Hari jelang malam. Vina memanggil ketiga anaknya untuk makan malam. Sibungsu Lala yang baru berumur 3 tahun tengah asyik menonton kartun kesukaannya, sementara kedua kakaknya Alisa dan Ben baru saja selesai shalat maghrib.
"Ma, Papa belum pulang? " tanya Ben. "Belum, Papa masih di lapangan tembak kayaknya." jawab Vina. "Ayo kita makan duluan, kalian kan harus belajar!" kata Vina lagi. "Baik Ma!" jawab Alisa dan Ben serempak. Sementara itu di dapur, Riri dan Yono tengah berbincang. "Gimana ya Yon? Aku kok ngga tega sama Ibu. Tapi mau ngomong juga takut." kata Riri sambil sesekali matanya melirik kearah ruang makan, takut tiba-tiba Vina masuk ke dapur. "Memangnya kamu udah yakin Ri? Maksud aku kamu lihat sendiri." "Aku sih belum lihat langsung, tapi waktu hari minggu kemarin aku pulang kampung, aku ditanya sama Bapakku, dan itu jelas nama Bapak Yon." "Yang namanya sama atau mirip sama Komandan kan banyak Ri! Jadi ngga bisa langsung nuduh. Pastikan dulu aja Ri, baru nanti bilang sama Ibu. Kalau sekarang bilangnya padahal belum jelas malah jadi huru-hara." "Iya ya Yon, aku coba nanti tanya ke Bapak lagi. Pokoknya kalau benar, aku akan kasih tahu Ibu." kata Riri. "Kasih tahu apa Ri?" tiba-tiba saja Vina sudah berdiri didekat mereka. "Eh... Ngga Bu, itu tadi mau ngasih tahu Ibu kalau Bapak saya mengundang Ibu sekeluarga datang ke kampung saya." jawab Riri sekenanya. "Tapi waktunya nanti Bu, nunggu panen dulu." sambung Riri lagi sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Oh gitu, ya kabarin aja kalau gitu. Mudah-mudahan saya dan Bapak ada waktu senggang. Kalian makan dulu gih! Bapak pulang malam sepertinya. Jadi ngga usah ditunggu." "Baik Bu!" jawab mereka. --- Waktu terus berlalu, sudah sebulan sejak Vina mendengar cerita dari Bu Rompis dulu. Tiba-tiba saja pagi ini Vina dikejutkan dengan kabar penggrebekan Bu Rompis dengan seorang laki-laki di sebuah hotel. Bergegas Vina menghubungi Bu Mul. Vina: Bu Mul, kabar tentang Bu Rompis itu benar? Bu Mul: ijin Ibu, saya juga baru dengar pagi ini. Saya baru mau ke tempat Ibu untuk melapor. Vina: sekarang posisi Bu Rompis dimana? Bu Mul: Ijin Ibu, katanya sedang di POLMIL Bu. Vina: Pak Mul masih di rumah atau sudah ke kantor Bu? Bu Mul: Ijin Ibu, masih di rumah. Vina: Kalau gitu saya ke rumah Bu Mul saja. Saya mau tanya langsung kronologis ke Pak Mul. Setelah itu kita ke POLMIL, untuk ketemu Bu Rompis. Bu Mul: siap Ibu. Setengah jam kemudian Vina sudah ada di rumah Bu Mul. "Pak Mul, gimana ceritanya? Saya kaget lho pagi-pagi dapat kabar dari Om Yono. Mana suami saya sedang keluar kota lagi. Tadi saya telepon Wadan tapi ngga diangkat, jadi langsung aja saya tanya ke Pak Mul sebagai Danki-nya. Karena kaitannya sama anggota saya, jadi saya harus cepat dapat informasi. Kalau sampai Ibu Ketua Koorcab dengar tapi saya belum tahu info lengkapnya, kan bisa berabe." "Siap Bu, tidak apa-apa. Semalam saat penggrebekan juga saya sudah lapor ke Komandan. Kata beliau koordinasi sama Wadan dulu, sementara Komandan belum kembali." "Oh iya, Bu Mul, coba hubungi Bu Wakil, minta datang kesini. Biar tahu juga infonya." Belum sempat Bu Mul melaksanakan perintah