Share

Ajari Aku Bahagia
Ajari Aku Bahagia
Author: Nurwa

awal

Author: Nurwa
last update Last Updated: 2021-09-24 12:17:24

''Zahra! Apa yang sudah kamu lakukan pada Rian!''

Aku menoleh ke arah sumber suara, tampak seorang wanita berbadan gemuk dengan dandanan menor sedang berdiri di depan pintu kamar ini. Dia terlihat sangat panik saat melihat apa yang telah terjadi kepada putra kesayangannya, seketika air mata mulai mengalir menghapus riasan tebal yang mulai tidak beraturan.

''Dasar gadis gila! Gadis tidak tau diri! Apa kamu mau membunuh anakku?'' Kembali wanita itu berteriak sambil menangis dan mncoba merangkul tubuh anaknya yang sudah bersimbah darah.

''Anakmu itu belum mati, dia hanya pingsan. Cepat bawa dia ke rumah sakit, atau kau mau dia mati sekarat di tempat ini?'' ucapku santai smbil berjalan ke arah pintu, lalu melemparkan gunting yang tadi kugunakan untuk menyerang laki-laki breng*k yang sesaat lalu sudah berani mecoba berbuat yang tidak pantas  padaku.

''Kau mau kemana? Kau harus bertanggung jawab! Kau hampir membunuh anakku, dan sekarang kau mau pergi bergitu saja. Dasar wanita gila! Cepat bantu aku untuk membawanya ke rumah sakit!''

Aku menghentikan langkah saat mendengar wanita itu kembali berteriak. ''Tante, kau lucu sekali. Aku tidak mau menolong orang itu, lagipula dari tadi kau selalu meneriaki aku gadis gila, itu membuatku sedikit tersinggung. Cepatlah, sekali berjuang demi anakmu tersayang itu tidak masalah, kan? lihatlah, dia hampir mati,'' ucapku yang kemudian meneruskan langkah untuk keluar dari kamar ini.

Aku berjalan keluar menuju kamar mandi untuk membersihkan tanganku yang terkena darah Rian. Di dalam kamar Rian masih terdengar Tante Mia masih berteriak dengan sumpah serapah yang masih saja keluar dari mulutnya. Bukankah sebaiknya dia memanggil bantuan, agar anaknya itu bisa segera mendapat pertolongan. Ah, sudahlah kenapa aku harus peduli?

Rasanya saat ini kebencianku padanya sudah berlipat ganda. Dari dulu laki-laki itu selalu melihatku dengan tatapan mesum, barulah hari ini dia mulai berani untuk melakukan hal itu saat Tante Mia pergi liburan ke luar kota. Untung saja aku bisa melawan dan balik menyerang dengan gunting yang kutemukan di atas nakas. Tubuhnya yang besar bisa kutumbangkan dengan satu kali tusukan di pinggangnya. Aku yakin tusukan itu tidak akan membuatnya mati, tapi itu sudah cukup untuk membuatnya tersadar dengan kesalahan yang sudah dilakukan.

Setelah membersihkan tangan, aku berjalan menuju kamar pembantu yang di sediakan Tante Mia untukku. Yah, wanita itu berbohong saat mengatakan bahwa dia akan memperlakukanku seperti anaknya sendiri pada ibu, saat akan membawaku tinggal di rumahnya. Kenyataanya aku diperlakukan layak pembantu, aku harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, ditambah lagi aku juga harus membuat adonan kue untuk dijual di toko tanteku itu.

Baru satu bulan aku tinggal di rumah ini, rasanya bagai neraka. Jika hanya di paksa untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah mungkin aku masih bisa tahan, tapi hari ini Rian, anak kesayangannya itu sudah berani melakukan sesuatu yang sudah tidak bisa di toleransi.

Lima belas menit bagiku sudah cukup unuk memasukkan semua barang-barangku ke dalam sebuah tas besar yang dulu diberikan Ibu sebelum aku pindah ke rumah ini. Aku akan kembali ke rumah. Untungglah aku masih punya simpanan uang pemberian ibu dulu yang bisa digunakan untuk ongkos naik bus.

