Tepat seminggu setelah pertemuan Vina dengan Isma, akhirnya Vina mendapat kabar dari pegawai boutique d'or.
"Selamat sore, apa ini dengan Ibu Vina?" sebuah suara menyapa dari seberang sana. "Iya benar, ini dengan siapa ya?" "Maaf Bu, saya Neta pegawainya Bu Isma. Beberapa hari yang lalu Bu Isma menyampaikan pada saya tentang pemilik nota yang Ibu pegang." "Oh iya Mbak, bagaimana? Apakah sudah ada kabar? " "Benar Ibu, sehari setelah Ibu datang, ada yang kesini meminta nota baru karena katanya nota yang dia pegang hilang. Karena ada bukti CCTV saat dia membeli dan juga dia membawa perhiasan yang dibelinya saat itu, maka kami keluarkan nota baru. Dan sebagai jaminan agar kami tidak bermasalah kedepannya, kami meminta nomor kontak dan photo copy identitas yang bersangkutan." "Alhamdulillah, apa bisa saya minta Mbak?" "Bisa Ibu, tapi mohon hanya untuk Ibu saja ya! Karena bagaimanapun itu identitas pribadi seseorang." "Tenang Mbak, ngga buat macam-macam kok. Nanti tolong dikirim ke email saya saja ya Mbak. Nanti saya kirim alamat emailnya ke mbak." "Baik Ibu, saya tunggu. Apa ada hal lain yang Ibu butuhkan? Jika tidak, saya cukupkan dulu Ibu. " "Terima kasih Mbak, cukup itu saja. Terima kasih ya, nanti saya hubungi Bu Isma juga." "Baik Bu. Sama-sama, selamat sore." Telepon ditutup, lalu segera Vina mengirim alamat emailnya pada Neta. Tak lama notifikasi emailnya berbunyi. Vina segera membuka kotak surat dan membuka email terbaru dari Neta. "Ah, namanya Nabila Nathania." gumamnya. Neta juga mengirim sebuah foto yang sepertinya diambil secara candid. Vina mengamati foto itu, mencoba mengenali, siapa tahu saja pernah bertemu. Tapi nihil, Vina memang tak mengenalnya. "Apa dia yang ada hubungan dengan Bang Adimas?" batinnya. Dimasa lalu saat Vina membaca chat Adimas dengan perempuan lain maka Vina akan langsung mengkonfirmasi dan berujung dengan keributan. Tapi setelahnya senyap begitu saja tanpa ada penyelesaian dan tanpa pernah menelusuri siapa perempuan itu. Tapi sekarang sepertinya tidak lagi. Vina merasa harus mengambil langkah, dirinya harus mengumpulkan bukti-bukti agar mempunyai alasan untuk lepas dari pernikahan toxic ini. Dulu Vina pernah minta bercerai, tapi Adimas malah berkata, "Alasan apa yang mau kamu berikan untuk menuntut cerai? Mau bilang aku selingkuh? Apa buktinya? Kalau cuma bukti chat sih ngga guna Dek! Paling dinas akan memediasi, dan kamu diminta untuk bertahan karena alasannya ngga tepat. Kalau aku orang sipil, kamu langsung ke Pengadilan Agama mungkin alasan itu bisa dipakai. Tapi denganku, ngga semudah itu cerai kamu minta cerai!" Jika dulu Vina hanya pasrah setelah mendengar ucapan itu, sekarang tidak. Sekarang Vina punya alamat orang yang dicurigai, entah apa hubungannya dengan Adimas. Tapi yang jelas Vina akan mencari tahu. --- Malam itu, selepas makan malam, Adimas berkata, "Lusa Abang mau bawa anggota untuk latihan luar di bukit Laluna selama 5 hari. Tolong bantu Gusti siapin perlengkapan Abang ya! Ini catatannya, Adek siapin, biar Gusti yang masukin ke ransel nanti!" lalu diberikannya secarik kertas berisi daftar perlengkapan kepada Vina. "Iya Bang, besok aku