itu, tiba-tiba terdengar salam dari luar. Tak lama tampak Elia istri dari Wadan masuk kedalam rumah. "Assalamu'alaikum. Ijin Mbak, maaf mengganggu." sapa Elia. "Wa'alaikumussalam. Panjang umur kamu Dek, baru aja saya minta Bu Mul untuk panggil kamu " "Siap Mbak, tadi saya ke rumah Mbak, suami saya baru memberi tahu soal Bu Rompis ba'da subuh tadi. Jadi saya mau lapor ke Mbak." "Iya Dek, saya juga kaget. Kok malah Bu Rompis yang digrebek sih Pak Mul? Bukannya Pak Rompis yang dibilang selingkuh?" "Ijin Ibu, kami juga sebetulnya kaget. Tapi kami dapat info pertama kali justru dari orang POLMIL." "Lho kok bisa?" tanya Vina bingung. "Iya Bu, katanya mereka dapat laporan dari pesan anonim yang mengatakan bahwa ada istri anggota sedang check in di hotel bukan dengan suaminya. Setelah dilakukan cross check, akhirnya memang terbukti ada mereka di kamar itu. " "Laki-lakinya siapa Pak?" "Infonya lelaki itu pemilik lapak sayur di Pasar Modern Bu." "Hah??? " Vina terkejut mendengar ucapan Pak Mul. "Aduh, ngga habis pikir saya Pak. Apa bisa kita ketemu Bu Rompis?" "Ijin Mbak, dari suami saya Bu Rompis sedang diperiksa penyidik dulu pagi ini. Mungkin baru sore nanti kita bisa mencoba untuk menemui Bu Rompis." kata Elia. "Ada-ada aja masalah tuh! Kalau Pak Rompis-nya gimana Pak Mul?" "Dia semalam dipanggil ke POLMIL setelah Bu Rompis diamankan Bu." "Oh, jadi ngga ikut grebek ya?" "Tidak Bu. Karena POLMIL sendiri baru tahu itu istrinya Pak Rompis setelah Bu Rompis diamankan." "Hmmm... Baiklah, saya pamit dulu kalau gitu Pak Mul. Nanti sore saya akan ke POLMIL Bu Mul ikut ya!" "Siap Bu!" Vina dan Elia pun pamit. Diperjalanan, Vina masih membahas masalah itu dengan Elia. "El, saya masih belum percaya kalau Bu Rompis selingkuh sampai digrebek. Memang sih beberapa waktu lalu dia ngotot mau pisah karena katanya suaminya selingkuh. Masa dia balik selingkuh juga?" "Iya Mbak, tadi juga suami bilang agak janggal. Terutama soal pesan anonim itu. Kok bisa tahu nomor pribadi salah satu anggota POLMIL? Berarti pengirim pesannya itu kemungkinan masih kalangan kita juga Mbak." "Siapa yang dapat pesan anonim itu El?" "Kalau ngga salah namanya Anton Mbak. Tapi saya lupa pangkatnya apa." "Anton? Tunggu, kayaknya pernah dengar nama itu. Tapi saya lupa. Nanti saya coba ingat-ingat lagi lah! Waktu digrebek itu, kondisi Bu Rompis bagaimana?" "Katanya sih masih berpakaian lengkap, tapi lelaki yang bersamanya sudah tel*nj**g dada." "Di tempat tidur?" tanya Vina lagi. "Ngga Mbak. Bu Rompis duduk di sofa, lelaki itu yang di kasur." --- Sorenya Vina, Elia dan Bu Mul sudah ada di POLMIL untuk bertemu Bu Rompis. Sambil menunggu Bu Rompis, Vina sempat berbincang dengan salah satu penyidik. "Pak, kronologisnya bagaimana sampai akhirnya ada penggrebekan? Tadi saya baru dengar dari Dankima, tapi saya ingin tahu lebih jelas lagi." "Iya Ibu, semalam sekitar pukul 9 malam salah satu anggota kami menerima pesan anonim. Yang intinya memberi tahu tentang keberadaan seorang istri anggota di sebuah hotel bersama laki-laki bukan suaminya. Awalnya kami ragu, tapi setelah itu anggota itu menerima lagi pesan yang mencantumkan nomor kamarnya. Akhirnya