"Bu, ada kabar buruk." kata Riri dengan nafas memburu. Tadi setelah mendapat kabarnya dari Bapaknya, Riri langsung berlari mencari Vina.
"Ada apa Ri? Kabar buruk apa?" tanya Vina masih dengan suara tenang. "Nana Bu!" jawab Riri lirih. Mendengar nama itu, buru-buru Vina meletakan satu jari dibibirnya. "Ssstt... Jangan disini." kata Vina. Setalah diam sejenak, Vina kembali berkata, "ikut saya!" Vina berjalan menuju garasi, dan mengambil salah satu motor yang terparkir disana. "Ayo Ri!" kata Vina. "Lho, mau kemana Bu?" "Udah ikut aja, nanti pulangnya sekalian jemput Dedek." Riri pun menurut, lalu mereka langsung berangkat. Lima menit kemudian mereka sudah ada di Kebun sayur yang ada di dekat Kantor Orsit. Di dalam kebun ada saung kecil yang kerap dipakai oleh pengurus untuk botram* . Dan disinilah mereka sekarang. "Kita bicara disini Ri! Di rumah tembok aja bisa bicara dan mendengar." kata Vina lirih. Riri mengangguk mengerti. "Jadi kabar buruk apa Ri?" "Itu Bu, tadi saya telepon Bapak saya, tadinya mau nyari informasi soal Nana dan pacarnya. Tapi malah saya dapat kabar kalau Nana dan keluarganya tiba-tiba pindah dua hari lalu. Saya tanya kemana, Bapak saya bilang belum tahu. Karena mereka pindah mendadak dan barang-barangnya pun tidak mereka bawa." Vina terkejut mendengar penjelasan Riri. "Kenapa tiba-tiba pindah?" batin Vina. "Apa Bapak sudah tahu ya Bu, kalau Ibu sudah curiga soal Nana?" tanya Riri. "Mungkin Ri. Apa yang ngga mungkin buat Bapak kan? Jaringan Bapak luas, Bapak juga basic-nya intel, jadi tahu sendirilah kamu." "Jadi gimana Bu? Apa Ibu akan terus mencari tahu?" "Kamu bisa saya percaya kan Ri?" "Insya Allah Bu, Riri ada di pihak Ibu. Walau Nana saudara Riri, tapi Riri benci sama pelakor." kata Riri dengan wajah kesal. "Makasih Ri. Disini saya ngga bisa percaya sama siapapun, karena ini wilayah Bapak. Semua bisa dikendalikan sama Bapak, jadi saya tidak bisa meminta tolong pada siapapun disini." kata Vina lirih. Riri mengangguk paham. "Ri, kamu tetap cari tahu lewat Bapakmu ya! Tapi nanti dulu,sampai nanti saya beli ponsel baru untuk kita. Saya khawatir ponsel kita sudah disadap. Mungkin saja Bapak juga sudah tahu kalau kamu saudara Nabila. Sementara kita melangkah mundur dulu Ri. Kita harus main cantik." "Baik Bu." --- Sementara di kota sebelah tampak seorang gadis cantik tengah membereskan barang-barang yang baru saja dibelinya. "Duh, Na... Kenapa buang-buang uang untuk beli barang-barang ini sih? Padahal di rumah lama kita juga barang-barang ini ada. Kenapa kemarin ditinggal?" Ya gadis itu adalah Nana, perempuan yang sedang dicari oleh Vina. Kini Nana dan kedua orang tuanya sudah pindah ke pusat Kota. "Ya sudahlah Mi, belinya juga bukan pakai uang Nana. Ini dari Kak Adimas semua kok!" "Lagian kenapa kamu pacaran sama laki-laki yang sudah beristri sih Na? Kayak ngga ada laki-laki lain aja." keluh Mami Ninidi. "Namanya juga cinta Mi!" jawab Nana enteng "Iya cinta, gara-gara cinta kamu itu kita harus pindah dari rumah yang nyaman." "Sabar Mi, ini sementara aja. Nunggu sampai istri Kak Adimas lengah, nanti kita bisa pulang lagi." "Kalau memang Adimas cinta sama kamu, kenapa ngga dicerai aja istrinya itu? Kalau gini sama aja kamu itu dijadikan simpanan." "MAMI!!!" bentak Nindi. "APA??? BERANI KAMU BENTAK MAMI? YANG MAMI OMONGIN EMANG BENAR KAN? KAMU ITU CUMA DIJADIKAN SIMPANAN ADIMAS. BUKTINYA KAMU HANYA BISA DITEMUI SEMBUNYI-SEMBUNYI. APA NAMANYA KALAU BUKAN SIMPANAN!!! " teriak