aku belum bisa tidur nyenyak." kata Vina sedikit lebay.

"Alah, dasar kamu Vin! Udah, tenang aja. Nanti pasti aku kabari."

Tbc

Related chapters

  • Akad Kedua Sang Perwira   Mulai Mencari Bukti

    Tepat seminggu setelah pertemuan Vina dengan Isma, akhirnya Vina mendapat kabar dari pegawai boutique d'or. "Selamat sore, apa ini dengan Ibu Vina?" sebuah suara menyapa dari seberang sana. "Iya benar, ini dengan siapa ya?" "Maaf Bu, saya Neta pegawainya Bu Isma. Beberapa hari yang lalu Bu Isma menyampaikan pada saya tentang pemilik nota yang Ibu pegang." "Oh iya Mbak, bagaimana? Apakah sudah ada kabar? " "Benar Ibu, sehari setelah Ibu datang, ada yang kesini meminta nota baru karena katanya nota yang dia pegang hilang. Karena ada bukti CCTV saat dia membeli dan juga dia membawa perhiasan yang dibelinya saat itu, maka kami keluarkan nota baru. Dan sebagai jaminan agar kami tidak bermasalah kedepannya, kami meminta nomor kontak dan photo copy identitas yang bersangkutan." "Alhamdulillah, apa bisa saya minta Mbak?" "Bisa Ibu, tapi mohon hanya untuk Ibu saja ya! Karena bagaimanapun itu identitas pribadi seseorang." "Tenang Mbak, ngga buat macam-macam kok. Nanti tolong dikirim

    Last Updated : 2025-01-03
  • Akad Kedua Sang Perwira   Kucing-kucingan

    "Bu, ada kabar buruk." kata Riri dengan nafas memburu. Tadi setelah mendapat kabarnya dari Bapaknya, Riri langsung berlari mencari Vina. "Ada apa Ri? Kabar buruk apa?" tanya Vina masih dengan suara tenang. "Nana Bu!" jawab Riri lirih. Mendengar nama itu, buru-buru Vina meletakan satu jari dibibirnya. "Ssstt... Jangan disini." kata Vina. Setalah diam sejenak, Vina kembali berkata, "ikut saya!" Vina berjalan menuju garasi, dan mengambil salah satu motor yang terparkir disana. "Ayo Ri!" kata Vina. "Lho, mau kemana Bu?" "Udah ikut aja, nanti pulangnya sekalian jemput Dedek." Riri pun menurut, lalu mereka langsung berangkat. Lima menit kemudian mereka sudah ada di Kebun sayur yang ada di dekat Kantor Orsit. Di dalam kebun ada saung kecil yang kerap dipakai oleh pengurus untuk botram* . Dan disinilah mereka sekarang. "Kita bicara disini Ri! Di rumah tembok aja bisa bicara dan mendengar." kata Vina lirih. Riri mengangguk mengerti. "Jadi kabar buruk apa Ri?" "Itu Bu, ta

    Last Updated : 2025-01-03
  • Akad Kedua Sang Perwira   Bantuan Darurat Tumpas Pelakor

    Vina telah membeli dua buah ponsel beserta nomor barunya. Satu untuknya, satu lagi sudah diberikan pada Riri. Rencananya ponsel itu akan digunakan untuk mencari Nana alias Nabila. Karena Vina khawatir jika ponselnya sudah dibajak Adimas. Di ponsel baru itu juga dia sudah membuat email dan akun media sosial baru yang bisa dipakai untuk stalking media sosial si pelakor. Ya, dari Riri, Vina mendapat akun lovegram, toktok dan juga facenote milik Nana. Sejauh ini Nana tak memposting apapun mengenai kehidupannya. Foto-foto aktifitas hedonnya hanya ada di foto-foto lawas, sementara postingan terbaru hanya berisi video atau foto biasa saja, tanpa memperlihatkan tempat secara spesifik. "Rupanya kamu cukup hati-hati juga." batin Vina. Saat sedang asyik membuka akun baru lovegram miliknya, tiba-tiba terlihat iklan dari akun @detektif_cantik. Iseng Vina membuka akun itu. Di bio akun itu tertulis kontak dan alamat kantornya. Tapi sayangnya alamat deketif itu ada di seberang pulau sana, dekat de