setelah koordinasi, kami ke TKP dan ternyata benar yang ada di kamar itu adalah istri anggota dengan laki-laki bukan suaminya." "Ada perlawanan Pak saat penggrebekan?" tanya Vina lagi. "Tidak Bu, proses berjalan aman, tanpa perlawanan. Bu Rompis dan lelaki itu koperatif saat kami bawa ke POLMIL. " "Katanya yang terima pesan anonim Pak Anton ya?" "Iya Bu, benar." "Pak Anton?" lirih suara Bu Mul terdengar. "Kenapa Bu Mul?" tanya Vina yang mendengar suara Bu Mul. "Pak Anton itu bukannya orang yang pernah Bu Rompis tunjukin screenshot chat Pak Rompis dan selingkuhannya ya Bu?" "Ah iya Bu Mul, pantes saya juga tadi kayaknya familiar dengan nama itu. Dia juga yang bilang kalau istri yang selingkuh bisa langsung diproses kan ya?" sejenak Vina terpaku, lalu sebuah pemikiran terlintas di kepalanya. "Bu, silahkan masuk, Bu Rompis sudah ada di dalam." kata seorang petugas Vina dan yang lainnya kini sudah duduk berhadapan dengan Bu Rompis. Terlihat wajahnya yang lelah, namun tak ada gurat kesedihan disana. "Bu Rompis, kok bisa gini?" tanya Vina. Bu Rompis menatap Vina seraya tersenyum, lalu berkata, "setelah ini saya bisa cerai kan Bu? Kan saya ketangkap selingkuh. Berarti bisa diproses kan Bu?" Vina terpaku mendengar ucapan Bu Rompis. "Jangan bilang kalau ini memang rencana Bu Rompis?" tanya Vina dengan pikiran yang mulai kacau. "Maaf Bu, saya sudah tak sanggup lagi hidup sama Rompis. Sementara saya lapor pun selalu dibilang kurang bukti. Lelah saya Bu. Jadi saya ambil jalan pintas ini, biarlah saya yang dianggap selingkuh, yang penting saya bisa lepas dari Rompis. Setelah proses ini saya pasti bisa bebas dari pernikahan dengan dia kan Bu?" Vina terdiam mendengar ucapan Bu Rompis. "Ya Tuhan, harus sampai seperti inikah jalan yang diambil? Apa benar-benar sudah tak ada cara yang lebih baik lagi?" batin Vina. Vina menatap nanar anggotanya itu. Demi lepas dari pernikahan anggotanya itu rela mengorbankan nama baiknya sendiri. TbcKasus Bu Rompis sedikit banyak sudah mengganggu pikiran Vina. Kabar terakhir yang Vina dengar, Pak Rompis diminta memilih antara karir atau istri. Karena perselingkuhan istri dianggap sudah mencoreng nama baik Instansi dan juga Satuan. Padahal Vina juga sudah memprediksi akan hal tersebut, tapi tetap saja ada rasa kesal di hati. Apalagi Vina tahu penggrebekan itu sendiri memang bagian dari rencana Bu Rompis. Disatu sisi Vina tak rela perceraian mereka harus terjadi dengan mengorbankan nama baik dan harga diri pihak istri yang terpaksa melakukan hal itu. Tapi di sisi lain, mengingat sulitnya proses cerai di dinas, Vina sangat paham bagaimana putus asanya pihak istri, hingga akhirnya memutuskan hal yang diluar dugaan. "Bu, maaf, ini ada nota terselip di baju PDH Bapak." suara Riri membuyarkan lamunan Vina. Diambilnya kertas nota dari tangan Riri. Tertulis nama salah satu toko perhiasan di kertas itu. "Pembelian perhiasan emas 50 gram?" batin Vina. "Apa Bang Adimas habis beli perhiasa