siapin." Adimas menatap Vina dengan mata sedikit menyipit, sebelum akhirnya bertanya, "Kamu sakit?" "Ngga, emang kenapa?" "Kayak ngga semangat gitu." "Ah, cuma capek aja, tadi kan habis piket di Koorcab, terus langsung jenguk anak anggota yang sakit." "Oh ya, tadi siang Ayah telepon aku. Nanya kapan kita bisa cuti pulang." "Terus Abang jawab apa?" "Ya Abang bilang ngga bisa janji, karena sekarang kegiatan lagi padat Kalau mau Ayah dan Bunda aja yang datang kesini. Tapi Ayah bilang belum bisa kalau dalam waktu dekat karena masih ada proyek yang dikerjakan." "Iya Bang, Ayah memang sedang sibuk-sibuknya, tapi setelah proyek ini selesai mungkin Ayah akan menyerahkan perusahaannya ke Bara. Karena Bara juga sudah bisa dilepas pegang perusahaan.' " Terus kamu gimana?" "Maksudnya?" "Kalau Bara yang pegang perusahaan, kamu dapat apa?" "Ya ampun Bang... Aku kan masih dapat pembagian setiap bulan dari perusahaan. Aku pikir ngga masalah Bara yang pegang. Dia kan adik aku. Malah enak aku mah, ngga kerja tapi bisa dapat uang terus. Lagian aku kan disini, gimana ceritanya aku ngurus perusahaan yang di seberang pulau itu." "Kan bisa mobile. Sekarang jaman internet, semua bisa dengan mudah dijangkau asal kamu mau." "Udahlah Bang, itu urusan Ayah. Aku ngga mau ikut campur. Yang penting Bara mampu menjalankan perusahaan, itu sudah cukup. Ngga mau ribut aku soal ginian." "Ya terserah kamu deh, Abang cuma ngasih masukan." "Iya, makasih Bang!" --- Hari ini Ibu-ibu Orsit di Batalyon melepas keberangkatan Anggota Batalyon yang akan berangkat latihan luar. Meski tak lama, Adimas sebagai Danyon tetap meminta Vina untuk mengumpulkan para istri untuk melepas keberangkatan mereka sebagai bentuk support. "Abang berangkat, hati-hati di rumah jaga anak-anak!" katanya sambil mengulurkan tangannya yang langsung disambut dengan menciumnya. "Iya Bang, Abang juga hati-hati." Semua anggota sudah naik ke atas truk, lalu disusul Adimas naik ke mobil dinasnya. Tak lama rombongan itu pun berangkat. Kepergian Adimas ini membuat Vina leluasa untuk membereskan lemari miliknya. Selain memang mau merapikan, Vina berharap bisa menemukan petunjuk lain mengenai perempuan yang bernama Nabila itu. Tapi sayangnya setelah lebih dari dua jam berkutat dengan isi lemari Adimas, Vina tak menemukan apapun mengenai perempuan itu. "Apa aku sadap aja nomor Bang Adimas ya?" batin Vina. Tapi kemudian Ia langsung menyadari bahwa itu tak mungkin, karena nomor Adimas sudah dipasang aplikasi anti sadap. Jadi, Vina harus memikirkan cara lain. "Lho Nana?" tiba-tiba suara Riri terdengar dari luar kamar. Vina yang mengira ada tamu, segera keluar kamar, namun ternyata tak nada siapa-siapa yang datang, hanya ada Riri tengah memegang kertas. "Kenapa Ri?" tanya Vina. "Eh Ibu, ngga ini saya cuma heran, kok ada foto Nana disini?" "Nana?" tanyaku heran. "Siapa Nana?" "Ini Bu!" katanya sambil menyerahkan kertas yang tadi dipegangnya, yang ternyata adalah foto Nabila yang baru saja diprint tadi olehnya "Nana? Maksudnya Nabila? Kamu kenal Ri?" "Iya, namanya Nabila, panggilannya Nana Bu. Dia sepupu jauh saya. Kok fotonya ada disini?" Degh! Vina merasa jantungnya