    Last Updated : 2025-01-04
  • Akad Kedua Sang Perwira   The Power of Netizen +62

    Winnie : kayaknya ini Mbak-mbak yang kerja di dealer mobil di kota B deh! Astri : lhooo ini teman SMA aku Mbak. Tapi udah lama ngga ketemu. Nanti aku coba cari tahu Mbak. Lastri: @Winnie, iya itu Nana, dulu kerja bareng aku, tapi belum lama ini resign, ngga tahu kenapa. Vina tersenyum puas, sejauh ini, komentarnya cukup mendekati kebenaran. Karena identitas Nana langsung dikenali oleh netizen. Vina terus membaca puluhan komentar yang ada sampai akhirnya ada sebuah komentar yang menarik perhatiannya. Anjani: Aku pernah ketemu orang ini di Apartemen Spekta di Pusat Kota. Aku inget banget, soalnya dia waktu itu marah-marah sama security. Tapi aku ngga tahu apa dia penghuni apartemen atau hanya berkunjung. Mungkin Mbak bisa coba cari ke apartemen itu, atau Mbak bikin postingan baru di grup, siapa tahu ada anggota grup yang tinggal di Apartemen Spekta. "Apartemen Spekta?" batin Vina. Setelah mengetik ucapan terima kasih di postingan miliknya terkhusus kepada anggota yang bernama Anja

    Last Updated : 2025-01-05
  • Akad Kedua Sang Perwira   Hampir Percaya

    Tiga bulan berlalu sejak keputusan Vina dan Adimas untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka. Dan dalam kurun waktu tiga bulan itu pula Adimas terlihat mengalami perubahan. Jika sebelumnya komunikasi mereka hanya menyangkut soal-soal dinas atau anak-anak, kini Adimas mulai meluangkan waktu untuk berbicara dengan Vina mengenai kesehariannya. Dan yang menggembirakan, setiap pekan mereka akan quality time bersama anak-anak, padahal sebelumnya di akhir pekan Adimas lebih sering menghabiskan waktu dengan relasinya. Perubahan itu mulai membuat Vina sedikit terlena. Perhatian Adimas membuat Vina mulai yakin kalau Adimas memang sudah berubah. Akibatnya Vina pun urung mencari kebenaran mengenai hubungan Nana dan Adimas. Vina menganggap bahwa Adimas sudah tak lagi berhubungan dengan Nana karena tiga bulan ini pun Adimas nyaris tidak pernah keluar kota, kecuali bersama Danrem. "Dek, hari ini ada rapat untuk kunjungan Pangdam. Kamu siapin list apa saja yang dibutuhkan ya!" kata Adimas samb

    Last Updated : 2025-01-08
  • Akad Kedua Sang Perwira   Pertemuan

    Siang hingga menjelang sore tadi adalah hari yang melelahkan untuk semua anggota di Batalyon XYZ. Karena hari ini adalah hari Kunjungan Kerja Pangdam beserta Ketua Daerah. Bersyukur semua berjalan lancar, tak ada teguran terhadap dinas maupun Persit. Namun yang mengejutkan Vina adalah, Ibu Ketua Daerah ternyata orang yang pernah Vina kenal sejak kecil, tapi sudah lost contact sejak lama. Ibu Ketua Daerah atau dulu biasa Vina panggil sebagai Tante Intan adalah sahabat Ayah dan Bunda Vina sejak SMA. Dimasa lalu, Vina kecil sering diajak Tante Intan menginap di rumahnya. Orang tua Vina memang menikah muda, mereka menikah saat masih kuliah karena perjodohan yang digagas kakek dan nenek Vina dari kedua belah pihak. Jadi sampai Vina berumur 5 atau 6 tahun, Tante Intan masih sering mengajaknya bermain. Hanya saja sejak menikah, Tante Intan mengikuti dinas suaminya, Vina sendiri tahu Tante Intan menikah dengan seorang Perwira Tentara Angkatan Darat yang jarak usianya cukup jauh, tapi Vina t

    Last Updated : 2025-01-17
  • Akad Kedua Sang Perwira   Vina bertemu Nana

    Sore itu sepulang piket di Kantor Koorcab, Vina mampir ke sebuah cafe untuk bertemu dengan kenalannya di kota ini. Sebuat saja namanya Rinda. Rinda adalah pemilik salah satu klinik kecantikan di kota C ini. "Vin!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Vina. Vina menghampiri orang itu, "Udah lama nunggu Rin?" tanya Vina sambil menarik kursi di hadapan Rinda. "Baru lima belas menit. Aku baru pesenin lemon tea buat kamu. Takut keburu haus, kalau makanan pesan sendiri ya? Aku ngga tahu kamu mau pesan apa." kata Rinda. "Oh thanks ya! Sebentar aku pesan dulu ke sana." kata Vina sambil beranjak menuju ke kasir. Karena Cafe yang mereka datangi memang memiliki konsep pesan di kasir dan langsung bayar. "Sibuk banget ya Vin? Sampai baru bisa ketemu padahal aku udah minta ketemu sejak dua minggu lalu." tanya Rinda. "Maaf Rin, kemarin itu kan mau ada kunjungan, jadi beneran aku ribet sama mengurus itu semua. Aku mau treatment ke tempat kamu aja belum sempat." keluh Vina. "Hayo