Tepat seminggu setelah pertemuan Vina dengan Isma, akhirnya Vina mendapat kabar dari pegawai boutique d'or. "Selamat sore, apa ini dengan Ibu Vina?" sebuah suara menyapa dari seberang sana. "Iya benar, ini dengan siapa ya?" "Maaf Bu, saya Neta pegawainya Bu Isma. Beberapa hari yang lalu Bu Isma menyampaikan pada saya tentang pemilik nota yang Ibu pegang." "Oh iya Mbak, bagaimana? Apakah sudah ada kabar? " "Benar Ibu, sehari setelah Ibu datang, ada yang kesini meminta nota baru karena katanya nota yang dia pegang hilang. Karena ada bukti CCTV saat dia membeli dan juga dia membawa perhiasan yang dibelinya saat itu, maka kami keluarkan nota baru. Dan sebagai jaminan agar kami tidak bermasalah kedepannya, kami meminta nomor kontak dan photo copy identitas yang bersangkutan." "Alhamdulillah, apa bisa saya minta Mbak?" "Bisa Ibu, tapi mohon hanya untuk Ibu saja ya! Karena bagaimanapun itu identitas pribadi seseorang." "Tenang Mbak, ngga buat macam-macam kok. Nanti tolong dikirim
"Bu, ada kabar buruk." kata Riri dengan nafas memburu. Tadi setelah mendapat kabarnya dari Bapaknya, Riri langsung berlari mencari Vina. "Ada apa Ri? Kabar buruk apa?" tanya Vina masih dengan suara tenang. "Nana Bu!" jawab Riri lirih. Mendengar nama itu, buru-buru Vina meletakan satu jari dibibirnya. "Ssstt... Jangan disini." kata Vina. Setalah diam sejenak, Vina kembali berkata, "ikut saya!" Vina berjalan menuju garasi, dan mengambil salah satu motor yang terparkir disana. "Ayo Ri!" kata Vina. "Lho, mau kemana Bu?" "Udah ikut aja, nanti pulangnya sekalian jemput Dedek." Riri pun menurut, lalu mereka langsung berangkat. Lima menit kemudian mereka sudah ada di Kebun sayur yang ada di dekat Kantor Orsit. Di dalam kebun ada saung kecil yang kerap dipakai oleh pengurus untuk botram* . Dan disinilah mereka sekarang. "Kita bicara disini Ri! Di rumah tembok aja bisa bicara dan mendengar." kata Vina lirih. Riri mengangguk mengerti. "Jadi kabar buruk apa Ri?" "Itu Bu, ta
Vina telah membeli dua buah ponsel beserta nomor barunya. Satu untuknya, satu lagi sudah diberikan pada Riri. Rencananya ponsel itu akan digunakan untuk mencari Nana alias Nabila. Karena Vina khawatir jika ponselnya sudah dibajak Adimas. Di ponsel baru itu juga dia sudah membuat email dan akun media sosial baru yang bisa dipakai untuk stalking media sosial si pelakor. Ya, dari Riri, Vina mendapat akun lovegram, toktok dan juga facenote milik Nana. Sejauh ini Nana tak memposting apapun mengenai kehidupannya. Foto-foto aktifitas hedonnya hanya ada di foto-foto lawas, sementara postingan terbaru hanya berisi video atau foto biasa saja, tanpa memperlihatkan tempat secara spesifik. "Rupanya kamu cukup hati-hati juga." batin Vina. Saat sedang asyik membuka akun baru lovegram miliknya, tiba-tiba terlihat iklan dari akun @detektif_cantik. Iseng Vina membuka akun itu. Di bio akun itu tertulis kontak dan alamat kantornya. Tapi sayangnya alamat deketif itu ada di seberang pulau sana, dekat de
