Sore itu sepulang piket di Kantor Koorcab, Vina mampir ke sebuah cafe untuk bertemu dengan kenalannya di kota ini. Sebuat saja namanya Rinda. Rinda adalah pemilik salah satu klinik kecantikan di kota C ini. "Vin!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Vina. Vina menghampiri orang itu, "Udah lama nunggu Rin?" tanya Vina sambil menarik kursi di hadapan Rinda. "Baru lima belas menit. Aku baru pesenin lemon tea buat kamu. Takut keburu haus, kalau makanan pesan sendiri ya? Aku ngga tahu kamu mau pesan apa." kata Rinda. "Oh thanks ya! Sebentar aku pesan dulu ke sana." kata Vina sambil beranjak menuju ke kasir. Karena Cafe yang mereka datangi memang memiliki konsep pesan di kasir dan langsung bayar. "Sibuk banget ya Vin? Sampai baru bisa ketemu padahal aku udah minta ketemu sejak dua minggu lalu." tanya Rinda. "Maaf Rin, kemarin itu kan mau ada kunjungan, jadi beneran aku ribet sama mengurus itu semua. Aku mau treatment ke tempat kamu aja belum sempat." keluh Vina. "Hayo
"Kak, jadinya rencana pernikahan kita bagaimana?" tanya Nana pada Adimas. Keduanya kini tengah menghabiskan waktu di sebuah villa milik kenalan Adimas. "Ya sesuai rencana awal. Kita menikah disini, tapi tanpa mengundang siapapun kecuali orang tuamu, orang tuaku dan mungkin sedikit kerabat kamu. Semakin sedikit yang tahu tentang pernikahan kita, semakin baik." jawab Adimas. Nana menatap Adimas sendu, sejujurnya sebagai seorang gadis, dia mempunyai konsep pernikahan impian. Pernikahan yang diharapkan hanya sekali seumur hidup untuknya tentu harus memberikan kesan yang indah. Namun semuanya buyar, karena yang menjadi calon suaminya adalah Adimas, seorang pria yang telah mempunyai istri dan juga anak. Pernikahan yang seharusnya merupakan kabar bahagia harus disembunyikan agar tidak memicu permasalahan yang tentu saja akan merugikan dirinya dan juga Adimas. "Iya Kak, aku mengerti. Tapi boleh ya aku undang satu orang kenalanku disini? Hanya satu kok Kak... " rayu Nana. "Okey, hanya sat
Brak! Brak! Brak! "IBU TOLONG SAYA!!! IBU....!!! "Samar terdengar suara teriakan disertai gedoran pintu. Tak lama terdengar ketukan pintu kamar. "Ijin Komandan, Ibu... Ada yang mencari." suara Om Yono terdengar dari balik pintu. "Sebentar Om." jawab Vina. "Bang bangun! Ada yang cari kita." Kata Vina pada Adimas yang tidur disampingnya. "Hoaaaaam, kenapa Dek?" tanya Adimas dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Ada yang cari kita.""Siapa?" tanya Adimas lagi sambil mengambil jam weker di atas nakas. Terlihat waktu masih menunjukkan pukul satu dini hari. "Ngga tahu Bang, tapi tadi sempat dengar ada yang teriak minta tolong.""Ya sudah, kita lihat siapa."Setelah merapikan diri sebentar keduanya menghampiri tamu di dini hari itu. Di ruang tamu tampak Bu Riki, anggota kompi B yang juga pengurus cabang. Sambil menahan sakit, Bu Riki langsung menghampiri Vina. "Ibu, tolong saya!" katanya sambil menangis sekaligus menahan rasa nyeri. Vina hendak memeluk Bu Riki, tapi saat m