    Last Updated : 2025-01-24
  • Akad Kedua Sang Perwira   Rencana Menikah

    "Kak, jadinya rencana pernikahan kita bagaimana?" tanya Nana pada Adimas. Keduanya kini tengah menghabiskan waktu di sebuah villa milik kenalan Adimas. "Ya sesuai rencana awal. Kita menikah disini, tapi tanpa mengundang siapapun kecuali orang tuamu, orang tuaku dan mungkin sedikit kerabat kamu. Semakin sedikit yang tahu tentang pernikahan kita, semakin baik." jawab Adimas. Nana menatap Adimas sendu, sejujurnya sebagai seorang gadis, dia mempunyai konsep pernikahan impian. Pernikahan yang diharapkan hanya sekali seumur hidup untuknya tentu harus memberikan kesan yang indah. Namun semuanya buyar, karena yang menjadi calon suaminya adalah Adimas, seorang pria yang telah mempunyai istri dan juga anak. Pernikahan yang seharusnya merupakan kabar bahagia harus disembunyikan agar tidak memicu permasalahan yang tentu saja akan merugikan dirinya dan juga Adimas. "Iya Kak, aku mengerti. Tapi boleh ya aku undang satu orang kenalanku disini? Hanya satu kok Kak... " rayu Nana. "Okey, hanya sat

    Last Updated : 2025-01-25

Latest chapter

  • Akad Kedua Sang Perwira   Cemas

    “Mbak masih kepikiran sama suaminya Mbak Nana ya?” tanya sang asisten. “Ya bagaimana ya, kamu kan dengar sendiri tadi Om Trisno manggil suaminya Nana apa?” “Iya sih, tapi setahu saya Mbak, yang dipanggil Komandan kan ngga hanya suaminya Mbak Vina. Ingat ngga, Bu Siska yang orang Kodim, suaminya juga dipanggil Komandan, padahal bukan Dandim.” “Memang suaminya Bu Siska jabatannya apa?” “Ngga tahu Mbak, ngga paham saya. Tapi suka dipanggil Komandan juga dia.” “Masalahnya, saya juga merasa Vina agak aneh.” “Aneh gimana Mbak? Karena minta video akad itu?” “Salah satunya itu, tapi dari awal dikenalkan ke Nana, Vina juga sudah aneh. Dia memperkenalkan diri sebagai Okta. Seolah Vina ngga mau Nana tahu nama asli Vina.” “Jadi Mbak mencurigai kalau suami Mbak Nana itu suaminya Mbak Vina juga?” tanya sang asisten to the point. “Ngga tahu lah, tapi saya curiganya sih gitu. Kalau dihubung-hubungkan juga sedikit masuk akal. Pernikahan yang sepi seperti kata kamu, seolah rahasia, Vina yang

  • Akad Kedua Sang Perwira   Sah

    Kasus Bu Riki dan suaminya masih ditangani secara internal di tingkat kompi. Tapi Vina melalui Bu Rahmat tetap memantau. Dari Bu Rahmat Vina tahu bahwa Bu Riki memutuskan untuk mengajukan permohonan cerai. Namun dari dinas melalui Danki B masih diupayakan mediasi agar Bu Riki mengurungkan niatnya. Tak ada yang menyinggung tentang perempuan selingkuhan Om Riki. Padahal awal masalah itu adalah tentang perselingkuhan yang menghasilkan seorang anak. Vina yang merasa gemas dengan proses yang berjalan akhirnya protes pada Adimas. "Bang, itu kenapa kasus Om Riki dan istrinya itu malah sibuk nyuruh Bu Riki jangan cerai sih? Bukannya awal masalah ini itu karena perselingkuhan ya?""Iya, tapi selingkuhannya Riki kan ngga nuntut Riki untuk dinikahi? Jadi yang diurus itu masalah Bu Riki minta cerai dulu. Sebisa mungkin dinas upayakan supaya Riki dan istrinya ngga cerai ""Ya kan Bu Riki minta cerai ada sebabnya. Ngga tiba-tiba bilang mau cerai.""Kan kamu tahu Dek, bagi anggota Tentara Angkatan