Mami Nindi dengan nafas terengah-engah. Mami Nindi memang kesal dengan Nana, sudah berulang kali diingatkan untuk tak berhubungan dengan Adimas, tapi tetap ngeyel. Apalagi sangat Papi juga mendukungnya karena beliau kadung senang karena katanya akan punya calon menantu seorang perwira Tentara Angkatan Darat tak peduli jika status Adimas masihlah suami orang. Nana menatap Mami Nindi dengan penuh amarah. Dia sangat tidak suka disebut simpanan. Baginya tak ada yang salah dengan hubungannya dengan Adimas. Ya tak ada yang salah dalam memperjuangkan cinta kan? "Na, kalau Adimas serius sama kamu, suruh dia untuk menikahi kamu secepatnya!" kata Mami Nindi lagi dengan nada yang sudah kembali turun. "Iya Mi, Kak Adimas mau nikahin aku kok!" "Tapi kapan? Nunggu dia cerai dulu sama istrinya? Memangnya Adimas beneran mau cerai? Jangan sampai kamu dibohongi Na!" "Ngga Mi, aku yakin Kak Adimas ngga bohong sama aku. Dia pasti akan nikahi aku. Tapi untuk cerai sama istrinya juga ngga mungkin Mi. Atau kalaupun akhirnya cerai ngga semudah itu." "Jadi kamu mau digantung terus?" "Paling nikah siri Mi!" "APAAAA???" Lagi-lagi Mami Nindi dibuat terkejut atas jawaban Nana. "JADI KAMU MAU DIAJAK NIKAH SIRI???" Mami Nindi kembali berbicara dengan nada tinggi. Nana mengangguk tanpa rasa bersalah. Mami Nindi menghela nafas lelah. Bingung dengan jalan pikiran puteri tunggalnya itu. "Memang kenapa Adimas ngga bisa nikahi kamu secara resmi Na?" "Karena memang aturan di dinas Kak Adimas ngga boleh poligami kecuali seijin istri pertama. Dan Mami pasti tahu lah istri Kak Adimas pasti ngga akan mau di poligami." "Ya cerai aja lah kalau gitu Adimas sama istrinya. Gimanapun dia harus memilih kan?" "Ngga segampang itu Mi? Alasan cerainya ngga kuat. Ngga akan dikabulkan. Lagian kalau aku jadi istri resmi Kak Adimas malah ribet Mi." "Ribet gimana maksudnya?" "Itu Mi, di dinasnya Kak Adimas kan ada organisasi untuk istri. Karena pangkat Kak Adimas udah tinggi, jadi istrinya otomatis ikut tinggi juga jabatannya di organisasi. Kerjaannya ngurus anggota terus, tapi ngga dibayar. Kan ribet Mi, udahlah ribet ngurus anak di rumah, ditambah lagi sama ngurus anggota. Mending jadi istri kedua Mi, bisa nyantai di rumah, terima uang tiap bulan tanpa ribet mikirin selain nyenengin suami." "Kalau istrinya tahu gimana Na? Kamu bisa dikasusin lho!" "Tenang Mi! Kak Adimas udah jamin akan terus lindungi kita supaya ngga ketahuan istrinya. Minimal istrinya ngga akan dapat buktilah! Buktinya sekarang kita disini kan Mi? Karena Kak Adimas udah tahu kalau istrinya sudah mulai curiga soal keberadaan aku." Ya, kepindahan Nana dan keluarganya memang diatur Adimas setelah dia tahu bahwa Vina pasti akan menemui Nana dan keluarganya. Adimas tahu hal itu bukan karena dia menyadap ponsel sang Istri ataupun tahu kalau Riri saudara Nana. Tapi semua itu gara-gara keteledoran Vina sendiri. Vina pernah meminjam laptop Adimas untuk membuka emailnya, dan lupa logout. Dari sanalah Adimas tahu kalau Vina mendapat informasi mengenai Nana. Setelah mengetahui hal itu, Adimas segera menghubungi Nana dan meminta Nana beserta keluarganya pindah. Sebelumnya juga Adimas sudah meminta seseorang untuk mencarikan apartemen di pusat kota untuk ditempati Nana dan keluarganya. Sebisa mungkin Adimas akan menyembunyikan Nana dan keluarganya dari Vina, agar Vina tak mendapatkan bukti apapun untuk melaporkannya. Bagaimanapun Adimas masih butuh Vina dan juga dia tak