Kasus Bu Riki dan suaminya masih ditangani secara internal di tingkat kompi. Tapi Vina melalui Bu Rahmat tetap memantau. Dari Bu Rahmat Vina tahu bahwa Bu Riki memutuskan untuk mengajukan permohonan cerai. Namun dari dinas melalui Danki B masih diupayakan mediasi agar Bu Riki mengurungkan niatnya. Tak ada yang menyinggung tentang perempuan selingkuhan Om Riki. Padahal awal masalah itu adalah tentang perselingkuhan yang menghasilkan seorang anak. Vina yang merasa gemas dengan proses yang berjalan akhirnya protes pada Adimas. "Bang, itu kenapa kasus Om Riki dan istrinya itu malah sibuk nyuruh Bu Riki jangan cerai sih? Bukannya awal masalah ini itu karena perselingkuhan ya?""Iya, tapi selingkuhannya Riki kan ngga nuntut Riki untuk dinikahi? Jadi yang diurus itu masalah Bu Riki minta cerai dulu. Sebisa mungkin dinas upayakan supaya Riki dan istrinya ngga cerai ""Ya kan Bu Riki minta cerai ada sebabnya. Ngga tiba-tiba bilang mau cerai.""Kan kamu tahu Dek, bagi anggota Tentara Angkatan
“Mbak masih kepikiran sama suaminya Mbak Nana ya?” tanya sang asisten. “Ya bagaimana ya, kamu kan dengar sendiri tadi Om Trisno manggil suaminya Nana apa?” “Iya sih, tapi setahu saya Mbak, yang dipanggil Komandan kan ngga hanya suaminya Mbak Vina. Ingat ngga, Bu Siska yang orang Kodim, suaminya juga dipanggil Komandan, padahal bukan Dandim.” “Memang suaminya Bu Siska jabatannya apa?” “Ngga tahu Mbak, ngga paham saya. Tapi suka dipanggil Komandan juga dia.” “Masalahnya, saya juga merasa Vina agak aneh.” “Aneh gimana Mbak? Karena minta video akad itu?” “Salah satunya itu, tapi dari awal dikenalkan ke Nana, Vina juga sudah aneh. Dia memperkenalkan diri sebagai Okta. Seolah Vina ngga mau Nana tahu nama asli Vina.” “Jadi Mbak mencurigai kalau suami Mbak Nana itu suaminya Mbak Vina juga?” tanya sang asisten to the point. “Ngga tahu lah, tapi saya curiganya sih gitu. Kalau dihubung-hubungkan juga sedikit masuk akal. Pernikahan yang sepi seperti kata kamu, seolah rahasia, Vina yang
"Menikah sama anggota Tentara itu sulit. Kalian harus urus banyak persyaratan. Jadi, jangan sampai saat sudah menikah, kalian mudah mengucapkan kata cerai hanya karena masalah-masalah kecil. Saat keinginan itu muncul, ingatlah perjuangan kalian untuk menikah.' sayup terdengar suara Adimas yang tengah memberikan petuah pada serombongan anggota dan calonnya yang tengah menghadap untuk mengajukan persyaratan pernikahan. " Dek!!" lagi suara Adimas terdengar memanggil. Bergegas Vina menuju ke ruang tamu sambil membawa nampan berisi beberapa cangkir teh manis hangat. "Silahkan diminum!" kata Vina pada mereka. "Ijin, terima kasih Bu!" jawab mereka serentak. Setelah itu Vina duduk disamping Adimas. "Dek, ini mereka mau menikah. Tadi Abang sudah sampaikan beberapa hal, sekarang giliran Adek." Vina tersenyum kecil, lalu berkata, "Tadi Bapak sudah banyak memberi masukan ya?" tanya Vina yang dijawab anggukan oleh mereka. "Saya ngga akan banyak ngasih nasehat, karena pasti sebelum
Hari jelang malam. Vina memanggil ketiga anaknya untuk makan malam. Sibungsu Lala yang baru berumur 3 tahun tengah asyik menonton kartun kesukaannya, sementara kedua kakaknya Alisa dan Ben baru saja selesai shalat maghrib. "Ma, Papa belum pulang? " tanya Ben. "Belum, Papa masih di lapangan tembak kayaknya." jawab Vina. "Ayo kita makan duluan, kalian kan harus belajar!" kata Vina lagi. "Baik Ma!" jawab Alisa dan Ben serempak. Sementara itu di dapur, Riri dan Yono tengah berbincang. "Gimana ya Yon? Aku kok ngga tega sama Ibu. Tapi mau ngomong juga takut." kata Riri sambil sesekali matanya melirik kearah ruang makan, takut tiba-tiba Vina masuk ke dapur. "Memangnya kamu udah yakin Ri? Maksud aku kamu lihat sendiri." "Aku sih belum lihat langsung, tapi waktu hari minggu kemarin aku pulang kampung, aku ditanya sama Bapakku, dan itu jelas nama Bapak Yon." "Yang namanya sama atau mirip sama Komandan kan banyak Ri! Jadi ngga bisa langsung nuduh. Pastikan dulu aja Ri, baru nanti b
