Usai ijab kabul selesai dilakukan, seluruh keluarga Latifah bergembira dengan seluruh rangkaian acara tanpa memedulikan perasaan dan hati Aruna yang hancur dan dipermalukan tanpa sepengetahuan keluarganya. Di dalam kamar itu, Arun mengurung diri tanpa makan. Wanita itu menghabiskan waktu dengan menangis duduk di depan cermin. “Buat aku wajah cantikku ini, kalau suamiku saja menikah lagi? Untuk apa?” tanya Aruna dalam linangan air matanya. Aruna menangisi nasibnya hingga akhirnya rasa kantuk dan lelah pun menyandera kedua netranya dari rasa kantuk yang hebat. Ketika tersadar, jam telah menunjukkan pukul 2 sore dari serangkaian acara pagi tadi. Lalu dengan menghapus make up nya Aruna yang masih duduk di depan cermin pun bertanya pada dirinya sendiri, “Apa iya aku mandul? Rasanya aku tak percaya kalau diriku mandul. Di keluarga Ibu dan ayahku semuanya punya anak. Nggak ada yang keturunan mandul. Sekarang, aku harus bagaimana membuktikan kalau aku nggak mandul?” Usai membersihkan make
Setelah usai menggagahi Dinatri, Lukman tertidur pulas karena rasa lelah pikiran, stress dan lelah badan. Namun, Lukman yang telah menikmati keperawanan gadis manis, Dinatri yang polos dan tak malu untuk mengutarakan semua yang dirasa oleh bagian dirinya membuat Lukman mabuk kepayang dibuatnya. Hal itu, terjadi saat jam menunjukkan pukul 4 pagi. Kala itu, Lukman ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil. Saat ia kembali dari kamar mandi, dilihat lingerie yang digunakan oleh Dinatri tersingkap hingga perutnya. Dan pandangan Lukman tertuju pada bagian segitiga diantara selangkangan gadis manis itu yang terlihat mengembung.Walaupun, kulit tubuh Dinatri tidak seputih Aruna. Namun, saat wanita manis itu tidur celentang dengan perut rata dan bagian bawah perut yang tertutup segi tiga pengaman kembung, membuat hasrat Lukman kembali mencuat.Lelaki plontos itu membuka celana dalam Dinatri yang tertidur pulas. Kemudian, kedua kaki wanita manis itu, dibuka lebar. Tampak rambut hitam menut
Aruna yang telah sarapan pagi di kamarnya tidak ikut sarapan bersama keluarga Lukman. Dan kali pertama sejak pernikahan mereka yang hampir menginjak 4 tahun, Aruna baru kali ini tidak ikut sarapan pagi bersama.Melihat jam di dinding kamarnya telah menunjukkan pukul setengah delapan, Aruna pun keluar kamarnya dan berjalan menuju ruang makan yang bangkunya telah terisi penuh dari keluarga Dinatri dan keluarga Lukman.Latifah yang melihat Aruna hanya mendengus dan berucap pada putranya, “Lukman! Kasih kursi di meja makan ini udah penuh! Kasih tau tuh! Makan di ruang lain aja!” “Runa..., kamu duduk disini,” ucap Lukman berdiri dari tempat duduknya.“Nggak usah Bang, aku mau pamitan kerja,” ujar Aruna dingin.“Baguslah kalau nggak mau sarapan di rumah,” sindir Latifah melirik ke arah Aruna yang telah berdandan rapi.“Permisi Maa, Paa.., Runa mau ke kantor dulu,” ujarnya tanpa ekspresi.Tak ada sahutan dari Latifah, hanya Syamsudin saja yang menjawab menantunya, “Hati-hati di jalan