''Zahra, kenapa kamu ada di sini? Bukannya sekarang harusnya kamu ada di rumah Tante Mia?'' tanya Ibu saat melihatku kembali pulang dengan membawa sebuaah tas besar.

''Aku tidak mau lagi kembali ke rumah itu, aku di sini saja menolong Mama berjualan kue,'' jawabku sambil memeluk wanita penyabar yang sangat kusayangi ini.

''Tapi sayang, bukannya kemaren kamu setuju untuk ikut Tante Mia. Bukankah dia orang yang baik? Dia juga sudah berjanji akan memasukkanmu ke perguruan tinggi dan membiayai semua keperluanmu,''

''Tante tidak akan membiayai kuliahku Bu, bahkan dia tidak pernah mengijinkanku untuk mendaftar di perguruan tinggi manapun. Dia hanya menjadikanku pembantu di rumahnya,''

''A~apa? Tapi Tantemu bilang dia akan …''

''Zahra! Keluar kamu gadis gila, kamu harus bertanggung jawab!'' Sebuah teriakan terdengar dari balik pintu.

Ibu berjalan menuju pintu dan membukanya. Tampak Tante Mia sudah berdiri di sana, tapi wanita itu tidak sendiri, dia bersama dengan seorang pria besar yang berpakaian layaknya preman pasar. Tampang orang itu benar-benar menakutkan, kenapa Tane Mia bisa bersama orang itu.

''Lakukan apa yang tadi sudah kuperintahkan sekarang, gadis gila itu ada di sana!'' teriak Tante Mia  sambil mengacungkan telunjuknya padaku.

Setelah mendengar teriakan Tante Mia laki-laki preman itu langsung menerobos masuk dan berjalan mendekatiku. Tangan berototnya menarik rambutku dengan kasar, lalu kemudian mendorong tubuhku hingga jatuh ke lantai.

Belum cukup dia melihatku jatuh, dia mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang gunting, dan bersiap mengarahkan benda itu padaku. Apa yang akan orang ini lakukan? Apakah dia akan membunuhku sekarang?

''Hentikan!'' Ibu berteriak keras lalu berlari memelukku. ''Apa yang akan kamu lakukan pada anakku?''

''Dia hanya menjalankan tugas yang telah kuberikan padanya,'' sahut Tante Mia mendekati kami.

''Apa maksudmu? Tugas apa? Kamu ingin membunuh keponakanmu sendiri?'' Suara ibu bergetar, air mata sudah sudah mengalir membasahi hijab yang digunakan.

''Apa anak  ini belum memberitahumu, apa yang sudah dia lakukan pada Rian sepupunya? Sehingga sekarang anakku itu terbaring koma di rumah sakit,''

''Koma? A~apa yang sudah kamu lakukan, Nak?'' tanya Ibu menggenggam tanganku.

''Oh, jadi gadis gila ini belum memberitahumu. Baiklah, biar aku saja yang memberitahukan apa yang sudah dia lakukan.'' Tante Mia meminta gunting yang tadi di pegang Sang preman dan melemparkannya ke hadapanku dan Ibu. ''Anakmu ini hampir membunuh anakku menggunakan gunting itu! sekarang Rian sedang terbaring koma di rumah sakit!'' Tante Mia berteriak keras di telinga ibu.

''A~apa! Me~membunuh?'' Ibu melepaskan genggaman tangannya dari tanganku.

''Ya! Anakmu itu adalah seorang pembunuh, dia sudah gila! Dan sekarang aku datang ke sini untuk membalas apa yang sudah dia lakukan pada anakku, aku akan melakukan hal yang sama padanya, dengan gunting yang sama.''

''Zahra, katakan yang sebenarnya pada ibu. Apa benar kamu melakukan hal itu? bicaralah, Nak'' Ibu kembali menggengam tanganku menuntut penjelasan.

''Ya, aku melakukannya. Semua itu kulakukan untuk membela diri dari laki-laki itu,'' jawabku santai  tanpa merasa takut atau merasa bersalah.