Kasus Bu Rompis sedikit banyak sudah mengganggu pikiran Vina. Kabar terakhir yang Vina dengar, Pak Rompis diminta memilih antara karir atau istri. Karena perselingkuhan istri dianggap sudah mencoreng nama baik Instansi dan juga Satuan. Padahal Vina juga sudah memprediksi akan hal tersebut, tapi tetap saja ada rasa kesal di hati. Apalagi Vina tahu penggrebekan itu sendiri memang bagian dari rencana Bu Rompis. Disatu sisi Vina tak rela perceraian mereka harus terjadi dengan mengorbankan nama baik dan harga diri pihak istri yang terpaksa melakukan hal itu. Tapi di sisi lain, mengingat sulitnya proses cerai di dinas, Vina sangat paham bagaimana putus asanya pihak istri, hingga akhirnya memutuskan hal yang diluar dugaan. "Bu, maaf, ini ada nota terselip di baju PDH Bapak." suara Riri membuyarkan lamunan Vina. Diambilnya kertas nota dari tangan Riri. Tertulis nama salah satu toko perhiasan di kertas itu. "Pembelian perhiasan emas 50 gram?" batin Vina. "Apa Bang Adimas habis beli perhiasa
“Mbak masih kepikiran sama suaminya Mbak Nana ya?” tanya sang asisten. “Ya bagaimana ya, kamu kan dengar sendiri tadi Om Trisno manggil suaminya Nana apa?” “Iya sih, tapi setahu saya Mbak, yang dipanggil Komandan kan ngga hanya suaminya Mbak Vina. Ingat ngga, Bu Siska yang orang Kodim, suaminya juga dipanggil Komandan, padahal bukan Dandim.” “Memang suaminya Bu Siska jabatannya apa?” “Ngga tahu Mbak, ngga paham saya. Tapi suka dipanggil Komandan juga dia.” “Masalahnya, saya juga merasa Vina agak aneh.” “Aneh gimana Mbak? Karena minta video akad itu?” “Salah satunya itu, tapi dari awal dikenalkan ke Nana, Vina juga sudah aneh. Dia memperkenalkan diri sebagai Okta. Seolah Vina ngga mau Nana tahu nama asli Vina.” “Jadi Mbak mencurigai kalau suami Mbak Nana itu suaminya Mbak Vina juga?” tanya sang asisten to the point. “Ngga tahu lah, tapi saya curiganya sih gitu. Kalau dihubung-hubungkan juga sedikit masuk akal. Pernikahan yang sepi seperti kata kamu, seolah rahasia, Vina yang
Kasus Bu Riki dan suaminya masih ditangani secara internal di tingkat kompi. Tapi Vina melalui Bu Rahmat tetap memantau. Dari Bu Rahmat Vina tahu bahwa Bu Riki memutuskan untuk mengajukan permohonan cerai. Namun dari dinas melalui Danki B masih diupayakan mediasi agar Bu Riki mengurungkan niatnya. Tak ada yang menyinggung tentang perempuan selingkuhan Om Riki. Padahal awal masalah itu adalah tentang perselingkuhan yang menghasilkan seorang anak. Vina yang merasa gemas dengan proses yang berjalan akhirnya protes pada Adimas. "Bang, itu kenapa kasus Om Riki dan istrinya itu malah sibuk nyuruh Bu Riki jangan cerai sih? Bukannya awal masalah ini itu karena perselingkuhan ya?""Iya, tapi selingkuhannya Riki kan ngga nuntut Riki untuk dinikahi? Jadi yang diurus itu masalah Bu Riki minta cerai dulu. Sebisa mungkin dinas upayakan supaya Riki dan istrinya ngga cerai ""Ya kan Bu Riki minta cerai ada sebabnya. Ngga tiba-tiba bilang mau cerai.""Kan kamu tahu Dek, bagi anggota Tentara Angkatan