mencelos seketika begitu mendengar ucapan Riri. Belum sempat Vina bicara, Riri tiba-tiba tersentak kaget. Lalu menatapku, "Jangan-jangan yang kata Bapak saya itu benar Bu." "Maksudnya apa Ri?" "Sebelumnya saya minta maaf Bu. Jadi beberapa waktu lalu saat saya ijin pulang ke rumah orang tua, Bapak saya sempat cerita soal sepupu saya yang punya pacar tentara. Bapak ngga tahu sih Bu, pacar Nana itu dinas dimana, tapi waktu Bapak sebut namanya saya kaget. Karena namanya persis sama dengan nama Komandan, yaitu Adimas Pratama." Riri menjeda ceritanya, sepertinya Riri khawatir dengan Vina. Sambil tersenyum Vina berkata, "lanjutkan aja Ri, saya ngga apa-apa." "Iya Bu, waktu saya dengar nama itu, saya masih ngga percaya, karena tentara yang namanya sama kan banyak ya Bu? Lagipula saya belum pernah lihat pacarnya Nana " Vina menghela nafas pendek, seraya berkata, "Tapi sepertinya benar Ri. Nana alias Nabila sepupu kamu sepertinya punya hubungan sama suami saya. Kamu tahu Ri, nota yang kamu temukan beberapa waktu lalu itu milik Nana." Riri menutup mulutnya karena terkejut. "Ya Allah Ibu, saya minta maaf atas nama sepupu saya." katanya dengan ekspresi sedih. "Kok kamu yang minta maaf Ri? Kan kamu ngga salah." "Ya tetap aja saya ngga enak Bu, gimanapun Nana masih kerabat saya. Lalu sekarang bagaimana Bu?" "Entahlah Ri, saya bingung. Apa saya temui saja Nana dan keluarganya ini? Kalau saya ke tempat mereka, kamu mau anterin saya Ri?" "Mau Ibu, saya pasti akan antar Ibu." "Oke, saya pikirkan dulu ya Ri. Makasih lho infonya. Tadinya saya udah hampir putus asa nyari info soal Nana ini. Karena di lemari Bapak ngga ada petunjuk apapun." "Jadi Ibu bongkar lemari Bapak karena nyari bukti?" "Yaaaa sekalian beresin sih Ri, siapa tahu bisa nemuin sesuatu." kata Vina sambil tertawa sumbang. Tak lama Riri kembali ke belakang, meninggalkan Vina yang tengah menyusun rencana untuk mendapatkan bukti selanjutnya. Tbc"Bu, ada kabar buruk." kata Riri dengan nafas memburu. Tadi setelah mendapat kabarnya dari Bapaknya, Riri langsung berlari mencari Vina. "Ada apa Ri? Kabar buruk apa?" tanya Vina masih dengan suara tenang. "Nana Bu!" jawab Riri lirih. Mendengar nama itu, buru-buru Vina meletakan satu jari dibibirnya. "Ssstt... Jangan disini." kata Vina. Setalah diam sejenak, Vina kembali berkata, "ikut saya!" Vina berjalan menuju garasi, dan mengambil salah satu motor yang terparkir disana. "Ayo Ri!" kata Vina. "Lho, mau kemana Bu?" "Udah ikut aja, nanti pulangnya sekalian jemput Dedek." Riri pun menurut, lalu mereka langsung berangkat. Lima menit kemudian mereka sudah ada di Kebun sayur yang ada di dekat Kantor Orsit. Di dalam kebun ada saung kecil yang kerap dipakai oleh pengurus untuk botram* . Dan disinilah mereka sekarang. "Kita bicara disini Ri! Di rumah tembok aja bisa bicara dan mendengar." kata Vina lirih. Riri mengangguk mengerti. "Jadi kabar buruk apa Ri?" "Itu Bu, ta