''Membela diri? Apakah caranya dilakukan dengan membunuh anakku!'' teriak Tante Mia lagi.

''Ya, dia pantas menerima itu semua. Lagipula anakmu itu belum mati, kan? Berhentilah mengatakan kalau aku seorang pembunuh,'' jawabku masih dengan nada yang sama

''Apa katamu! Kamu benar-benar menginginkan anakku mati, hah!''

''Ya,'' jawabku singkat.

Related chapters

  • Ajari Aku Bahagia   pembalasan

    ''Dasar kau gadis gila! Hei, cepat kau habisi dia. aku sudah tidak tahan melihat wajahnya.'' Laki-laki preman tadi kembali mendekatiku yang masih terduduk di lantai, lalu mengambil gunning yang tadi dilempar Tante Mia.''Hentikan! Aku percaya pada Zahra. Anakku ini tidak mungkin melakukan hal itu sembarangan tanpa alasan yang kuat.'' Ibu berteriak sambil memelukku lagi.Laki-laki preman itu menarik kasar tubuhku dari pelukan ibu, dia menyeretku ke hadapan Tante Mia. Tampak wanita tersenyum lebar saat aku terjatuh dan hampir mencium kaki busuknya. Kurasa dia lebih pantas dipanggil wanita gila saat ini.''Apa yang sudah terjadi?!'' Terdengar seseorang berteriak di depan pintu yang sedang terbuka. Itu adalah Pak Ketua RT. Beliau datang bersama beberapa warga lain di belakangnyaSyukurlah Pak RT akhirnya datang juga, aku tidak tahu apa yang akan di lakukan Tante Mia dan preman itu pad

    Last Updated : 2021-09-24
  • Ajari Aku Bahagia   ibu

    ''Ibu!' Aku menghampiri dan coba menggoyangkan tubuhnya. Tapi ibu tidak merespon, matanya yang sembab itu tertutup, ibu hanya diam.''Zahra, apakah ibumu pernah pingsan seperti ini sebelumnya?'' tanya Pak RT melihatku.''Setahu saya tidak, Pak. Tapi, akhir-akhir ibu memang sering terlihat minum obat, katanya itu hanya obat sakit kepala biasa. Jadi saya tidak terlalu khawatir,''''Ibumu itu menderita kanker darah,'' sahut Tante Mia tiba-tiba.''A`apa! Ka~kanker? Itu tidak mungkin, karna ibu tidak pernah menceritakan kalau dia sedang sakit padaku.''Aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan Tante Mia, wanita itu pasti mengarang cerita lagi, tidak mungkin ibu sakit. Ibu tidak mungkin menyembunyikan hal seperti ini padaku, ibu juga terlihat baik-baik saja sebelum aku pindah.''Ibumu memang sengaja merahasiakan tentang penyakit

    Last Updated : 2021-09-24
  • Ajari Aku Bahagia   tawaran

    Dokter kembali menyuruhku menunggu di luar saat kusampaikan keadaan ibu, sedangkan dia dan Para Perawat segera masuk dan kembali menutup pintu. Lagi-lagi aku diminta untuk menunggu.Aku berjalan mondar-mondir di depan ruangan ibu sambil sesekali berusaha mengintip ke dalam lewat kaca pintu. Terlihat dokter sedang menggosokkan dua buah alat seperti setrika kecil lalu meletakkanya di dada ibu. Alat itu membuat ibu seperti terkena kejut listrik, tapi kulihat ibu belum mau membuka mata. Apa yang terjadi?''Pak, ibu pasti baik-baik saja, kan?'' Kuajukan pertanyaan pada Pak RT untuk berusaha menghalau prasangka buruk yang sudah mulai menjalar di pikiran.Pak RT hanya diam tidak menjawab, wajahnya terlihat berbeda. Terlihat dengan jelas raut kekhawatiran di sana, berbeda dengan saat sebelum aku masuk ke dalam menemui ibu yang lebih terlihat tenang. Apa yang tadi sudah di bicarakannya dengan Bu Dokt