“Hallo, customer service dengan Runa, ada yang bisa dibantu?” tanya Aruna kala jam menunjukkan pukul dua belas siang kurang lima belas menit.“Siang ... Runa jam berapa kamu makan siang,” tanya seorang pria diujung telepon.“Siapa nih? Kenapa emangnya?” tanya Aruna mengernyitkan dahinya untuk mengingat suara berat yang menghubunginya.Dalam hatinya pun bergumam, ‘Sepertinya bukan suara bang Lukman deh...’“Loh! Kok kamu lupa janjimu?” tanyanya lagi lelaki diujung telepon tersebut.“Janji ... janji apa ya? Emang ini siapa? Jangan bikin orang bingung dong!” ujar Aruna melirik ke arah Sari.“Siapa Runa?” tanya Sati yang akan bersiap untuk makan siang.“Kagak tau nih, gue aja bingung,” ucap Aruna.“Runa, tadi pagi katanya kamu siap ngajak saya makan siang selama 1 bulan...”Deg!“Eh ... Pak Rudi. Maaf Pak, belom terlalu inget suaranya. Iya Pak, jadi ... Tapi, emang Bapak mau kalau saya ajak makan di warung belakang kantor?” tanya Aruna agak ragu.“Yang namanya di traktir ya mau
Satu bulan kemudian, Aruna yang awalnya sangat sakit hati atas pernikahan Lukman, akhirnya bisa meredam rasa stress yang dirasakan olehnya, semenjak ia dan Rudi sering makan siang bersama, dimana hal itu terjadi oleh hal yang tak disengaja diantara mereka. Di setiap hari Sabtu, saat Aruna menginap di rumah Darmawan, Aruna selalu mengajak Arimbi untuk pergi bersama Rudi dan putrinya yang masih berusia 3 tahun. Itu telah terjadi selama 2 kali sejak satu bulan keakraban mereka. Hingga rasa kehilangan atas sosok Lukman pun, berangsur-angsur tak dirasanya. Karena, hampir tiap malam, mereka selalu berkirim pesan. Membahas masalah kerjaan dan lain-lainnya. Namun, sejauhnya hubungan mereka masih sebatas pertemanan. Sampai akhirnya setelah satu bulan berlalu, Darmawan sebagai orang tua merasakan hal yang janggal, mengingat Lukman sudah tidak pernah le rumahnya. Dan saat Aruna menginap di rumah itu, tidak sekali pun, Lukman mengantar Aruna. Maka, saat di minggu kelima Aruna berada di rumah D
Tiga bulan kemudian, kehidupan Aruna yang dimadu pun membuat hubungan antara Aruna dan Latifah sang mertua kian menjauh, begitu juga dengan hubungannya dengan Lukman. Komunikasi diantara mereka jarang terjadi di karena kan, hampir setiap hari Aruna pulang larut malam.Tak pernah sekali pun, Aruna pernah ikut dalam acara makan malam bersama keluarga Lukman yang biasa dilakukan pada saat Lukman belum mendua. Bahkan, untuk sarapan pun, tidak pernah dilakukan sama sekali oleh Aruna. Ia lebih memilih sarapan di kantor bersama teman-temannya. Untuk setiap hari Jumat, Aruna selalu pulang ke rumahnya dan akan kembali ke rumah Lukman pada hari minggu malam.Seperti pada hari ini, disaat Aruna ada kegiatan di kantor dalam acara ulang tahun Bank yang diselenggarakan di sebuah Ball Room Hotel, membuat Aruna pulang ke rumah Lukman lewat dari pukul 10 malam. Malam itu bertepatan saat Latifah dan Dinatri sedang menonton sinetron di televisi.“Malam sekali kau pulang, Runa!” tegur Latifah yang tel
Lukman yang malam itu merasa sangat frustrasi atas persoalan yang menumpuk pada rumah tangganya, menjalankan mobil yang dikendarai ke arah tol cikampek, hingga tanpa terasa mobil yang dikendarainya melewati tol cikampek menuju arah ke luar kota. Saat disadarinya ia telah jauh mengendarai mobilnya, Lukman pun menepi pada Rest Area saat jam telah menunjukkan pukul dua pagi. Ia pun beristirahat diantara rasa kantuk yang menyergapnya. Kemudian, ia beristirahat di mobil, sebelum melanjutkan perjalanannya.“Gila, aku akan kemana sekarang? Lelah sekali..., sepertinya aku akan istirahat dulu,” ujar Lukman pada dirinya sendiri.Lelaki yang tampak kacau pada wajahnya itu, beristirahat dengan hanya minum air kemasan mineral yang ada di dalam mobil tersebut.Lima jam kemudian, seseorang mengetuk jendela kaca mobil Lukman, hingga lelaki plontos itu pun terbangun dari tidurnya.Tok ... Tok ... Tok ...Lukman membuka jendela mobilnya sembari mengucek-ngucek dan memicingkan matanya yang terken