Vina telah membeli dua buah ponsel beserta nomor barunya. Satu untuknya, satu lagi sudah diberikan pada Riri. Rencananya ponsel itu akan digunakan untuk mencari Nana alias Nabila. Karena Vina khawatir jika ponselnya sudah dibajak Adimas. Di ponsel baru itu juga dia sudah membuat email dan akun media sosial baru yang bisa dipakai untuk stalking media sosial si pelakor. Ya, dari Riri, Vina mendapat akun lovegram, toktok dan juga facenote milik Nana. Sejauh ini Nana tak memposting apapun mengenai kehidupannya. Foto-foto aktifitas hedonnya hanya ada di foto-foto lawas, sementara postingan terbaru hanya berisi video atau foto biasa saja, tanpa memperlihatkan tempat secara spesifik. "Rupanya kamu cukup hati-hati juga." batin Vina. Saat sedang asyik membuka akun baru lovegram miliknya, tiba-tiba terlihat iklan dari akun @detektif_cantik. Iseng Vina membuka akun itu. Di bio akun itu tertulis kontak dan alamat kantornya. Tapi sayangnya alamat deketif itu ada di seberang pulau sana, dekat de
Winnie : kayaknya ini Mbak-mbak yang kerja di dealer mobil di kota B deh! Astri : lhooo ini teman SMA aku Mbak. Tapi udah lama ngga ketemu. Nanti aku coba cari tahu Mbak. Lastri: @Winnie, iya itu Nana, dulu kerja bareng aku, tapi belum lama ini resign, ngga tahu kenapa. Vina tersenyum puas, sejauh ini, komentarnya cukup mendekati kebenaran. Karena identitas Nana langsung dikenali oleh netizen. Vina terus membaca puluhan komentar yang ada sampai akhirnya ada sebuah komentar yang menarik perhatiannya. Anjani: Aku pernah ketemu orang ini di Apartemen Spekta di Pusat Kota. Aku inget banget, soalnya dia waktu itu marah-marah sama security. Tapi aku ngga tahu apa dia penghuni apartemen atau hanya berkunjung. Mungkin Mbak bisa coba cari ke apartemen itu, atau Mbak bikin postingan baru di grup, siapa tahu ada anggota grup yang tinggal di Apartemen Spekta. "Apartemen Spekta?" batin Vina. Setelah mengetik ucapan terima kasih di postingan miliknya terkhusus kepada anggota yang bernama Anja
Tiga bulan berlalu sejak keputusan Vina dan Adimas untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka. Dan dalam kurun waktu tiga bulan itu pula Adimas terlihat mengalami perubahan. Jika sebelumnya komunikasi mereka hanya menyangkut soal-soal dinas atau anak-anak, kini Adimas mulai meluangkan waktu untuk berbicara dengan Vina mengenai kesehariannya. Dan yang menggembirakan, setiap pekan mereka akan quality time bersama anak-anak, padahal sebelumnya di akhir pekan Adimas lebih sering menghabiskan waktu dengan relasinya. Perubahan itu mulai membuat Vina sedikit terlena. Perhatian Adimas membuat Vina mulai yakin kalau Adimas memang sudah berubah. Akibatnya Vina pun urung mencari kebenaran mengenai hubungan Nana dan Adimas. Vina menganggap bahwa Adimas sudah tak lagi berhubungan dengan Nana karena tiga bulan ini pun Adimas nyaris tidak pernah keluar kota, kecuali bersama Danrem. "Dek, hari ini ada rapat untuk kunjungan Pangdam. Kamu siapin list apa saja yang dibutuhkan ya!" kata Adimas samb