mau reputasinya hancur karena dilaporkan sang istri. Tapi Adimas melupakan satu hal, jika Adimas punya kuasa, maka Vina punya uang. Lalu mampukah Adimas menahan pergerakan Vina dengan bantuan uangnya?? Tbc *istilah bahasa sunda yang artinya makan bersama di luar ruangan.Vina telah membeli dua buah ponsel beserta nomor barunya. Satu untuknya, satu lagi sudah diberikan pada Riri. Rencananya ponsel itu akan digunakan untuk mencari Nana alias Nabila. Karena Vina khawatir jika ponselnya sudah dibajak Adimas. Di ponsel baru itu juga dia sudah membuat email dan akun media sosial baru yang bisa dipakai untuk stalking media sosial si pelakor. Ya, dari Riri, Vina mendapat akun lovegram, toktok dan juga facenote milik Nana. Sejauh ini Nana tak memposting apapun mengenai kehidupannya. Foto-foto aktifitas hedonnya hanya ada di foto-foto lawas, sementara postingan terbaru hanya berisi video atau foto biasa saja, tanpa memperlihatkan tempat secara spesifik. "Rupanya kamu cukup hati-hati juga." batin Vina. Saat sedang asyik membuka akun baru lovegram miliknya, tiba-tiba terlihat iklan dari akun @detektif_cantik. Iseng Vina membuka akun itu. Di bio akun itu tertulis kontak dan alamat kantornya. Tapi sayangnya alamat deketif itu ada di seberang pulau sana, dekat de
Winnie : kayaknya ini Mbak-mbak yang kerja di dealer mobil di kota B deh! Astri : lhooo ini teman SMA aku Mbak. Tapi udah lama ngga ketemu. Nanti aku coba cari tahu Mbak. Lastri: @Winnie, iya itu Nana, dulu kerja bareng aku, tapi belum lama ini resign, ngga tahu kenapa. Vina tersenyum puas, sejauh ini, komentarnya cukup mendekati kebenaran. Karena identitas Nana langsung dikenali oleh netizen. Vina terus membaca puluhan komentar yang ada sampai akhirnya ada sebuah komentar yang menarik perhatiannya. Anjani: Aku pernah ketemu orang ini di Apartemen Spekta di Pusat Kota. Aku inget banget, soalnya dia waktu itu marah-marah sama security. Tapi aku ngga tahu apa dia penghuni apartemen atau hanya berkunjung. Mungkin Mbak bisa coba cari ke apartemen itu, atau Mbak bikin postingan baru di grup, siapa tahu ada anggota grup yang tinggal di Apartemen Spekta. "Apartemen Spekta?" batin Vina. Setelah mengetik ucapan terima kasih di postingan miliknya terkhusus kepada anggota yang bernama Anja
Tiga bulan berlalu sejak keputusan Vina dan Adimas untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka. Dan dalam kurun waktu tiga bulan itu pula Adimas terlihat mengalami perubahan. Jika sebelumnya komunikasi mereka hanya menyangkut soal-soal dinas atau anak-anak, kini Adimas mulai meluangkan waktu untuk berbicara dengan Vina mengenai kesehariannya. Dan yang menggembirakan, setiap pekan mereka akan quality time bersama anak-anak, padahal sebelumnya di akhir pekan Adimas lebih sering menghabiskan waktu dengan relasinya. Perubahan itu mulai membuat Vina sedikit terlena. Perhatian Adimas membuat Vina mulai yakin kalau Adimas memang sudah berubah. Akibatnya Vina pun urung mencari kebenaran mengenai hubungan Nana dan Adimas. Vina menganggap bahwa Adimas sudah tak lagi berhubungan dengan Nana karena tiga bulan ini pun Adimas nyaris tidak pernah keluar kota, kecuali bersama Danrem. "Dek, hari ini ada rapat untuk kunjungan Pangdam. Kamu siapin list apa saja yang dibutuhkan ya!" kata Adimas samb