  • Akad Kedua Sang Perwira   Kasus Lagi

    Brak! Brak! Brak! "IBU TOLONG SAYA!!! IBU....!!! "Samar terdengar suara teriakan disertai gedoran pintu. Tak lama terdengar ketukan pintu kamar. "Ijin Komandan, Ibu... Ada yang mencari." suara Om Yono terdengar dari balik pintu. "Sebentar Om." jawab Vina. "Bang bangun! Ada yang cari kita." Kata Vina pada Adimas yang tidur disampingnya. "Hoaaaaam, kenapa Dek?" tanya Adimas dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Ada yang cari kita.""Siapa?" tanya Adimas lagi sambil mengambil jam weker di atas nakas. Terlihat waktu masih menunjukkan pukul satu dini hari. "Ngga tahu Bang, tapi tadi sempat dengar ada yang teriak minta tolong.""Ya sudah, kita lihat siapa."Setelah merapikan diri sebentar keduanya menghampiri tamu di dini hari itu. Di ruang tamu tampak Bu Riki, anggota kompi B yang juga pengurus cabang. Sambil menahan sakit, Bu Riki langsung menghampiri Vina. "Ibu, tolong saya!" katanya sambil menangis sekaligus menahan rasa nyeri. Vina hendak memeluk Bu Riki, tapi saat m

  • Akad Kedua Sang Perwira   Rencana Menikah

    "Kak, jadinya rencana pernikahan kita bagaimana?" tanya Nana pada Adimas. Keduanya kini tengah menghabiskan waktu di sebuah villa milik kenalan Adimas. "Ya sesuai rencana awal. Kita menikah disini, tapi tanpa mengundang siapapun kecuali orang tuamu, orang tuaku dan mungkin sedikit kerabat kamu. Semakin sedikit yang tahu tentang pernikahan kita, semakin baik." jawab Adimas. Nana menatap Adimas sendu, sejujurnya sebagai seorang gadis, dia mempunyai konsep pernikahan impian. Pernikahan yang diharapkan hanya sekali seumur hidup untuknya tentu harus memberikan kesan yang indah. Namun semuanya buyar, karena yang menjadi calon suaminya adalah Adimas, seorang pria yang telah mempunyai istri dan juga anak. Pernikahan yang seharusnya merupakan kabar bahagia harus disembunyikan agar tidak memicu permasalahan yang tentu saja akan merugikan dirinya dan juga Adimas. "Iya Kak, aku mengerti. Tapi boleh ya aku undang satu orang kenalanku disini? Hanya satu kok Kak... " rayu Nana. "Okey, hanya sat

  • Akad Kedua Sang Perwira   Vina bertemu Nana

    Sore itu sepulang piket di Kantor Koorcab, Vina mampir ke sebuah cafe untuk bertemu dengan kenalannya di kota ini. Sebuat saja namanya Rinda. Rinda adalah pemilik salah satu klinik kecantikan di kota C ini. "Vin!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Vina. Vina menghampiri orang itu, "Udah lama nunggu Rin?" tanya Vina sambil menarik kursi di hadapan Rinda. "Baru lima belas menit. Aku baru pesenin lemon tea buat kamu. Takut keburu haus, kalau makanan pesan sendiri ya? Aku ngga tahu kamu mau pesan apa." kata Rinda. "Oh thanks ya! Sebentar aku pesan dulu ke sana." kata Vina sambil beranjak menuju ke kasir. Karena Cafe yang mereka datangi memang memiliki konsep pesan di kasir dan langsung bayar. "Sibuk banget ya Vin? Sampai baru bisa ketemu padahal aku udah minta ketemu sejak dua minggu lalu." tanya Rinda. "Maaf Rin, kemarin itu kan mau ada kunjungan, jadi beneran aku ribet sama mengurus itu semua. Aku mau treatment ke tempat kamu aja belum sempat." keluh Vina. "Hayo