Brak! Brak! Brak! "IBU TOLONG SAYA!!! IBU....!!! "Samar terdengar suara teriakan disertai gedoran pintu. Tak lama terdengar ketukan pintu kamar. "Ijin Komandan, Ibu... Ada yang mencari." suara Om Yono terdengar dari balik pintu. "Sebentar Om." jawab Vina. "Bang bangun! Ada yang cari kita." Kata Vina pada Adimas yang tidur disampingnya. "Hoaaaaam, kenapa Dek?" tanya Adimas dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Ada yang cari kita.""Siapa?" tanya Adimas lagi sambil mengambil jam weker di atas nakas. Terlihat waktu masih menunjukkan pukul satu dini hari. "Ngga tahu Bang, tapi tadi sempat dengar ada yang teriak minta tolong.""Ya sudah, kita lihat siapa."Setelah merapikan diri sebentar keduanya menghampiri tamu di dini hari itu. Di ruang tamu tampak Bu Riki, anggota kompi B yang juga pengurus cabang. Sambil menahan sakit, Bu Riki langsung menghampiri Vina. "Ibu, tolong saya!" katanya sambil menangis sekaligus menahan rasa nyeri. Vina hendak memeluk Bu Riki, tapi saat m
"Kak, jadinya rencana pernikahan kita bagaimana?" tanya Nana pada Adimas. Keduanya kini tengah menghabiskan waktu di sebuah villa milik kenalan Adimas. "Ya sesuai rencana awal. Kita menikah disini, tapi tanpa mengundang siapapun kecuali orang tuamu, orang tuaku dan mungkin sedikit kerabat kamu. Semakin sedikit yang tahu tentang pernikahan kita, semakin baik." jawab Adimas. Nana menatap Adimas sendu, sejujurnya sebagai seorang gadis, dia mempunyai konsep pernikahan impian. Pernikahan yang diharapkan hanya sekali seumur hidup untuknya tentu harus memberikan kesan yang indah. Namun semuanya buyar, karena yang menjadi calon suaminya adalah Adimas, seorang pria yang telah mempunyai istri dan juga anak. Pernikahan yang seharusnya merupakan kabar bahagia harus disembunyikan agar tidak memicu permasalahan yang tentu saja akan merugikan dirinya dan juga Adimas. "Iya Kak, aku mengerti. Tapi boleh ya aku undang satu orang kenalanku disini? Hanya satu kok Kak... " rayu Nana. "Okey, hanya sat
Sore itu sepulang piket di Kantor Koorcab, Vina mampir ke sebuah cafe untuk bertemu dengan kenalannya di kota ini. Sebuat saja namanya Rinda. Rinda adalah pemilik salah satu klinik kecantikan di kota C ini. "Vin!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Vina. Vina menghampiri orang itu, "Udah lama nunggu Rin?" tanya Vina sambil menarik kursi di hadapan Rinda. "Baru lima belas menit. Aku baru pesenin lemon tea buat kamu. Takut keburu haus, kalau makanan pesan sendiri ya? Aku ngga tahu kamu mau pesan apa." kata Rinda. "Oh thanks ya! Sebentar aku pesan dulu ke sana." kata Vina sambil beranjak menuju ke kasir. Karena Cafe yang mereka datangi memang memiliki konsep pesan di kasir dan langsung bayar. "Sibuk banget ya Vin? Sampai baru bisa ketemu padahal aku udah minta ketemu sejak dua minggu lalu." tanya Rinda. "Maaf Rin, kemarin itu kan mau ada kunjungan, jadi beneran aku ribet sama mengurus itu semua. Aku mau treatment ke tempat kamu aja belum sempat." keluh Vina. "Hayo
Siang hingga menjelang sore tadi adalah hari yang melelahkan untuk semua anggota di Batalyon XYZ. Karena hari ini adalah hari Kunjungan Kerja Pangdam beserta Ketua Daerah. Bersyukur semua berjalan lancar, tak ada teguran terhadap dinas maupun Persit. Namun yang mengejutkan Vina adalah, Ibu Ketua Daerah ternyata orang yang pernah Vina kenal sejak kecil, tapi sudah lost contact sejak lama. Ibu Ketua Daerah atau dulu biasa Vina panggil sebagai Tante Intan adalah sahabat Ayah dan Bunda Vina sejak SMA. Dimasa lalu, Vina kecil sering diajak Tante Intan menginap di rumahnya. Orang tua Vina memang menikah muda, mereka menikah saat masih kuliah karena perjodohan yang digagas kakek dan nenek Vina dari kedua belah pihak. Jadi sampai Vina berumur 5 atau 6 tahun, Tante Intan masih sering mengajaknya bermain. Hanya saja sejak menikah, Tante Intan mengikuti dinas suaminya, Vina sendiri tahu Tante Intan menikah dengan seorang Perwira Tentara Angkatan Darat yang jarak usianya cukup jauh, tapi Vina t