Winnie : kayaknya ini Mbak-mbak yang kerja di dealer mobil di kota B deh! Astri : lhooo ini teman SMA aku Mbak. Tapi udah lama ngga ketemu. Nanti aku coba cari tahu Mbak. Lastri: @Winnie, iya itu Nana, dulu kerja bareng aku, tapi belum lama ini resign, ngga tahu kenapa. Vina tersenyum puas, sejauh ini, komentarnya cukup mendekati kebenaran. Karena identitas Nana langsung dikenali oleh netizen. Vina terus membaca puluhan komentar yang ada sampai akhirnya ada sebuah komentar yang menarik perhatiannya. Anjani: Aku pernah ketemu orang ini di Apartemen Spekta di Pusat Kota. Aku inget banget, soalnya dia waktu itu marah-marah sama security. Tapi aku ngga tahu apa dia penghuni apartemen atau hanya berkunjung. Mungkin Mbak bisa coba cari ke apartemen itu, atau Mbak bikin postingan baru di grup, siapa tahu ada anggota grup yang tinggal di Apartemen Spekta. "Apartemen Spekta?" batin Vina. Setelah mengetik ucapan terima kasih di postingan miliknya terkhusus kepada anggota yang bernama Anja
Tiga bulan berlalu sejak keputusan Vina dan Adimas untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka. Dan dalam kurun waktu tiga bulan itu pula Adimas terlihat mengalami perubahan. Jika sebelumnya komunikasi mereka hanya menyangkut soal-soal dinas atau anak-anak, kini Adimas mulai meluangkan waktu untuk berbicara dengan Vina mengenai kesehariannya. Dan yang menggembirakan, setiap pekan mereka akan quality time bersama anak-anak, padahal sebelumnya di akhir pekan Adimas lebih sering menghabiskan waktu dengan relasinya. Perubahan itu mulai membuat Vina sedikit terlena. Perhatian Adimas membuat Vina mulai yakin kalau Adimas memang sudah berubah. Akibatnya Vina pun urung mencari kebenaran mengenai hubungan Nana dan Adimas. Vina menganggap bahwa Adimas sudah tak lagi berhubungan dengan Nana karena tiga bulan ini pun Adimas nyaris tidak pernah keluar kota, kecuali bersama Danrem. "Dek, hari ini ada rapat untuk kunjungan Pangdam. Kamu siapin list apa saja yang dibutuhkan ya!" kata Adimas samb
Siang hingga menjelang sore tadi adalah hari yang melelahkan untuk semua anggota di Batalyon XYZ. Karena hari ini adalah hari Kunjungan Kerja Pangdam beserta Ketua Daerah. Bersyukur semua berjalan lancar, tak ada teguran terhadap dinas maupun Persit. Namun yang mengejutkan Vina adalah, Ibu Ketua Daerah ternyata orang yang pernah Vina kenal sejak kecil, tapi sudah lost contact sejak lama. Ibu Ketua Daerah atau dulu biasa Vina panggil sebagai Tante Intan adalah sahabat Ayah dan Bunda Vina sejak SMA. Dimasa lalu, Vina kecil sering diajak Tante Intan menginap di rumahnya. Orang tua Vina memang menikah muda, mereka menikah saat masih kuliah karena perjodohan yang digagas kakek dan nenek Vina dari kedua belah pihak. Jadi sampai Vina berumur 5 atau 6 tahun, Tante Intan masih sering mengajaknya bermain. Hanya saja sejak menikah, Tante Intan mengikuti dinas suaminya, Vina sendiri tahu Tante Intan menikah dengan seorang Perwira Tentara Angkatan Darat yang jarak usianya cukup jauh, tapi Vina t
Sore itu sepulang piket di Kantor Koorcab, Vina mampir ke sebuah cafe untuk bertemu dengan kenalannya di kota ini. Sebuat saja namanya Rinda. Rinda adalah pemilik salah satu klinik kecantikan di kota C ini. "Vin!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Vina. Vina menghampiri orang itu, "Udah lama nunggu Rin?" tanya Vina sambil menarik kursi di hadapan Rinda. "Baru lima belas menit. Aku baru pesenin lemon tea buat kamu. Takut keburu haus, kalau makanan pesan sendiri ya? Aku ngga tahu kamu mau pesan apa." kata Rinda. "Oh thanks ya! Sebentar aku pesan dulu ke sana." kata Vina sambil beranjak menuju ke kasir. Karena Cafe yang mereka datangi memang memiliki konsep pesan di kasir dan langsung bayar. "Sibuk banget ya Vin? Sampai baru bisa ketemu padahal aku udah minta ketemu sejak dua minggu lalu." tanya Rinda. "Maaf Rin, kemarin itu kan mau ada kunjungan, jadi beneran aku ribet sama mengurus itu semua. Aku mau treatment ke tempat kamu aja belum sempat." keluh Vina. "Hayo