Arimbi yang merasa bersalah telah memasukkan lelaki dalam kamar kosnya pun, memberikan servis pada ular piton Lukman. Wanita cantik dan bahenol itu, membuat Lukman yang tengah pening menikmati sengatan bibir Arimbi pada bagian ular piton miliknya, hingga mengerang nikmat.“Ouwh! Argh... Argh.... terus Arim..., nikmat sekali,” pinta Lukman yang telah menggoyangkan pinggulnya saat rudalnya masuk dan keluar dari mulut Arimbi.Sampai akhirnya, Arimbi yang telah merasakan kekakuan pada mulutnya mencabut ular piton milik Lukman, dan berjalan ke sisi tempat tidurnya serta merebahkan diri sembari mengocok bagian kacang merahnya.“Abang..., Arim kangen. Sini Bang masukin...,” pinta Arimbi dengan terus meliuk-liukkan tubuhnya dan beberapa kali mengangkat bokongnya.Melihat pemandangan liar dari Arimbi, membuat Lukman pun, tersenyum lebar dan menelan saliva serta terlihat jakunnya naik turun.Dengan memegang ular pitonnya, Lukman pun memasukkan miliknya ke dalam liang Arimbi yang telah becek. Hi
Tepat pada saat kehamilan Aruna yang di prediksi oleh Lukman dan anggota keluarga mereka berusia 7 bulan. Aruna telah mengalami kontraksi dua minggu setelah Lukman mengunjungi Arimbi. Sekitar pukul 2 malam, Aruna merasakan sakit pada perutnya, hingga ia pun meminta pada Lukman untuk mengantarnya ke Rumah Sakit.“Bang, sakit sekali perutku,” keluh Aruna dengan keringat yang membasahi baju dasternya kala menahan rasa sakit teramat sangat pada perutnya.“Apa kamu akan melahirkan? Bukankah, baru kita membuat selamat 7 bulan seminggu lalu,” ungkap Lukman saat Aruna pucat pasi menahan sakit pada perutnya.Latifah yang mendengar rasa sakit pada perut Aruna pun terbangun di tengah malam buta. Wanita yang sangat berbahagia dengan kehamilan Aruna justru meminta Lukman untuk bersiap-siap membawa Aruna ke Rumah Sakit seraya berkata, “Cepat! Kau siapkan mobil. Bisa jadi Aruna melahirkan prematur. Seminggu lalu kan, dia 7 bulan. Bisa jadi dia melahirkan saat kandungannya 7 bulan.”Setelah itu, deng
Enam bulan kemudian di saat Aruna tengah hamil tujuh setengah bulan, saat Lukman mengendarai mobilnya ke toko perhiasan miliknya, terdengar panggilan telepon berulang kali. Hingga akhirnya, Lukman pun menjawab panggilan tersebut.“Hello dari mana?” Tanya Lukman.“Pagi Pak, saya perawat dari Rumah Sakit bersalin di Semarang. Saya ingin menyampaikan, kalau istri Bapak bernama Arimbi telah melahirkan dengan selamat, jenis kelamin laki-laki panjang 51 centi meter. Ini, istri bapak mau bicara,” ucap seorang wanita dari ujung telepon hingga membuat Lukman harus meminggirkan mobilnya ke sisi kiri karena begitu shock saat mendengar apa yang dikatakan perawat tersebut.“Halo, Abang..., maafkan Arim. Maafkan Arim yang nggak mengikuti saran Abang untuk menggugurkan bagi ini. Maafkan Arim, Bang..., hikss....,” tangis Arimbi dalam sambungan telepon perawat tersebut, karena Lukman telah memblokir telepon Arimbi, kala wanita itu menyatakan kehamilannya pada Lukman.“Kapan kamu melahirkan? Aku yang h