Siang hingga menjelang sore tadi adalah hari yang melelahkan untuk semua anggota di Batalyon XYZ. Karena hari ini adalah hari Kunjungan Kerja Pangdam beserta Ketua Daerah. Bersyukur semua berjalan lancar, tak ada teguran terhadap dinas maupun Persit. Namun yang mengejutkan Vina adalah, Ibu Ketua Daerah ternyata orang yang pernah Vina kenal sejak kecil, tapi sudah lost contact sejak lama. Ibu Ketua Daerah atau dulu biasa Vina panggil sebagai Tante Intan adalah sahabat Ayah dan Bunda Vina sejak SMA. Dimasa lalu, Vina kecil sering diajak Tante Intan menginap di rumahnya. Orang tua Vina memang menikah muda, mereka menikah saat masih kuliah karena perjodohan yang digagas kakek dan nenek Vina dari kedua belah pihak. Jadi sampai Vina berumur 5 atau 6 tahun, Tante Intan masih sering mengajaknya bermain. Hanya saja sejak menikah, Tante Intan mengikuti dinas suaminya, Vina sendiri tahu Tante Intan menikah dengan seorang Perwira Tentara Angkatan Darat yang jarak usianya cukup jauh, tapi Vina t
Sore itu sepulang piket di Kantor Koorcab, Vina mampir ke sebuah cafe untuk bertemu dengan kenalannya di kota ini. Sebuat saja namanya Rinda. Rinda adalah pemilik salah satu klinik kecantikan di kota C ini. "Vin!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Vina. Vina menghampiri orang itu, "Udah lama nunggu Rin?" tanya Vina sambil menarik kursi di hadapan Rinda. "Baru lima belas menit. Aku baru pesenin lemon tea buat kamu. Takut keburu haus, kalau makanan pesan sendiri ya? Aku ngga tahu kamu mau pesan apa." kata Rinda. "Oh thanks ya! Sebentar aku pesan dulu ke sana." kata Vina sambil beranjak menuju ke kasir. Karena Cafe yang mereka datangi memang memiliki konsep pesan di kasir dan langsung bayar. "Sibuk banget ya Vin? Sampai baru bisa ketemu padahal aku udah minta ketemu sejak dua minggu lalu." tanya Rinda. "Maaf Rin, kemarin itu kan mau ada kunjungan, jadi beneran aku ribet sama mengurus itu semua. Aku mau treatment ke tempat kamu aja belum sempat." keluh Vina. "Hayo
"Kak, jadinya rencana pernikahan kita bagaimana?" tanya Nana pada Adimas. Keduanya kini tengah menghabiskan waktu di sebuah villa milik kenalan Adimas. "Ya sesuai rencana awal. Kita menikah disini, tapi tanpa mengundang siapapun kecuali orang tuamu, orang tuaku dan mungkin sedikit kerabat kamu. Semakin sedikit yang tahu tentang pernikahan kita, semakin baik." jawab Adimas. Nana menatap Adimas sendu, sejujurnya sebagai seorang gadis, dia mempunyai konsep pernikahan impian. Pernikahan yang diharapkan hanya sekali seumur hidup untuknya tentu harus memberikan kesan yang indah. Namun semuanya buyar, karena yang menjadi calon suaminya adalah Adimas, seorang pria yang telah mempunyai istri dan juga anak. Pernikahan yang seharusnya merupakan kabar bahagia harus disembunyikan agar tidak memicu permasalahan yang tentu saja akan merugikan dirinya dan juga Adimas. "Iya Kak, aku mengerti. Tapi boleh ya aku undang satu orang kenalanku disini? Hanya satu kok Kak... " rayu Nana. "Okey, hanya sat
Brak! Brak! Brak! "IBU TOLONG SAYA!!! IBU....!!! "Samar terdengar suara teriakan disertai gedoran pintu. Tak lama terdengar ketukan pintu kamar. "Ijin Komandan, Ibu... Ada yang mencari." suara Om Yono terdengar dari balik pintu. "Sebentar Om." jawab Vina. "Bang bangun! Ada yang cari kita." Kata Vina pada Adimas yang tidur disampingnya. "Hoaaaaam, kenapa Dek?" tanya Adimas dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Ada yang cari kita.""Siapa?" tanya Adimas lagi sambil mengambil jam weker di atas nakas. Terlihat waktu masih menunjukkan pukul satu dini hari. "Ngga tahu Bang, tapi tadi sempat dengar ada yang teriak minta tolong.""Ya sudah, kita lihat siapa."Setelah merapikan diri sebentar keduanya menghampiri tamu di dini hari itu. Di ruang tamu tampak Bu Riki, anggota kompi B yang juga pengurus cabang. Sambil menahan sakit, Bu Riki langsung menghampiri Vina. "Ibu, tolong saya!" katanya sambil menangis sekaligus menahan rasa nyeri. Vina hendak memeluk Bu Riki, tapi saat m