“Mbak masih kepikiran sama suaminya Mbak Nana ya?” tanya sang asisten. “Ya bagaimana ya, kamu kan dengar sendiri tadi Om Trisno manggil suaminya Nana apa?” “Iya sih, tapi setahu saya Mbak, yang dipanggil Komandan kan ngga hanya suaminya Mbak Vina. Ingat ngga, Bu Siska yang orang Kodim, suaminya juga dipanggil Komandan, padahal bukan Dandim.” “Memang suaminya Bu Siska jabatannya apa?” “Ngga tahu Mbak, ngga paham saya. Tapi suka dipanggil Komandan juga dia.” “Masalahnya, saya juga merasa Vina agak aneh.” “Aneh gimana Mbak? Karena minta video akad itu?” “Salah satunya itu, tapi dari awal dikenalkan ke Nana, Vina juga sudah aneh. Dia memperkenalkan diri sebagai Okta. Seolah Vina ngga mau Nana tahu nama asli Vina.” “Jadi Mbak mencurigai kalau suami Mbak Nana itu suaminya Mbak Vina juga?” tanya sang asisten to the point. “Ngga tahu lah, tapi saya curiganya sih gitu. Kalau dihubung-hubungkan juga sedikit masuk akal. Pernikahan yang sepi seperti kata kamu, seolah rahasia, Vina yang
Kasus Bu Riki dan suaminya masih ditangani secara internal di tingkat kompi. Tapi Vina melalui Bu Rahmat tetap memantau. Dari Bu Rahmat Vina tahu bahwa Bu Riki memutuskan untuk mengajukan permohonan cerai. Namun dari dinas melalui Danki B masih diupayakan mediasi agar Bu Riki mengurungkan niatnya. Tak ada yang menyinggung tentang perempuan selingkuhan Om Riki. Padahal awal masalah itu adalah tentang perselingkuhan yang menghasilkan seorang anak. Vina yang merasa gemas dengan proses yang berjalan akhirnya protes pada Adimas. "Bang, itu kenapa kasus Om Riki dan istrinya itu malah sibuk nyuruh Bu Riki jangan cerai sih? Bukannya awal masalah ini itu karena perselingkuhan ya?""Iya, tapi selingkuhannya Riki kan ngga nuntut Riki untuk dinikahi? Jadi yang diurus itu masalah Bu Riki minta cerai dulu. Sebisa mungkin dinas upayakan supaya Riki dan istrinya ngga cerai ""Ya kan Bu Riki minta cerai ada sebabnya. Ngga tiba-tiba bilang mau cerai.""Kan kamu tahu Dek, bagi anggota Tentara Angkatan
Brak! Brak! Brak! "IBU TOLONG SAYA!!! IBU....!!! "Samar terdengar suara teriakan disertai gedoran pintu. Tak lama terdengar ketukan pintu kamar. "Ijin Komandan, Ibu... Ada yang mencari." suara Om Yono terdengar dari balik pintu. "Sebentar Om." jawab Vina. "Bang bangun! Ada yang cari kita." Kata Vina pada Adimas yang tidur disampingnya. "Hoaaaaam, kenapa Dek?" tanya Adimas dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Ada yang cari kita.""Siapa?" tanya Adimas lagi sambil mengambil jam weker di atas nakas. Terlihat waktu masih menunjukkan pukul satu dini hari. "Ngga tahu Bang, tapi tadi sempat dengar ada yang teriak minta tolong.""Ya sudah, kita lihat siapa."Setelah merapikan diri sebentar keduanya menghampiri tamu di dini hari itu. Di ruang tamu tampak Bu Riki, anggota kompi B yang juga pengurus cabang. Sambil menahan sakit, Bu Riki langsung menghampiri Vina. "Ibu, tolong saya!" katanya sambil menangis sekaligus menahan rasa nyeri. Vina hendak memeluk Bu Riki, tapi saat m