Satu bulan setengah, setelah keputusan Aruna berhenti bekerja yang disambut bahagia oleh Latifah dan anggota keluarga lainnya, membuat Aruna harus setiap hari berada di rumah. Terkadang, wanita cantik itu juga ikut Lukman ke tokonya, tetapi kegiatan yang membosankan itu, membuat Aruna memilih tinggal di rumah dengan menonton televisi ataupun membaca buku.Namun, saat Aruna mendengar kabar dari Sari yang telah melahirkan, Aruna pun minta diantar oleh pak Imam selaku sopir pribadi di rumah itu untuk mengantarkannya ke Rumah Sakit, usai ia meminta izin pada Lukman yang sedang sibuk mengurusi begitu banyak pesanan dan pada Latifah yang begitu sangat memperhatikan Aruna.“Pak Imam, tolong hati-hati bawa mobilnya,” tegur Latifah saat Aruna telah berpamitan padanya.Sekitar satu jam perjalanan ke Rumah Sakit, mereka pun sampai pada sebuah Rumah Sakit bersalin. Setelah itu, Aruna pun berjalan menuju ruang perawatan pasca operasi pada Sari, yang melakukan operasi cecar dua hari lalu dengan mem
Setelah berlibur ke Vila, hari ini Aruna yang diminta untuk tidak bekerja oleh Lukman, memaksa bekerja dengan alasan akan ada penilaian kinerja dan ia tidak bisa izin atau cuti mendadak.“Runa, sebaiknya kamu istirahat di rumah? Karena kita akan ke dokter kandungan selesai Abang kerja di toko. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu,” tutur Lukman.“Biar aku kerja Bang, soalnya hari ini akan ada penilaian. Sepulang kantor aja, kita ke dokter kandungan,” ucap Aruna.“Ya sudahlah kalau memang itu maumu. Setelah itu, mereka pun menikmati sarapan pagi bersama. Tepat jam setengah delapan Aruna dan Lukman pun berpamitan pada seluruh orang rumah untuk ke kantor.Di dalam perjalanan menuju kantor, terdengar dering ponsel Lukman. Dilihat ada nomor yang tak tertera di layar ponselnya. Melihat hal itu, Lukman pun berkata, “ Ah! Ini nomor bolak balik menghubungi aku untuk menawarkan kartu kredit. Padahal sudah aku tolak.” Lukman mengatakan hal ini, karena mengira Arimbi yang menghubunginya deng
Satu bulan kemudian, saat Lukman sedang berlibur ke Vila bersama keluarga besarnya dengan membawa Ridwan Junior. Diam-diam Lukman pergi ke halaman belakang untuk membalas pesan Arimbi yang mengancamnya. Usai ia tidak menjawab panggilan dari adik iparnya.[Pesan masuk Arimbi : Kalau sampai sore ini, Abang nggak menjawab pesan dan panggilanku. Maka aku akan bongkar semua yang Abang lakukan padaku]Membaca pesan ini, membuat Lukman pun menghubungi iparnya.“Ada apa Arim? Kami sedang ke Vila. Ponsel Abang lowbat makanya nggak Abang jawab,” alasan Lukman atas ketakutannya pada Aruna yang kini telah kembali baik pada ia dan mama papanya.“Bang! Aku hamil!” ucap Arimbi.Jantung Lukman seketika berdetak cukup kencang. Dirinya begitu ketakutan hingga jemarinya bergetar saat memegang ponselnya.“Bang! Abang....? Hello....!” panggil Arimbi berulang-ulang usai keterkejutannya Lukman atas berita yang tak disangkanya.“Ya Arim..., tapi apa memang itu anak Abang?” tanya Lukman dengan nada tak perca
Di hari ini, tidak seperti hari biasanya, Aruna menerima tawaran Lukman untuk mengantarnya bekerja seperti biasa. Hal itu dilakukan Aruna untuk menghindarinya dari Rudi yang dianggap memanfaatkan dirinya. Padahal selama ini, teman-teman di kantor telah tahu, adanya hubungan Aruna dengan Rudi.Sesampai di halaman kantor, Aruna dengan sengaja mengajak Lukman untuk menemui Sari yang telah hamil besar sembari membawakan bolu yang dibuatnya bersama Tuti kemarin sore.“Abang nanti tunggu di ruang CS yaa...,” pinta Aruna tersenyum manis dan meninggalkan Lukman yang sudah terbiasa ke Bank itu.Beberapa Teller dan kasir serta bagian lain yang telah mengenal Lukman menyapanya saat Aruna berjalan menuju tempat absensi. Usai Aruna melakukan absensi, wanita cantik itu masuk ke ruangan yang biasa dipakai untuk menaruh tas dan merapikan penampilannya.“Sari...! Dicari sama laki, gue!” panggil Aruna mengejutkan Sari yang sedang berdandan.“Serius? Tumben ... Elo diantar lagi sama laki lo? Gimana tuh,