“Mbak masih kepikiran sama suaminya Mbak Nana ya?” tanya sang asisten. “Ya bagaimana ya, kamu kan dengar sendiri tadi Om Trisno manggil suaminya Nana apa?” “Iya sih, tapi setahu saya Mbak, yang dipanggil Komandan kan ngga hanya suaminya Mbak Vina. Ingat ngga, Bu Siska yang orang Kodim, suaminya juga dipanggil Komandan, padahal bukan Dandim.” “Memang suaminya Bu Siska jabatannya apa?” “Ngga tahu Mbak, ngga paham saya. Tapi suka dipanggil Komandan juga dia.” “Masalahnya, saya juga merasa Vina agak aneh.” “Aneh gimana Mbak? Karena minta video akad itu?” “Salah satunya itu, tapi dari awal dikenalkan ke Nana, Vina juga sudah aneh. Dia memperkenalkan diri sebagai Okta. Seolah Vina ngga mau Nana tahu nama asli Vina.” “Jadi Mbak mencurigai kalau suami Mbak Nana itu suaminya Mbak Vina juga?” tanya sang asisten to the point. “Ngga tahu lah, tapi saya curiganya sih gitu. Kalau dihubung-hubungkan juga sedikit masuk akal. Pernikahan yang sepi seperti kata kamu, seolah rahasia, Vina yang
Kasus Bu Riki dan suaminya masih ditangani secara internal di tingkat kompi. Tapi Vina melalui Bu Rahmat tetap memantau. Dari Bu Rahmat Vina tahu bahwa Bu Riki memutuskan untuk mengajukan permohonan cerai. Namun dari dinas melalui Danki B masih diupayakan mediasi agar Bu Riki mengurungkan niatnya. Tak ada yang menyinggung tentang perempuan selingkuhan Om Riki. Padahal awal masalah itu adalah tentang perselingkuhan yang menghasilkan seorang anak. Vina yang merasa gemas dengan proses yang berjalan akhirnya protes pada Adimas. "Bang, itu kenapa kasus Om Riki dan istrinya itu malah sibuk nyuruh Bu Riki jangan cerai sih? Bukannya awal masalah ini itu karena perselingkuhan ya?""Iya, tapi selingkuhannya Riki kan ngga nuntut Riki untuk dinikahi? Jadi yang diurus itu masalah Bu Riki minta cerai dulu. Sebisa mungkin dinas upayakan supaya Riki dan istrinya ngga cerai ""Ya kan Bu Riki minta cerai ada sebabnya. Ngga tiba-tiba bilang mau cerai.""Kan kamu tahu Dek, bagi anggota Tentara Angkatan
Brak! Brak! Brak! "IBU TOLONG SAYA!!! IBU....!!! "Samar terdengar suara teriakan disertai gedoran pintu. Tak lama terdengar ketukan pintu kamar. "Ijin Komandan, Ibu... Ada yang mencari." suara Om Yono terdengar dari balik pintu. "Sebentar Om." jawab Vina. "Bang bangun! Ada yang cari kita." Kata Vina pada Adimas yang tidur disampingnya. "Hoaaaaam, kenapa Dek?" tanya Adimas dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Ada yang cari kita.""Siapa?" tanya Adimas lagi sambil mengambil jam weker di atas nakas. Terlihat waktu masih menunjukkan pukul satu dini hari. "Ngga tahu Bang, tapi tadi sempat dengar ada yang teriak minta tolong.""Ya sudah, kita lihat siapa."Setelah merapikan diri sebentar keduanya menghampiri tamu di dini hari itu. Di ruang tamu tampak Bu Riki, anggota kompi B yang juga pengurus cabang. Sambil menahan sakit, Bu Riki langsung menghampiri Vina. "Ibu, tolong saya!" katanya sambil menangis sekaligus menahan rasa nyeri. Vina hendak memeluk Bu Riki, tapi saat m