    Last Updated : 2021-09-24
  • Ajari Aku Bahagia   ancaman

    ''Tidak usah basa-basi, cepat katakan apa yang kau inginkan,''''Hahaha, kamu benar-benar tidak bisa diajak bercanda, ya.'' Wanita itu tertawa lebar, sepertinya dia benar-benar sudah tidak waras, bagaimana mungikin dia bisa tertawa seperti itu di tempat ini.''Hm … baiklah kalau begitu, langsung saja. Aku menginginkan rumahmu.''''Apa?!'' Aku terkejut dan sontak langsung kembali melihat wajah menor yang dihiasi senyum liciknya itu.''Loh? Kenapa sampai terkejut begitu? Tadi katanya aku harus langsung saja tidak usah basa-basi, tapi sekarang setelah kusampaikan apa yang kuinginkan reaksimu malah malah seperti itu.''Wanita ini benar tidak tahu diri, tidak tahu malu, terbuat dari apa hatinya? atau mungkin dia sudah tidak punya hati? Bagaimana mungkin dia menginginkn rumahku dan ibu. bukankah dia sudah punya rumah? Bahkan jauh lebih bagus dari rumah kami.

    Last Updated : 2021-09-24
  • Ajari Aku Bahagia   drama tante mia

    ''Pe~penjara?'' Aku berusaha untuk terlihat tenang, walaupun sebenarnya sempat terdapat rasa takut di dalam hati mendengar kata itu. Memangnya siapa di dunia ini yang mau tinggal dan terkurung di sana?''Kenapa? Apakah kamu mulai takut?'' tanya Tante Mia diiringi senyum sinis melihatku.''Kau tidak akan bisa memenjarakanku hanya karna tidak mau pergi dari rumah sendiri,'' Jawabku santai.''Tentu saja bukan karna hal itu, Keponakanku sayang. Apa kamu tidak ingat apa yang sudah kamu lakukan pada anakku? Ternyata kejadian itu sekarang malah menguntungkan, aku harus berterimakasih padamu karna sudah mempermudah jalan untuk membalaskan dendamku selama ini.''Sekarang apa yang wanita licik ini katakan? Lagi-lagi dia mengatasnamakan dendam. Dendam apa? Dendam kepada ibu? Apakah belum cukup baginya dengan semua yang telah terjadi pada ibu? Ibu sudah tiada, dan semua itu terjadi juga tidak

    Last Updated : 2022-01-05
  • Ajari Aku Bahagia   Pak RT

    CHAPTER 12''Kenapa kamu malah berbicara seperti itu kepada Tantemu sendiri?'' Suara wanita itu bergetar, kulihat wanita mengusap mata seolah menagis. Aku yakin itu adalah air mata palsu yang merupakan bagian dari rencana busuknya. Bisa-bisanya dia menjual air mata kebohongan hanya untuk menarik perhatian orang lain.''Zahra sungguh keterlaluan, kenapa dia bisa bersikap kasar begitu terhadap Tantenya sendiri?''''Sepertinya gadis itu mulai kelangan akal, karna kepergian ibunya.''''Sepertinya berita itu benar, gadis itu sudah gila''Kalimat-kalimat seperti itulah yang jelas kudengar dari mulut para tetangga yang hanya berperan sebagai penontotn itu. Kenapa seenaknya saja mereka langsung menghakimi hanya karna melihat satu kejadian yang belum tentu adalah sebuah kebenaran? Bahkan diantara mereka, dulu begitu ramah p

    Last Updated : 2022-01-06
  • Ajari Aku Bahagia   bu dokter

    ''Terimakasih karna Bapak selalu datang untuk menolong saya.''''Tidak masalah Nak Zahra, Bapak senang bisa membantu. Lagipula kita memang harus saling tolong, kan?'' jawab Pak RT tersenyum ramah.''Hm … Pak, apakah di dalam penjara itu enak?''''A~apa!?'' Pak RT terlihat terkejut dengan pertanyaanku sampai-sampai minuman yang baru saja diteguk hampir membuat laki-laki baik itu tersedak. ''Kenapa kamu bertanya seperti itu?''''Tante Mia mengatakan akan memasukkanku ke sana.''''Kenapa?''Aku menceritakan semua yang telah kualami selama satu bulan tinggal di rumah Tante Mia. Mulai dari semua perlakuan buruk wanita itu, janji palsunya untuk menguliahkanku, sampai dengan aksiku yang hampir membunuh Rian untuk membela diri dari perbuatan tidak pantas laki-laki brengs*k itu.Tidak ada satu bagian pun yang terlewat kuceritakan. Bah