"Kak, jadinya rencana pernikahan kita bagaimana?" tanya Nana pada Adimas. Keduanya kini tengah menghabiskan waktu di sebuah villa milik kenalan Adimas. "Ya sesuai rencana awal. Kita menikah disini, tapi tanpa mengundang siapapun kecuali orang tuamu, orang tuaku dan mungkin sedikit kerabat kamu. Semakin sedikit yang tahu tentang pernikahan kita, semakin baik." jawab Adimas. Nana menatap Adimas sendu, sejujurnya sebagai seorang gadis, dia mempunyai konsep pernikahan impian. Pernikahan yang diharapkan hanya sekali seumur hidup untuknya tentu harus memberikan kesan yang indah. Namun semuanya buyar, karena yang menjadi calon suaminya adalah Adimas, seorang pria yang telah mempunyai istri dan juga anak. Pernikahan yang seharusnya merupakan kabar bahagia harus disembunyikan agar tidak memicu permasalahan yang tentu saja akan merugikan dirinya dan juga Adimas. "Iya Kak, aku mengerti. Tapi boleh ya aku undang satu orang kenalanku disini? Hanya satu kok Kak... " rayu Nana. "Okey, hanya sat
Sore itu sepulang piket di Kantor Koorcab, Vina mampir ke sebuah cafe untuk bertemu dengan kenalannya di kota ini. Sebuat saja namanya Rinda. Rinda adalah pemilik salah satu klinik kecantikan di kota C ini. "Vin!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Vina. Vina menghampiri orang itu, "Udah lama nunggu Rin?" tanya Vina sambil menarik kursi di hadapan Rinda. "Baru lima belas menit. Aku baru pesenin lemon tea buat kamu. Takut keburu haus, kalau makanan pesan sendiri ya? Aku ngga tahu kamu mau pesan apa." kata Rinda. "Oh thanks ya! Sebentar aku pesan dulu ke sana." kata Vina sambil beranjak menuju ke kasir. Karena Cafe yang mereka datangi memang memiliki konsep pesan di kasir dan langsung bayar. "Sibuk banget ya Vin? Sampai baru bisa ketemu padahal aku udah minta ketemu sejak dua minggu lalu." tanya Rinda. "Maaf Rin, kemarin itu kan mau ada kunjungan, jadi beneran aku ribet sama mengurus itu semua. Aku mau treatment ke tempat kamu aja belum sempat." keluh Vina. "Hayo
Siang hingga menjelang sore tadi adalah hari yang melelahkan untuk semua anggota di Batalyon XYZ. Karena hari ini adalah hari Kunjungan Kerja Pangdam beserta Ketua Daerah. Bersyukur semua berjalan lancar, tak ada teguran terhadap dinas maupun Persit. Namun yang mengejutkan Vina adalah, Ibu Ketua Daerah ternyata orang yang pernah Vina kenal sejak kecil, tapi sudah lost contact sejak lama. Ibu Ketua Daerah atau dulu biasa Vina panggil sebagai Tante Intan adalah sahabat Ayah dan Bunda Vina sejak SMA. Dimasa lalu, Vina kecil sering diajak Tante Intan menginap di rumahnya. Orang tua Vina memang menikah muda, mereka menikah saat masih kuliah karena perjodohan yang digagas kakek dan nenek Vina dari kedua belah pihak. Jadi sampai Vina berumur 5 atau 6 tahun, Tante Intan masih sering mengajaknya bermain. Hanya saja sejak menikah, Tante Intan mengikuti dinas suaminya, Vina sendiri tahu Tante Intan menikah dengan seorang Perwira Tentara Angkatan Darat yang jarak usianya cukup jauh, tapi Vina t