Siang hingga menjelang sore tadi adalah hari yang melelahkan untuk semua anggota di Batalyon XYZ. Karena hari ini adalah hari Kunjungan Kerja Pangdam beserta Ketua Daerah. Bersyukur semua berjalan lancar, tak ada teguran terhadap dinas maupun Persit. Namun yang mengejutkan Vina adalah, Ibu Ketua Daerah ternyata orang yang pernah Vina kenal sejak kecil, tapi sudah lost contact sejak lama. Ibu Ketua Daerah atau dulu biasa Vina panggil sebagai Tante Intan adalah sahabat Ayah dan Bunda Vina sejak SMA. Dimasa lalu, Vina kecil sering diajak Tante Intan menginap di rumahnya. Orang tua Vina memang menikah muda, mereka menikah saat masih kuliah karena perjodohan yang digagas kakek dan nenek Vina dari kedua belah pihak. Jadi sampai Vina berumur 5 atau 6 tahun, Tante Intan masih sering mengajaknya bermain. Hanya saja sejak menikah, Tante Intan mengikuti dinas suaminya, Vina sendiri tahu Tante Intan menikah dengan seorang Perwira Tentara Angkatan Darat yang jarak usianya cukup jauh, tapi Vina t
Sore itu sepulang piket di Kantor Koorcab, Vina mampir ke sebuah cafe untuk bertemu dengan kenalannya di kota ini. Sebuat saja namanya Rinda. Rinda adalah pemilik salah satu klinik kecantikan di kota C ini. "Vin!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Vina. Vina menghampiri orang itu, "Udah lama nunggu Rin?" tanya Vina sambil menarik kursi di hadapan Rinda. "Baru lima belas menit. Aku baru pesenin lemon tea buat kamu. Takut keburu haus, kalau makanan pesan sendiri ya? Aku ngga tahu kamu mau pesan apa." kata Rinda. "Oh thanks ya! Sebentar aku pesan dulu ke sana." kata Vina sambil beranjak menuju ke kasir. Karena Cafe yang mereka datangi memang memiliki konsep pesan di kasir dan langsung bayar. "Sibuk banget ya Vin? Sampai baru bisa ketemu padahal aku udah minta ketemu sejak dua minggu lalu." tanya Rinda. "Maaf Rin, kemarin itu kan mau ada kunjungan, jadi beneran aku ribet sama mengurus itu semua. Aku mau treatment ke tempat kamu aja belum sempat." keluh Vina. "Hayo
"Kak, jadinya rencana pernikahan kita bagaimana?" tanya Nana pada Adimas. Keduanya kini tengah menghabiskan waktu di sebuah villa milik kenalan Adimas. "Ya sesuai rencana awal. Kita menikah disini, tapi tanpa mengundang siapapun kecuali orang tuamu, orang tuaku dan mungkin sedikit kerabat kamu. Semakin sedikit yang tahu tentang pernikahan kita, semakin baik." jawab Adimas. Nana menatap Adimas sendu, sejujurnya sebagai seorang gadis, dia mempunyai konsep pernikahan impian. Pernikahan yang diharapkan hanya sekali seumur hidup untuknya tentu harus memberikan kesan yang indah. Namun semuanya buyar, karena yang menjadi calon suaminya adalah Adimas, seorang pria yang telah mempunyai istri dan juga anak. Pernikahan yang seharusnya merupakan kabar bahagia harus disembunyikan agar tidak memicu permasalahan yang tentu saja akan merugikan dirinya dan juga Adimas. "Iya Kak, aku mengerti. Tapi boleh ya aku undang satu orang kenalanku disini? Hanya satu kok Kak... " rayu Nana. "Okey, hanya sat
Brak! Brak! Brak! "IBU TOLONG SAYA!!! IBU....!!! "Samar terdengar suara teriakan disertai gedoran pintu. Tak lama terdengar ketukan pintu kamar. "Ijin Komandan, Ibu... Ada yang mencari." suara Om Yono terdengar dari balik pintu. "Sebentar Om." jawab Vina. "Bang bangun! Ada yang cari kita." Kata Vina pada Adimas yang tidur disampingnya. "Hoaaaaam, kenapa Dek?" tanya Adimas dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Ada yang cari kita.""Siapa?" tanya Adimas lagi sambil mengambil jam weker di atas nakas. Terlihat waktu masih menunjukkan pukul satu dini hari. "Ngga tahu Bang, tapi tadi sempat dengar ada yang teriak minta tolong.""Ya sudah, kita lihat siapa."Setelah merapikan diri sebentar keduanya menghampiri tamu di dini hari itu. Di ruang tamu tampak Bu Riki, anggota kompi B yang juga pengurus cabang. Sambil menahan sakit, Bu Riki langsung menghampiri Vina. "Ibu, tolong saya!" katanya sambil menangis sekaligus menahan rasa nyeri. Vina hendak memeluk Bu Riki, tapi saat m