    Last Updated : 2022-02-07
  • Ajari Aku Bahagia   surat ibu

    Setelah menyampaikan rasa belasungkawa, Bu Dokter pamit untuk kembali ke rumah sakit untuk kembali berugas. Namun beberapa ssat kemudian Beliau datang kembali dengan membawa sebuah kotak merah, lalu memberikannya padaku. Katanya kotak itu adalah barang yang dititipkan ibu untukku, yang akan diberikan jika nanti terjadi sesuatu padanya.Segera kubuka kotak merah yang dihiasi sebuah pita kecil lucu di atasnya itu, terdapat sebuah jilbab khimar panjang, sebuah amplop dan sepucuk surat di dalamnya.Assalamualaikum, Nak.Ibu berharap saat membaca surat ini kamu dalam keadaan sehat, tidak dalam keadaan sulit, dan semuanya baik-baik saja.Zahra pasti marah karna ibu tidak memberitahukan tentang penyakit ini. Ibu hanya tidak mau Zahra bertambah sedih, apalagi semenjak ayah pergi Zahra telihat sangat tertekan.Ibu menulis sur

    Last Updated : 2022-02-24

Latest chapter

  • Ajari Aku Bahagia   PENCOPET

    Aku menoleh, tampak Haziq sudah kembali dengan membawa nampan berisi semangkuk mie rebus dan tiga gelas teh hangat, tapi aku tidak melihat ada nasi goreng pesanan kami. Apa dia mau makan satu mangkok mie rebus itu bertiga? Kalau itu yang dia inginkan, aku lebih baik tidak usah makan.Haziq meletakkan nampan di atas meja lalu membagikan satu per satu teh itu pada kami. Aku hanya diam memandangi apa yang dikerjakannya. Setelah sekian lama menunggu dan berharap perut akan terisi nasi goreng, ternyata malah berganti dengan segelas teh yang tidak akan membuat kenyang. Harusnya tadi biar aku saja yang pergi mengambil makanan itu.''Kak, mana nasi gorengnya? Kenapa hanya ada satu mangkok mie rebus dan teh?'' tanya Aisyah mewakili apa yang ingin kutanyakan.Pria berkulit putih itu diam saja tidak menjawab pertanyaan adiknya. Dia membuka kancing tas yang dari tadi disandang lalu mengeluarkan satu kantong plastik transparan meletakkannya di atas meja.''Nih, membawanya susah, jadi minta d

  • Ajari Aku Bahagia   Haziq

    Aku memutuskan untuk tetap sarapan di warung makan yang tadi disarankan oleh Pak RT, rasanya aku sudah sangat lapar. Kalau diingat lagi ternyata sudah semenjak kemarin aku tidak makan, bukan karna tidak merasa lapar, tapi semua yang terjadi membuatku bahkan lupa akan tubuhku sendiri.Apa-apaan ini? Aku terkejut saat melihat warung makan ini sudah dipenuhi oleh banyak sekali pengunjung, bahkan sudah tidak terlihat ada kursi kosong yang bisa kutempati. Darimana orang-orang ini datang? Padahal aku tidak melihat banyak kendaraan terparkir di luar, apalagi ini masih sangat pagi. Harusnya mereka tidur saja dulu di rumah dan membiarkan orang sepertiku untuk mengisi perut dengan tenang.''Aduh!'' Tiba-tiba ada seseorang yang mendorongku dari belakang dan membuat tubuh yang belum sempat terisi sarapan ini terjatuh. Untung saja tas besar yang kubawa bisa menolong wajahku agar tidak mencium lantai.Beberapa orang langsung mendekat dan menolong, yang lainnya kulihat hanya melirik sebenar la

  • Ajari Aku Bahagia   boleh kuanggil ayah?