Tiga bulan berlalu sejak keputusan Vina dan Adimas untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka. Dan dalam kurun waktu tiga bulan itu pula Adimas terlihat mengalami perubahan. Jika sebelumnya komunikasi mereka hanya menyangkut soal-soal dinas atau anak-anak, kini Adimas mulai meluangkan waktu untuk berbicara dengan Vina mengenai kesehariannya. Dan yang menggembirakan, setiap pekan mereka akan quality time bersama anak-anak, padahal sebelumnya di akhir pekan Adimas lebih sering menghabiskan waktu dengan relasinya. Perubahan itu mulai membuat Vina sedikit terlena. Perhatian Adimas membuat Vina mulai yakin kalau Adimas memang sudah berubah. Akibatnya Vina pun urung mencari kebenaran mengenai hubungan Nana dan Adimas. Vina menganggap bahwa Adimas sudah tak lagi berhubungan dengan Nana karena tiga bulan ini pun Adimas nyaris tidak pernah keluar kota, kecuali bersama Danrem. "Dek, hari ini ada rapat untuk kunjungan Pangdam. Kamu siapin list apa saja yang dibutuhkan ya!" kata Adimas samb
Winnie : kayaknya ini Mbak-mbak yang kerja di dealer mobil di kota B deh! Astri : lhooo ini teman SMA aku Mbak. Tapi udah lama ngga ketemu. Nanti aku coba cari tahu Mbak. Lastri: @Winnie, iya itu Nana, dulu kerja bareng aku, tapi belum lama ini resign, ngga tahu kenapa. Vina tersenyum puas, sejauh ini, komentarnya cukup mendekati kebenaran. Karena identitas Nana langsung dikenali oleh netizen. Vina terus membaca puluhan komentar yang ada sampai akhirnya ada sebuah komentar yang menarik perhatiannya. Anjani: Aku pernah ketemu orang ini di Apartemen Spekta di Pusat Kota. Aku inget banget, soalnya dia waktu itu marah-marah sama security. Tapi aku ngga tahu apa dia penghuni apartemen atau hanya berkunjung. Mungkin Mbak bisa coba cari ke apartemen itu, atau Mbak bikin postingan baru di grup, siapa tahu ada anggota grup yang tinggal di Apartemen Spekta. "Apartemen Spekta?" batin Vina. Setelah mengetik ucapan terima kasih di postingan miliknya terkhusus kepada anggota yang bernama Anja
Vina telah membeli dua buah ponsel beserta nomor barunya. Satu untuknya, satu lagi sudah diberikan pada Riri. Rencananya ponsel itu akan digunakan untuk mencari Nana alias Nabila. Karena Vina khawatir jika ponselnya sudah dibajak Adimas. Di ponsel baru itu juga dia sudah membuat email dan akun media sosial baru yang bisa dipakai untuk stalking media sosial si pelakor. Ya, dari Riri, Vina mendapat akun lovegram, toktok dan juga facenote milik Nana. Sejauh ini Nana tak memposting apapun mengenai kehidupannya. Foto-foto aktifitas hedonnya hanya ada di foto-foto lawas, sementara postingan terbaru hanya berisi video atau foto biasa saja, tanpa memperlihatkan tempat secara spesifik. "Rupanya kamu cukup hati-hati juga." batin Vina. Saat sedang asyik membuka akun baru lovegram miliknya, tiba-tiba terlihat iklan dari akun @detektif_cantik. Iseng Vina membuka akun itu. Di bio akun itu tertulis kontak dan alamat kantornya. Tapi sayangnya alamat deketif itu ada di seberang pulau sana, dekat de