Kasus Bu Riki dan suaminya masih ditangani secara internal di tingkat kompi. Tapi Vina melalui Bu Rahmat tetap memantau. Dari Bu Rahmat Vina tahu bahwa Bu Riki memutuskan untuk mengajukan permohonan cerai. Namun dari dinas melalui Danki B masih diupayakan mediasi agar Bu Riki mengurungkan niatnya. Tak ada yang menyinggung tentang perempuan selingkuhan Om Riki. Padahal awal masalah itu adalah tentang perselingkuhan yang menghasilkan seorang anak. Vina yang merasa gemas dengan proses yang berjalan akhirnya protes pada Adimas. "Bang, itu kenapa kasus Om Riki dan istrinya itu malah sibuk nyuruh Bu Riki jangan cerai sih? Bukannya awal masalah ini itu karena perselingkuhan ya?""Iya, tapi selingkuhannya Riki kan ngga nuntut Riki untuk dinikahi? Jadi yang diurus itu masalah Bu Riki minta cerai dulu. Sebisa mungkin dinas upayakan supaya Riki dan istrinya ngga cerai ""Ya kan Bu Riki minta cerai ada sebabnya. Ngga tiba-tiba bilang mau cerai.""Kan kamu tahu Dek, bagi anggota Tentara Angkatan
“Mbak masih kepikiran sama suaminya Mbak Nana ya?” tanya sang asisten. “Ya bagaimana ya, kamu kan dengar sendiri tadi Om Trisno manggil suaminya Nana apa?” “Iya sih, tapi setahu saya Mbak, yang dipanggil Komandan kan ngga hanya suaminya Mbak Vina. Ingat ngga, Bu Siska yang orang Kodim, suaminya juga dipanggil Komandan, padahal bukan Dandim.” “Memang suaminya Bu Siska jabatannya apa?” “Ngga tahu Mbak, ngga paham saya. Tapi suka dipanggil Komandan juga dia.” “Masalahnya, saya juga merasa Vina agak aneh.” “Aneh gimana Mbak? Karena minta video akad itu?” “Salah satunya itu, tapi dari awal dikenalkan ke Nana, Vina juga sudah aneh. Dia memperkenalkan diri sebagai Okta. Seolah Vina ngga mau Nana tahu nama asli Vina.” “Jadi Mbak mencurigai kalau suami Mbak Nana itu suaminya Mbak Vina juga?” tanya sang asisten to the point. “Ngga tahu lah, tapi saya curiganya sih gitu. Kalau dihubung-hubungkan juga sedikit masuk akal. Pernikahan yang sepi seperti kata kamu, seolah rahasia, Vina yang
Kasus Bu Riki dan suaminya masih ditangani secara internal di tingkat kompi. Tapi Vina melalui Bu Rahmat tetap memantau. Dari Bu Rahmat Vina tahu bahwa Bu Riki memutuskan untuk mengajukan permohonan cerai. Namun dari dinas melalui Danki B masih diupayakan mediasi agar Bu Riki mengurungkan niatnya. Tak ada yang menyinggung tentang perempuan selingkuhan Om Riki. Padahal awal masalah itu adalah tentang perselingkuhan yang menghasilkan seorang anak. Vina yang merasa gemas dengan proses yang berjalan akhirnya protes pada Adimas. "Bang, itu kenapa kasus Om Riki dan istrinya itu malah sibuk nyuruh Bu Riki jangan cerai sih? Bukannya awal masalah ini itu karena perselingkuhan ya?""Iya, tapi selingkuhannya Riki kan ngga nuntut Riki untuk dinikahi? Jadi yang diurus itu masalah Bu Riki minta cerai dulu. Sebisa mungkin dinas upayakan supaya Riki dan istrinya ngga cerai ""Ya kan Bu Riki minta cerai ada sebabnya. Ngga tiba-tiba bilang mau cerai.""Kan kamu tahu Dek, bagi anggota Tentara Angkatan