"Kak, jadinya rencana pernikahan kita bagaimana?" tanya Nana pada Adimas. Keduanya kini tengah menghabiskan waktu di sebuah villa milik kenalan Adimas. "Ya sesuai rencana awal. Kita menikah disini, tapi tanpa mengundang siapapun kecuali orang tuamu, orang tuaku dan mungkin sedikit kerabat kamu. Semakin sedikit yang tahu tentang pernikahan kita, semakin baik." jawab Adimas. Nana menatap Adimas sendu, sejujurnya sebagai seorang gadis, dia mempunyai konsep pernikahan impian. Pernikahan yang diharapkan hanya sekali seumur hidup untuknya tentu harus memberikan kesan yang indah. Namun semuanya buyar, karena yang menjadi calon suaminya adalah Adimas, seorang pria yang telah mempunyai istri dan juga anak. Pernikahan yang seharusnya merupakan kabar bahagia harus disembunyikan agar tidak memicu permasalahan yang tentu saja akan merugikan dirinya dan juga Adimas. "Iya Kak, aku mengerti. Tapi boleh ya aku undang satu orang kenalanku disini? Hanya satu kok Kak... " rayu Nana. "Okey, hanya sat
Sore itu sepulang piket di Kantor Koorcab, Vina mampir ke sebuah cafe untuk bertemu dengan kenalannya di kota ini. Sebuat saja namanya Rinda. Rinda adalah pemilik salah satu klinik kecantikan di kota C ini. "Vin!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Vina. Vina menghampiri orang itu, "Udah lama nunggu Rin?" tanya Vina sambil menarik kursi di hadapan Rinda. "Baru lima belas menit. Aku baru pesenin lemon tea buat kamu. Takut keburu haus, kalau makanan pesan sendiri ya? Aku ngga tahu kamu mau pesan apa." kata Rinda. "Oh thanks ya! Sebentar aku pesan dulu ke sana." kata Vina sambil beranjak menuju ke kasir. Karena Cafe yang mereka datangi memang memiliki konsep pesan di kasir dan langsung bayar. "Sibuk banget ya Vin? Sampai baru bisa ketemu padahal aku udah minta ketemu sejak dua minggu lalu." tanya Rinda. "Maaf Rin, kemarin itu kan mau ada kunjungan, jadi beneran aku ribet sama mengurus itu semua. Aku mau treatment ke tempat kamu aja belum sempat." keluh Vina. "Hayo
Siang hingga menjelang sore tadi adalah hari yang melelahkan untuk semua anggota di Batalyon XYZ. Karena hari ini adalah hari Kunjungan Kerja Pangdam beserta Ketua Daerah. Bersyukur semua berjalan lancar, tak ada teguran terhadap dinas maupun Persit. Namun yang mengejutkan Vina adalah, Ibu Ketua Daerah ternyata orang yang pernah Vina kenal sejak kecil, tapi sudah lost contact sejak lama. Ibu Ketua Daerah atau dulu biasa Vina panggil sebagai Tante Intan adalah sahabat Ayah dan Bunda Vina sejak SMA. Dimasa lalu, Vina kecil sering diajak Tante Intan menginap di rumahnya. Orang tua Vina memang menikah muda, mereka menikah saat masih kuliah karena perjodohan yang digagas kakek dan nenek Vina dari kedua belah pihak. Jadi sampai Vina berumur 5 atau 6 tahun, Tante Intan masih sering mengajaknya bermain. Hanya saja sejak menikah, Tante Intan mengikuti dinas suaminya, Vina sendiri tahu Tante Intan menikah dengan seorang Perwira Tentara Angkatan Darat yang jarak usianya cukup jauh, tapi Vina t