    Pagi setelah sholat subuh aku sudah siap dengan sebuah tas besar yang berisi berbagai perlengkapan yang kubutuhkan selama perjalanan ke Jakarta. Ada berbagai macam perasaan yang saat ini kurasakan, mulai dari rasa khawatir, takut, bahkan rasa tidak ingin pergi juga masih sempat datang menghampiri.Rasa sedih yang hadir di sebabkan oleh hati yang belum siap untuk jauh dari rumah ini. Ibu baru saja pergi, dan sekarang aku yang malah pergi meninggalkan rumah yang selama ini sangat ibu jaga. Aku masih ingin di sini, rumah ini membuatku tetap merasa bahwa kami satu keluarga pernah utuh dan hidup di bawah atap yang sama.Rasa takut juga sempat datang menghampiri, tapi itu mungkin rasa yang wajar, mengingat aku tidak pernah melakukan perjalanan jauh sebelumnya. Bahkan perjalanan yang dekat saja aku tidak pernah melakukan, lalu tiba-tiba sekarang diharuskan menempuh perjalanan panjang sendirian a

  • Ajari Aku Bahagia   surat ibu

    Setelah menyampaikan rasa belasungkawa, Bu Dokter pamit untuk kembali ke rumah sakit untuk kembali berugas. Namun beberapa ssat kemudian Beliau datang kembali dengan membawa sebuah kotak merah, lalu memberikannya padaku. Katanya kotak itu adalah barang yang dititipkan ibu untukku, yang akan diberikan jika nanti terjadi sesuatu padanya.Segera kubuka kotak merah yang dihiasi sebuah pita kecil lucu di atasnya itu, terdapat sebuah jilbab khimar panjang, sebuah amplop dan sepucuk surat di dalamnya.Assalamualaikum, Nak.Ibu berharap saat membaca surat ini kamu dalam keadaan sehat, tidak dalam keadaan sulit, dan semuanya baik-baik saja.Zahra pasti marah karna ibu tidak memberitahukan tentang penyakit ini. Ibu hanya tidak mau Zahra bertambah sedih, apalagi semenjak ayah pergi Zahra telihat sangat tertekan.Ibu menulis sur

  • Ajari Aku Bahagia   bu dokter

    ''Terimakasih karna Bapak selalu datang untuk menolong saya.''''Tidak masalah Nak Zahra, Bapak senang bisa membantu. Lagipula kita memang harus saling tolong, kan?'' jawab Pak RT tersenyum ramah.''Hm … Pak, apakah di dalam penjara itu enak?''''A~apa!?'' Pak RT terlihat terkejut dengan pertanyaanku sampai-sampai minuman yang baru saja diteguk hampir membuat laki-laki baik itu tersedak. ''Kenapa kamu bertanya seperti itu?''''Tante Mia mengatakan akan memasukkanku ke sana.''''Kenapa?''Aku menceritakan semua yang telah kualami selama satu bulan tinggal di rumah Tante Mia. Mulai dari semua perlakuan buruk wanita itu, janji palsunya untuk menguliahkanku, sampai dengan aksiku yang hampir membunuh Rian untuk membela diri dari perbuatan tidak pantas laki-laki brengs*k itu.Tidak ada satu bagian pun yang terlewat kuceritakan. Bah