Keesokan paginya, saat Tuti tengah di dapur untuk memasak, Latifah yang telah bangun dari tidurnya menghampiri Tuti. Dan wanita yang paling berkuasa di rumah itu, meminta Tuti untuk duduk di ruang makan.“Tuti, kemarilah..., ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ajak Latifah di ruang makan.Tuti pun mengecilkan kompornya dan berjalan menuju meja makan, dimana Latifah terlihat telah duduk di ruang makan.“Duduklah,” pinta Latifah.“Tuti, melihat putramu saja aku sudah sangat yakin, kalau anak lelaki pintar dan tampan itu, adalah anak dari Almarhum Ridwan. Terus terang, awalnya aku meragukan pernyataan Runa waktu mengatakan wanita yang akan dinikahi putraku adalah kamu. Tapi, setelah aku melihat putramu, aku meyakini seribu persen kalau darah yang mengalir dari tubuh Ridwan junior adalah darah putraku, Ridwan.”“Ya, Bu..., saya sudah dengar dari kak Runa. Tujuan saya kesini hanya ingin mengajak putra saya untuk ziarah ke makam ayahnya. Biarpun masih kecil, Ridwan harus tau dimana keluar
“Runa keluarlah, aku sudah di pintu keluar stasiun. Macet sekali jalannya,” pinta Lukman dalam sambungan telepon.“Ya, aku ke sana,” ucap Aruna dan ia pun menggandeng tangan Ridwan junior dengan bahagia. Kerinduannya atas sosok bayi mungil menghiasi kehidupannya bisa terobati dengan kehadiran Ridwan junior.Sesampai di luar pintu stasiun, Lukman terlihat melambaikan tangannya. Aruna langsung mengendong anak lelaki berusia 2 tahun dengan perasaan bahagia, diikuti oleh Tuti di belakangnya. Setelah itu, Aruna masuk ke dalam mobil bagian depan dan Tuti duduk di bagian belakang.“Ayo, Ridwan salam dulu sama ayah,” pinta Aruna pada anak kecil itu.Ridwan junior pun, mencium tangan Lukman. Dengan gemas Lukman pun mencium kedua pipi anak lelaki kecil itu.“Ibuu..., ini ayah?” tanya Ridwan yang sangat pintar berkata-kata.“Iya, ini ayah Lukman. Abang dari ayah Ridwan,” ujar Tuti tersenyum kepada anak lelaki kecil yang hanya bisa mengangguk-angguk tanpa mengerti maksud dari perkataan Tuti.Lukm
Aruna yang keluar dari rumah menggunakan ojek, akhirnya turun pada sebuah mini market jalan keluar perumahan Latifah. Setelah itu, Aruna masuk ke dalam mini market untuk membeli beberapa camilan sembari menghubungi seseorang dalam sambungan teleponnya.“Mas Rudi lagi dimana?” tanya Aruna.“Aku di rumah mama lagi sama anakku. Kamu sendiri dimana? Udah di rumah ayahmu?” Rudi balik bertanya pada Aruna.“Aku lagi di mini market dekat kompleks perumahan mertuaku. Kayaknya aku nggak ke rumah ayah. Boleh aku numpang nginap di apartemenmu?” tanya Aruna kembali.“Pasti boleh dong sayang. Ya udah sekarang aku akan jemput kamu. Dan kita akan bersama-sama ke apartemen. Tapi, kamu nggak lagi menstruasi, kan? Nanti malah aku rugi jemput kamu ke sana, malah nggak bisa di pakai. Hehehehehe. Soalnya aku kangen sama kamu,” rayu Rudi dalam sambungan telepon.“Iya sama, aku juga kangen sama Mas Rudi..., nanti aku mau cerita banyak sama Mas Rudi. Ya udah sekarang aku tunggu yaa..., sampai ketemu,” sambut