Tiga bulan berlalu sejak keputusan Vina dan Adimas untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka. Dan dalam kurun waktu tiga bulan itu pula Adimas terlihat mengalami perubahan. Jika sebelumnya komunikasi mereka hanya menyangkut soal-soal dinas atau anak-anak, kini Adimas mulai meluangkan waktu untuk berbicara dengan Vina mengenai kesehariannya. Dan yang menggembirakan, setiap pekan mereka akan quality time bersama anak-anak, padahal sebelumnya di akhir pekan Adimas lebih sering menghabiskan waktu dengan relasinya. Perubahan itu mulai membuat Vina sedikit terlena. Perhatian Adimas membuat Vina mulai yakin kalau Adimas memang sudah berubah. Akibatnya Vina pun urung mencari kebenaran mengenai hubungan Nana dan Adimas. Vina menganggap bahwa Adimas sudah tak lagi berhubungan dengan Nana karena tiga bulan ini pun Adimas nyaris tidak pernah keluar kota, kecuali bersama Danrem. "Dek, hari ini ada rapat untuk kunjungan Pangdam. Kamu siapin list apa saja yang dibutuhkan ya!" kata Adimas samb
Winnie : kayaknya ini Mbak-mbak yang kerja di dealer mobil di kota B deh! Astri : lhooo ini teman SMA aku Mbak. Tapi udah lama ngga ketemu. Nanti aku coba cari tahu Mbak. Lastri: @Winnie, iya itu Nana, dulu kerja bareng aku, tapi belum lama ini resign, ngga tahu kenapa. Vina tersenyum puas, sejauh ini, komentarnya cukup mendekati kebenaran. Karena identitas Nana langsung dikenali oleh netizen. Vina terus membaca puluhan komentar yang ada sampai akhirnya ada sebuah komentar yang menarik perhatiannya. Anjani: Aku pernah ketemu orang ini di Apartemen Spekta di Pusat Kota. Aku inget banget, soalnya dia waktu itu marah-marah sama security. Tapi aku ngga tahu apa dia penghuni apartemen atau hanya berkunjung. Mungkin Mbak bisa coba cari ke apartemen itu, atau Mbak bikin postingan baru di grup, siapa tahu ada anggota grup yang tinggal di Apartemen Spekta. "Apartemen Spekta?" batin Vina. Setelah mengetik ucapan terima kasih di postingan miliknya terkhusus kepada anggota yang bernama Anja
Vina telah membeli dua buah ponsel beserta nomor barunya. Satu untuknya, satu lagi sudah diberikan pada Riri. Rencananya ponsel itu akan digunakan untuk mencari Nana alias Nabila. Karena Vina khawatir jika ponselnya sudah dibajak Adimas. Di ponsel baru itu juga dia sudah membuat email dan akun media sosial baru yang bisa dipakai untuk stalking media sosial si pelakor. Ya, dari Riri, Vina mendapat akun lovegram, toktok dan juga facenote milik Nana. Sejauh ini Nana tak memposting apapun mengenai kehidupannya. Foto-foto aktifitas hedonnya hanya ada di foto-foto lawas, sementara postingan terbaru hanya berisi video atau foto biasa saja, tanpa memperlihatkan tempat secara spesifik. "Rupanya kamu cukup hati-hati juga." batin Vina. Saat sedang asyik membuka akun baru lovegram miliknya, tiba-tiba terlihat iklan dari akun @detektif_cantik. Iseng Vina membuka akun itu. Di bio akun itu tertulis kontak dan alamat kantornya. Tapi sayangnya alamat deketif itu ada di seberang pulau sana, dekat de