  • Akad Kedua Sang Perwira   Pertemuan

    Siang hingga menjelang sore tadi adalah hari yang melelahkan untuk semua anggota di Batalyon XYZ. Karena hari ini adalah hari Kunjungan Kerja Pangdam beserta Ketua Daerah. Bersyukur semua berjalan lancar, tak ada teguran terhadap dinas maupun Persit. Namun yang mengejutkan Vina adalah, Ibu Ketua Daerah ternyata orang yang pernah Vina kenal sejak kecil, tapi sudah lost contact sejak lama. Ibu Ketua Daerah atau dulu biasa Vina panggil sebagai Tante Intan adalah sahabat Ayah dan Bunda Vina sejak SMA. Dimasa lalu, Vina kecil sering diajak Tante Intan menginap di rumahnya. Orang tua Vina memang menikah muda, mereka menikah saat masih kuliah karena perjodohan yang digagas kakek dan nenek Vina dari kedua belah pihak. Jadi sampai Vina berumur 5 atau 6 tahun, Tante Intan masih sering mengajaknya bermain. Hanya saja sejak menikah, Tante Intan mengikuti dinas suaminya, Vina sendiri tahu Tante Intan menikah dengan seorang Perwira Tentara Angkatan Darat yang jarak usianya cukup jauh, tapi Vina t

  • Akad Kedua Sang Perwira   Hampir Percaya

    Tiga bulan berlalu sejak keputusan Vina dan Adimas untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka. Dan dalam kurun waktu tiga bulan itu pula Adimas terlihat mengalami perubahan. Jika sebelumnya komunikasi mereka hanya menyangkut soal-soal dinas atau anak-anak, kini Adimas mulai meluangkan waktu untuk berbicara dengan Vina mengenai kesehariannya. Dan yang menggembirakan, setiap pekan mereka akan quality time bersama anak-anak, padahal sebelumnya di akhir pekan Adimas lebih sering menghabiskan waktu dengan relasinya. Perubahan itu mulai membuat Vina sedikit terlena. Perhatian Adimas membuat Vina mulai yakin kalau Adimas memang sudah berubah. Akibatnya Vina pun urung mencari kebenaran mengenai hubungan Nana dan Adimas. Vina menganggap bahwa Adimas sudah tak lagi berhubungan dengan Nana karena tiga bulan ini pun Adimas nyaris tidak pernah keluar kota, kecuali bersama Danrem. "Dek, hari ini ada rapat untuk kunjungan Pangdam. Kamu siapin list apa saja yang dibutuhkan ya!" kata Adimas samb

  • Akad Kedua Sang Perwira   The Power of Netizen +62

    Winnie : kayaknya ini Mbak-mbak yang kerja di dealer mobil di kota B deh! Astri : lhooo ini teman SMA aku Mbak. Tapi udah lama ngga ketemu. Nanti aku coba cari tahu Mbak. Lastri: @Winnie, iya itu Nana, dulu kerja bareng aku, tapi belum lama ini resign, ngga tahu kenapa. Vina tersenyum puas, sejauh ini, komentarnya cukup mendekati kebenaran. Karena identitas Nana langsung dikenali oleh netizen. Vina terus membaca puluhan komentar yang ada sampai akhirnya ada sebuah komentar yang menarik perhatiannya. Anjani: Aku pernah ketemu orang ini di Apartemen Spekta di Pusat Kota. Aku inget banget, soalnya dia waktu itu marah-marah sama security. Tapi aku ngga tahu apa dia penghuni apartemen atau hanya berkunjung. Mungkin Mbak bisa coba cari ke apartemen itu, atau Mbak bikin postingan baru di grup, siapa tahu ada anggota grup yang tinggal di Apartemen Spekta. "Apartemen Spekta?" batin Vina. Setelah mengetik ucapan terima kasih di postingan miliknya terkhusus kepada anggota yang bernama Anja

  • Akad Kedua Sang Perwira   Bantuan Darurat Tumpas Pelakor

    Vina telah membeli dua buah ponsel beserta nomor barunya. Satu untuknya, satu lagi sudah diberikan pada Riri. Rencananya ponsel itu akan digunakan untuk mencari Nana alias Nabila. Karena Vina khawatir jika ponselnya sudah dibajak Adimas. Di ponsel baru itu juga dia sudah membuat email dan akun media sosial baru yang bisa dipakai untuk stalking media sosial si pelakor. Ya, dari Riri, Vina mendapat akun lovegram, toktok dan juga facenote milik Nana. Sejauh ini Nana tak memposting apapun mengenai kehidupannya. Foto-foto aktifitas hedonnya hanya ada di foto-foto lawas, sementara postingan terbaru hanya berisi video atau foto biasa saja, tanpa memperlihatkan tempat secara spesifik. "Rupanya kamu cukup hati-hati juga." batin Vina. Saat sedang asyik membuka akun baru lovegram miliknya, tiba-tiba terlihat iklan dari akun @detektif_cantik. Iseng Vina membuka akun itu. Di bio akun itu tertulis kontak dan alamat kantornya. Tapi sayangnya alamat deketif itu ada di seberang pulau sana, dekat de

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status