Brak! Brak! Brak! "IBU TOLONG SAYA!!! IBU....!!! "Samar terdengar suara teriakan disertai gedoran pintu. Tak lama terdengar ketukan pintu kamar. "Ijin Komandan, Ibu... Ada yang mencari." suara Om Yono terdengar dari balik pintu. "Sebentar Om." jawab Vina. "Bang bangun! Ada yang cari kita." Kata Vina pada Adimas yang tidur disampingnya. "Hoaaaaam, kenapa Dek?" tanya Adimas dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Ada yang cari kita.""Siapa?" tanya Adimas lagi sambil mengambil jam weker di atas nakas. Terlihat waktu masih menunjukkan pukul satu dini hari. "Ngga tahu Bang, tapi tadi sempat dengar ada yang teriak minta tolong.""Ya sudah, kita lihat siapa."Setelah merapikan diri sebentar keduanya menghampiri tamu di dini hari itu. Di ruang tamu tampak Bu Riki, anggota kompi B yang juga pengurus cabang. Sambil menahan sakit, Bu Riki langsung menghampiri Vina. "Ibu, tolong saya!" katanya sambil menangis sekaligus menahan rasa nyeri. Vina hendak memeluk Bu Riki, tapi saat m
"Kak, jadinya rencana pernikahan kita bagaimana?" tanya Nana pada Adimas. Keduanya kini tengah menghabiskan waktu di sebuah villa milik kenalan Adimas. "Ya sesuai rencana awal. Kita menikah disini, tapi tanpa mengundang siapapun kecuali orang tuamu, orang tuaku dan mungkin sedikit kerabat kamu. Semakin sedikit yang tahu tentang pernikahan kita, semakin baik." jawab Adimas. Nana menatap Adimas sendu, sejujurnya sebagai seorang gadis, dia mempunyai konsep pernikahan impian. Pernikahan yang diharapkan hanya sekali seumur hidup untuknya tentu harus memberikan kesan yang indah. Namun semuanya buyar, karena yang menjadi calon suaminya adalah Adimas, seorang pria yang telah mempunyai istri dan juga anak. Pernikahan yang seharusnya merupakan kabar bahagia harus disembunyikan agar tidak memicu permasalahan yang tentu saja akan merugikan dirinya dan juga Adimas. "Iya Kak, aku mengerti. Tapi boleh ya aku undang satu orang kenalanku disini? Hanya satu kok Kak... " rayu Nana. "Okey, hanya sat
Sore itu sepulang piket di Kantor Koorcab, Vina mampir ke sebuah cafe untuk bertemu dengan kenalannya di kota ini. Sebuat saja namanya Rinda. Rinda adalah pemilik salah satu klinik kecantikan di kota C ini. "Vin!" panggil seseorang sambil melambaikan tangan ke arah Vina. Vina menghampiri orang itu, "Udah lama nunggu Rin?" tanya Vina sambil menarik kursi di hadapan Rinda. "Baru lima belas menit. Aku baru pesenin lemon tea buat kamu. Takut keburu haus, kalau makanan pesan sendiri ya? Aku ngga tahu kamu mau pesan apa." kata Rinda. "Oh thanks ya! Sebentar aku pesan dulu ke sana." kata Vina sambil beranjak menuju ke kasir. Karena Cafe yang mereka datangi memang memiliki konsep pesan di kasir dan langsung bayar. "Sibuk banget ya Vin? Sampai baru bisa ketemu padahal aku udah minta ketemu sejak dua minggu lalu." tanya Rinda. "Maaf Rin, kemarin itu kan mau ada kunjungan, jadi beneran aku ribet sama mengurus itu semua. Aku mau treatment ke tempat kamu aja belum sempat." keluh Vina. "Hayo
Siang hingga menjelang sore tadi adalah hari yang melelahkan untuk semua anggota di Batalyon XYZ. Karena hari ini adalah hari Kunjungan Kerja Pangdam beserta Ketua Daerah. Bersyukur semua berjalan lancar, tak ada teguran terhadap dinas maupun Persit. Namun yang mengejutkan Vina adalah, Ibu Ketua Daerah ternyata orang yang pernah Vina kenal sejak kecil, tapi sudah lost contact sejak lama. Ibu Ketua Daerah atau dulu biasa Vina panggil sebagai Tante Intan adalah sahabat Ayah dan Bunda Vina sejak SMA. Dimasa lalu, Vina kecil sering diajak Tante Intan menginap di rumahnya. Orang tua Vina memang menikah muda, mereka menikah saat masih kuliah karena perjodohan yang digagas kakek dan nenek Vina dari kedua belah pihak. Jadi sampai Vina berumur 5 atau 6 tahun, Tante Intan masih sering mengajaknya bermain. Hanya saja sejak menikah, Tante Intan mengikuti dinas suaminya, Vina sendiri tahu Tante Intan menikah dengan seorang Perwira Tentara Angkatan Darat yang jarak usianya cukup jauh, tapi Vina t