  • Ajari Aku Bahagia   Pak RT

    CHAPTER 12''Kenapa kamu malah berbicara seperti itu kepada Tantemu sendiri?'' Suara wanita itu bergetar, kulihat wanita mengusap mata seolah menagis. Aku yakin itu adalah air mata palsu yang merupakan bagian dari rencana busuknya. Bisa-bisanya dia menjual air mata kebohongan hanya untuk menarik perhatian orang lain.''Zahra sungguh keterlaluan, kenapa dia bisa bersikap kasar begitu terhadap Tantenya sendiri?''''Sepertinya gadis itu mulai kelangan akal, karna kepergian ibunya.''''Sepertinya berita itu benar, gadis itu sudah gila''Kalimat-kalimat seperti itulah yang jelas kudengar dari mulut para tetangga yang hanya berperan sebagai penontotn itu. Kenapa seenaknya saja mereka langsung menghakimi hanya karna melihat satu kejadian yang belum tentu adalah sebuah kebenaran? Bahkan diantara mereka, dulu begitu ramah p

  • Ajari Aku Bahagia   drama tante mia

    ''Pe~penjara?'' Aku berusaha untuk terlihat tenang, walaupun sebenarnya sempat terdapat rasa takut di dalam hati mendengar kata itu. Memangnya siapa di dunia ini yang mau tinggal dan terkurung di sana?''Kenapa? Apakah kamu mulai takut?'' tanya Tante Mia diiringi senyum sinis melihatku.''Kau tidak akan bisa memenjarakanku hanya karna tidak mau pergi dari rumah sendiri,'' Jawabku santai.''Tentu saja bukan karna hal itu, Keponakanku sayang. Apa kamu tidak ingat apa yang sudah kamu lakukan pada anakku? Ternyata kejadian itu sekarang malah menguntungkan, aku harus berterimakasih padamu karna sudah mempermudah jalan untuk membalaskan dendamku selama ini.''Sekarang apa yang wanita licik ini katakan? Lagi-lagi dia mengatasnamakan dendam. Dendam apa? Dendam kepada ibu? Apakah belum cukup baginya dengan semua yang telah terjadi pada ibu? Ibu sudah tiada, dan semua itu terjadi juga tidak

  • Ajari Aku Bahagia   ancaman

    ''Tidak usah basa-basi, cepat katakan apa yang kau inginkan,''''Hahaha, kamu benar-benar tidak bisa diajak bercanda, ya.'' Wanita itu tertawa lebar, sepertinya dia benar-benar sudah tidak waras, bagaimana mungikin dia bisa tertawa seperti itu di tempat ini.''Hm … baiklah kalau begitu, langsung saja. Aku menginginkan rumahmu.''''Apa?!'' Aku terkejut dan sontak langsung kembali melihat wajah menor yang dihiasi senyum liciknya itu.''Loh? Kenapa sampai terkejut begitu? Tadi katanya aku harus langsung saja tidak usah basa-basi, tapi sekarang setelah kusampaikan apa yang kuinginkan reaksimu malah malah seperti itu.''Wanita ini benar tidak tahu diri, tidak tahu malu, terbuat dari apa hatinya? atau mungkin dia sudah tidak punya hati? Bagaimana mungkin dia menginginkn rumahku dan ibu. bukankah dia sudah punya rumah? Bahkan jauh lebih bagus dari rumah kami.

  • Ajari Aku Bahagia   tawaran

    Dokter kembali menyuruhku menunggu di luar saat kusampaikan keadaan ibu, sedangkan dia dan Para Perawat segera masuk dan kembali menutup pintu. Lagi-lagi aku diminta untuk menunggu.Aku berjalan mondar-mondir di depan ruangan ibu sambil sesekali berusaha mengintip ke dalam lewat kaca pintu. Terlihat dokter sedang menggosokkan dua buah alat seperti setrika kecil lalu meletakkanya di dada ibu. Alat itu membuat ibu seperti terkena kejut listrik, tapi kulihat ibu belum mau membuka mata. Apa yang terjadi?''Pak, ibu pasti baik-baik saja, kan?'' Kuajukan pertanyaan pada Pak RT untuk berusaha menghalau prasangka buruk yang sudah mulai menjalar di pikiran.Pak RT hanya diam tidak menjawab, wajahnya terlihat berbeda. Terlihat dengan jelas raut kekhawatiran di sana, berbeda dengan saat sebelum aku masuk ke dalam menemui ibu yang lebih terlihat tenang. Apa yang tadi sudah di bicarakannya dengan Bu Dokt

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status