Tiga bulan berlalu sejak keputusan Vina dan Adimas untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka. Dan dalam kurun waktu tiga bulan itu pula Adimas terlihat mengalami perubahan. Jika sebelumnya komunikasi mereka hanya menyangkut soal-soal dinas atau anak-anak, kini Adimas mulai meluangkan waktu untuk berbicara dengan Vina mengenai kesehariannya. Dan yang menggembirakan, setiap pekan mereka akan quality time bersama anak-anak, padahal sebelumnya di akhir pekan Adimas lebih sering menghabiskan waktu dengan relasinya. Perubahan itu mulai membuat Vina sedikit terlena. Perhatian Adimas membuat Vina mulai yakin kalau Adimas memang sudah berubah. Akibatnya Vina pun urung mencari kebenaran mengenai hubungan Nana dan Adimas. Vina menganggap bahwa Adimas sudah tak lagi berhubungan dengan Nana karena tiga bulan ini pun Adimas nyaris tidak pernah keluar kota, kecuali bersama Danrem. "Dek, hari ini ada rapat untuk kunjungan Pangdam. Kamu siapin list apa saja yang dibutuhkan ya!" kata Adimas samb
Winnie : kayaknya ini Mbak-mbak yang kerja di dealer mobil di kota B deh! Astri : lhooo ini teman SMA aku Mbak. Tapi udah lama ngga ketemu. Nanti aku coba cari tahu Mbak. Lastri: @Winnie, iya itu Nana, dulu kerja bareng aku, tapi belum lama ini resign, ngga tahu kenapa. Vina tersenyum puas, sejauh ini, komentarnya cukup mendekati kebenaran. Karena identitas Nana langsung dikenali oleh netizen. Vina terus membaca puluhan komentar yang ada sampai akhirnya ada sebuah komentar yang menarik perhatiannya. Anjani: Aku pernah ketemu orang ini di Apartemen Spekta di Pusat Kota. Aku inget banget, soalnya dia waktu itu marah-marah sama security. Tapi aku ngga tahu apa dia penghuni apartemen atau hanya berkunjung. Mungkin Mbak bisa coba cari ke apartemen itu, atau Mbak bikin postingan baru di grup, siapa tahu ada anggota grup yang tinggal di Apartemen Spekta. "Apartemen Spekta?" batin Vina. Setelah mengetik ucapan terima kasih di postingan miliknya terkhusus kepada anggota yang bernama Anja
Vina telah membeli dua buah ponsel beserta nomor barunya. Satu untuknya, satu lagi sudah diberikan pada Riri. Rencananya ponsel itu akan digunakan untuk mencari Nana alias Nabila. Karena Vina khawatir jika ponselnya sudah dibajak Adimas. Di ponsel baru itu juga dia sudah membuat email dan akun media sosial baru yang bisa dipakai untuk stalking media sosial si pelakor. Ya, dari Riri, Vina mendapat akun lovegram, toktok dan juga facenote milik Nana. Sejauh ini Nana tak memposting apapun mengenai kehidupannya. Foto-foto aktifitas hedonnya hanya ada di foto-foto lawas, sementara postingan terbaru hanya berisi video atau foto biasa saja, tanpa memperlihatkan tempat secara spesifik. "Rupanya kamu cukup hati-hati juga." batin Vina. Saat sedang asyik membuka akun baru lovegram miliknya, tiba-tiba terlihat iklan dari akun @detektif_cantik. Iseng Vina membuka akun itu. Di bio akun itu tertulis kontak dan alamat kantornya. Tapi sayangnya alamat deketif itu ada di seberang pulau sana, dekat de