Tiga bulan berlalu sejak keputusan Vina dan Adimas untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka. Dan dalam kurun waktu tiga bulan itu pula Adimas terlihat mengalami perubahan. Jika sebelumnya komunikasi mereka hanya menyangkut soal-soal dinas atau anak-anak, kini Adimas mulai meluangkan waktu untuk berbicara dengan Vina mengenai kesehariannya. Dan yang menggembirakan, setiap pekan mereka akan quality time bersama anak-anak, padahal sebelumnya di akhir pekan Adimas lebih sering menghabiskan waktu dengan relasinya. Perubahan itu mulai membuat Vina sedikit terlena. Perhatian Adimas membuat Vina mulai yakin kalau Adimas memang sudah berubah. Akibatnya Vina pun urung mencari kebenaran mengenai hubungan Nana dan Adimas. Vina menganggap bahwa Adimas sudah tak lagi berhubungan dengan Nana karena tiga bulan ini pun Adimas nyaris tidak pernah keluar kota, kecuali bersama Danrem. "Dek, hari ini ada rapat untuk kunjungan Pangdam. Kamu siapin list apa saja yang dibutuhkan ya!" kata Adimas samb
Winnie : kayaknya ini Mbak-mbak yang kerja di dealer mobil di kota B deh! Astri : lhooo ini teman SMA aku Mbak. Tapi udah lama ngga ketemu. Nanti aku coba cari tahu Mbak. Lastri: @Winnie, iya itu Nana, dulu kerja bareng aku, tapi belum lama ini resign, ngga tahu kenapa. Vina tersenyum puas, sejauh ini, komentarnya cukup mendekati kebenaran. Karena identitas Nana langsung dikenali oleh netizen. Vina terus membaca puluhan komentar yang ada sampai akhirnya ada sebuah komentar yang menarik perhatiannya. Anjani: Aku pernah ketemu orang ini di Apartemen Spekta di Pusat Kota. Aku inget banget, soalnya dia waktu itu marah-marah sama security. Tapi aku ngga tahu apa dia penghuni apartemen atau hanya berkunjung. Mungkin Mbak bisa coba cari ke apartemen itu, atau Mbak bikin postingan baru di grup, siapa tahu ada anggota grup yang tinggal di Apartemen Spekta. "Apartemen Spekta?" batin Vina. Setelah mengetik ucapan terima kasih di postingan miliknya terkhusus kepada anggota yang bernama Anja
Vina telah membeli dua buah ponsel beserta nomor barunya. Satu untuknya, satu lagi sudah diberikan pada Riri. Rencananya ponsel itu akan digunakan untuk mencari Nana alias Nabila. Karena Vina khawatir jika ponselnya sudah dibajak Adimas. Di ponsel baru itu juga dia sudah membuat email dan akun media sosial baru yang bisa dipakai untuk stalking media sosial si pelakor. Ya, dari Riri, Vina mendapat akun lovegram, toktok dan juga facenote milik Nana. Sejauh ini Nana tak memposting apapun mengenai kehidupannya. Foto-foto aktifitas hedonnya hanya ada di foto-foto lawas, sementara postingan terbaru hanya berisi video atau foto biasa saja, tanpa memperlihatkan tempat secara spesifik. "Rupanya kamu cukup hati-hati juga." batin Vina. Saat sedang asyik membuka akun baru lovegram miliknya, tiba-tiba terlihat iklan dari akun @detektif_cantik. Iseng Vina membuka akun itu. Di bio akun itu tertulis kontak dan alamat kantornya. Tapi sayangnya alamat deketif itu ada di seberang pulau sana, dekat de